Seluk Beluk Suku Punan Batu

Ketika Hutan tak Lagi Menjanjikan Bahan Makanan Bagi Suku Punan Batu, Ubi dan Lalihi Sulit Dicari

Cerita Suku Punan Batu di pedalaman Kalimantan Utara, hutan tak lagi menjanjikan bahan makanan, ubi dan Lalihi sulit dicari, terpaksa beralih ke nasi.

TribunKaltara.com/Maulana Ilhami Fawdi
Kajom dan Dewi saat tengah mencari ubi kariting dengan menggali tanah di Hutan. Suku Punan Batu mengatakan keberadaan Ubi Kariting dan Lalihi (kiri) semakin sulit ditemukan di dalam hutan. (TribunKaltara.com/Maulana Ilhami Fawdi) 

TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR - Hari mulai malam di tepian Sungai Sajau, pedalaman Kalimantan Utara, Ukop tampak sibuk menyiapkan kayu bakar untuk memasak beras dengan menggunakan panci yang mulai menghitam bagian bawahnya.

Ukop adalah seorang dari Suku Punan Batu yang jumlahnya tersisa 103 orang hingga hari ini.

Masyarakat Suku Punan Batu adalah suku terakhir di Kalimantan yang masih mempertahankan cara hidup berburu dan meramu serta nomaden atau berpindah tempat tinggal.

Beberapa hari terakhir ini, Ukop tinggal di pondok sederhana di tepian Sungai Sajau.

Pondok itu dibangun dengan batang kayu dan terpal serta bekas spanduk sebagai atapnya.

Suku Punan Batu di Bulungan 060623_1
Tagen, orang Suku Punan Batu saat mengiris Lalihi sejenis sagu untuk dimakan. Lalihi menjadi alternatif makanan Suku Punan Batu karena ubi kariting semakin sulit dicari di hutan pedalaman Kalimantan Utara. (TribunKaltara.com/Maulana Ilhami Fawdi)

Baca juga: Kisah Suku Punan Batu di Kaltara, Hidup dari Berburu: Kami Ingin Hutan Ini Aman untuk Cari Makan

Beras (nasi) kini menjadi asupan makanan bagi Suku Punan Batu, lantaran ubi tak mudah lagi didapat di dalam hutan tempat mereka tinggal.

Ubi atau biasa disebut ubi kariting (dalam Bahasa Punan), merupakan makanan sehari-hari Suku Punan Batu yang tinggal di pedalaman Kalimantan Utara.

Biasanya Suku Punan Batu memakan ubi kariting dengan campuran minyak babi, kombinasi itu disebut sebagai makanan ternikmat oleh Ukop.

Namun semenjak ubi sulit didapat dan babi sulit diburu, maka Ukop dan Suku Punan Batu lainnya kini mencampurkan nasi dengan minyak goreng.

"Itulah, ubi paling enak dicampur dengan minyak babi. Sekarang sudah mulai susah, sudah tidak ada lagi di hutan," kata Ukop.

Sulitnya mencari ubi kariting juga dirasakan oleh Dewi. Dalam waktu sehari berkeliling di hutan, belum tentu ia bisa membawa pulang ubi kariting.

Adapun ubi kariting yang menjadi makanan sehari-hari Suku Punan Batu ini, tumbuh menjalar.

Seringkali ubi kariting tumbuh di dekat bebatuan, sehingga semakin menyulitkan Suku Punan Batu untuk mencari.

"Kami sering mencarinya tapi tidak dapat, memang susah. Tidak semua ubi kariting ini bisa dimasak, kalau terlalu lembek tidak bisa dimasak, dan kalau memang tidak dapat ya diamlah bertahan tidak makan, tapi sekarang itu kalau tidak ada ubi ya ada nasi," kata Dewi.

Ubi kariting yang makin sulit ditemukan di hutan juga dirasakan oleh Bonon.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved