Seluk Beluk Suku Punan Batu
Tak Hanya Cari Makan, Suku Punan Batu Andalkan Hutan untuk Pakaian hingga Alat Musik
Suku Punan Batu mengandalkan hutan tak hanya untuk mencari makan, tapi juga membuat pakaian dan alat musik.
Penulis: Maulana Ilhami Fawdi | Editor: Cornel Dimas Satrio
TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR - Siang itu di sebuah pondok di Hutan Sajau, Bulungan, Kaltara, Bonon tengah membuat penutup kepala atau Saridap dalam bahasa Punan. Saridap yang terbuat dari daun apouw memiliki fungsi layaknya payung.
Satu per satu lubang di daun apouw dijahit oleh Bonon menggunakan seutas tali yang terbuat dari rotan.
Kata Bonon, daun apouw dapat dengan mudah dijumpai di hutan tempat tinggal Suku Punan Batu.
Proses pembuatan Saridap pun tidak lama, menurutnya pembuatan satu Saridap hanya memakan waktu sekira 1-2 jam tergantung pada ukuran daun yang didapatkan.
"Kalau daun ini di hutan ada aja, kalau lagi hujan pakai Saridap ini kita tidak basah tidak kena air," ucap Bonon kepada TribunKaltara.com.
Saridap hanyalah satu dari sekian macam alat dan perkakas Suku Punan Batu yang dibuat dengan menggunakan material dari hutan.

Baca juga: Berburu di Hutan: Seni Bertahan Hidup Suku Punan Batu di Belantara Kalimantan
Bagi Suku Punan Batu hutan menyediakan bahan baku untuk membuat alat dan perkakas sehari-hari.
Suku Punan Batu juga membuat baju yang berbahan dasar kulit kayu yang dinamakan Salayau.
Model baju tersebut berupa lembaran panjang kain yang dikenakan seperti kemban, dengan panjang dari dada hingga di bawah lutut.
Tagen mengatakan Salayau dibuat dengan menggunakan kulit pohon Kumut.
Namun tak semua pohon Kumut dapat digunakan sebagai bahan dasar Salayau. Melainkan hanya pohon yang masih berusia muda.
Tagen menjelaskan proses pembuatan Salayau juga tak makan banyak waktu, satu set baju hanya membutuhkan waktu pembuatan selama satu jam.
"Pohon ini masih banyak di hutan, kita cari yang masih anak atau yang masih kecil," kata Tagen.
Meski pohon Kumut masih cukup mudah ditemui di hutan dan baju Salayau tahan lama serta nyaman dipakai, Suku Punan Batu justru tak menjadikannya sebagai pakaian sehari-hari.
Salah seorang perempuan Suku Punan Batu dari generasi yang lebih muda, Siyuy mengatakan, baju Salayau mulai jarang digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Berburu di Hutan: Seni Bertahan Hidup Suku Punan Batu di Belantara Kalimantan |
![]() |
---|
Dedikasi Datu Karim, Pewaris Tradisi Kesultanan Bulungan Dampingi Suku Punan Batu |
![]() |
---|
Siapa Suku Punan Batu? Mengenal Pemburu Peramu Terakhir di Kalimantan |
![]() |
---|
Suku Punan Batu Minta Hutan Dijaga: Kalau Tidak Ada Matilah Kami |
![]() |
---|
Ketika Hutan tak Lagi Menjanjikan Bahan Makanan Bagi Suku Punan Batu, Ubi dan Lalihi Sulit Dicari |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.