Berita Tarakan Terkini
Profil Daud Nawir, 20 Tahun Jadi Dosen Kini Resmi Menjadi Guru Besar Kedua Universitas Borneo
Universitas Borneo Tarakan kini resmi memiliki tiga profesor atau guru besar setelah pengukuhan Prof Dr (Ing) Ir Daud Nawir, ST, MT, Rabu (17/5) siang
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
"Setiap tahun diadakan perbaikan jalan. Biaya lebih mahal dibandingkan menggunakan jalan yang teknologinya canggih walaupun mahal satu kali lipat tapi maintenance jalan saat ini selalu diperbaiki cost lebih besar memperbaiki daripada membongkar," paparnya.
Ia melanjutkan karena berbicara kebijakan maka pilihan satu-satunya adalah harus memperbaiki mutu kualitas jalan demi dampak sosial di perbatasan.
"Bagaimana beri rekomendasi kepada Pak Gubernur harus menggunakan energi terbarukan. Bicara bahan baku, beda pastinya tapi bahan dasar digunakan pasti aspal.
Aspal yang digunakan adalah aspal yang sudah diteliti dan lebih lentur. Aspal permeabel dia lentur menyesuaikan saat terkena air," urainya.
Baca juga: Jadwal Dua Speedboat Reguler Rute Tarakan-Tana Tidung Hari Ini, SB Lumba-lumba Berangkat Pagi
Kembali berbicara perjalanan panjangnya menjadi guru besar.
Di 2019 ia bersemangat melakukan riset, dalam waktu dua tahun bisa mewujudkan itu.
Tentu melalui proses panjang, coaching clinic penulisan.
Proses menjadi guru besar sangat rumit dan sulit namun jika niatnya untuk perbaikan diri maka niscaya bisa diwujudkan.
"Saya penilaian kurang lebih enam hari, saya ajukan PAK setelah itu disetujui, proses PAk setengah bulan.
Kalau penulisan sesuai standar tidak perlu takut. Saat masukkan Sidang Senat tanggal 2 Maret, ajukannya 12 Maret, 15 Maret sampai 21 Maret dinilai, 1 April 2023 keluar," terangnya.
Berbicara kendala ia tak menampik itu ada. Namun lanjutnya, ada team work. Ia tak bisa sendirian mewujudkan tulisan dan riset itu.
"Pasti membutuhkan teman-teman. Dibantu teman-teman tandem, saya sendiri gak bisa. Alhamdulillah keluarga mendukung, anak saya dua disekolahkan di Jawa," ujarnya.
Ia melanjutkan saat menulis, perlu manajemen waktu. Senin sampai hari Jumat dari pukul 07.30 WITA sampai pukul 18.00 WITA pulang kantor.
Kemudian salat dilanjutkan istirahat dari pukul 21.00 WITA sampai pukul 23.30 WITA.
"Jam setengah 12 malam bangun sampai setengah dua, itu waktu yang terbaik saya menulis, menyusun riset, karena di waktu itu juga jam yang digunakan Rasulullah untuk salat malam. Dan itu juga akhirnya menjadi kebiasaan," paparnya.
Karena lanjutnya mustahil bisa menulis risetnya di jam kantor di tengah agenda padat belum menjabat sebagai wakil rektor dan juga sebagau dosen, mengampuh ribuan mahasiswa di Fakultas Teknik.
"Semua pasti menggunakan manajemen waktu dan satu lagi harus ikhlas dengan diri kita. Di saat orang menikmati waktunya, ya kita sedang berjuang menyelesaikan, harus berjuang dengan ini," ujarnya.
Ia menyebutkan mindset yang mmebelenggu adalah kata sulit. Itu harus dihilangkan dari mindset. Harus mengubah pola berpikir seperti demikian.
"Pola hidup saja disesuaikan. Waktunya, semua orang jadi dosen, memenuhi kapasitas dan kapabilitas sebagai dosen, waktu manajemennya bisa diolah karena kan disibukkan dengan kegiatan tambahan, menjadi wakil rektor bukan tantangan saya untuk tidak menjadi profesor.
Waktu saya gunakan maksimal malam hari dan yang pasti, kita mengenal artificial intelligence.
Kita bisa menggunakan tools untuk itu, gunakan tools pelajari hal terbarukan yang sesuai dengan kultur wilayah kita. Semua pasti bisa," terangnya.
Berkat ketekunan, komitmen serta berangkat dari nawaitu, akhirnya tulisannya bisa ditayangkan di Scopus berjudulnya Central Government role in road Infrastructure development and economic growth in the form of future study : the case of Indonesia (Indeks Scopus (Q1).
Baca juga: Berangkat Pagi, Simak Jadwal dan Tarif Kapal Feri KMP Manta Rute Tana Tidung-Tarakan Hari Ini
Perlu diketahui bahwa tingkatan jurnal internasional Scopus ada 4, yaitu Q1, Q2, Q3 dan Q4. Untuk menilai sebuah jurnal, Scopus mempunyai klasterisasi kualitas jurnal yang dibagi menjadi 4 Quartile. Q1 adalah jurnal dengan kualitas tertinggi.
"Penggunaan Bahan Terbarukan untuk Perkerasan Jalan itu intinya judul jurnal saya, sebenarnya sudah dapat dari 2009. Tapi memang cost mahal dan saya aplikasikan dalam tulisan entah tulisan saya nanti bisa diaplikasikan di Tarakan dan Kaltara, bergantung kebijakan," terangnya.
Untuk diketahui sebelum publikasi karya ilmiahnya yang terakhir ditayangkan di 2023, juga sudah menayangkan jurnal di tahun 2022 di antaranya berjudul Effects of HDPE Utilization and Addition of Wetfix-Be to Asphalt Pavement in Tropical Climates Indeks Scopus (Q1).
Kemudian jurnal kedua di tahun 2022 yakni Land Transportation Management Policy in Tarakan Public Economy Indeks Scopus (Q1), dan jurnal ketiganya di 2022 yakni berjudul
The Impact of HDPE Plastic Seeds on the Performance of Asphalt Mixtures Indeks Scopus (Q1).
(*)
Penulis: Andi Pausiah
Hadapi Pemilu, Bawaslu Kaltara Gelar Penguatan Kelembagaan Proyeksi Strategis Pengawasan |
![]() |
---|
97.000 Unit Tabung LPG 3 Kg Tiap Bulan Disalurkan ke Tarakan, Pangkalan Nakal Bakal Ditindak |
![]() |
---|
Cek Kesehatan Gratis, Puskesmas Karang Rejo Tarakan Lakukan Jemput Bola Sasar Anak Usia Sekolah |
![]() |
---|
Kementerian Haji dan Umrah Dibentuk, Kemenag Tarakan Inventarisir Barang dan Data |
![]() |
---|
Lantamal Tarakan Berubah jadi Kodaeral XIII, Wilayah Lebih Luas, Perkuat Pengamanan Laut dan Pantai |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.