Kenali Penyebab Virus Dengue dan Perangi dengan 3M Plus!

Sebagai salah satu wilayah dengan incident rate tertinggi, statistik terbaru menunjukkan prevalensi DBD di Kaltara mencatatkan 274 kasus di tahun 2023

|
Shutterstock
DBD atau dengue fever adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengue (DENV), ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 

TRIBUNKALTARA.COM - Penyakit Demam Berdarah Dengue atau DBD masih menjadi masalah kesehatan serius dan mengancam sejumlah wilayah di Indonesia, terutama di provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Sebagai salah satu wilayah dengan incident rate tertinggi, statistik terbaru menunjukkan prevalensi DBD di Kaltara mencatatkan terdapat 374 kasus terjadi di tahun 2023. 

Ibu kota provinsi, kota Tarakan mencatatkan jumlah kasus tertinggi dengan 146 kasus, diikuti dengan Kabupaten Tana Tidung (117 kasus), Nunukan (106 kasus), Bulungan (82 kasus), dan Malinau (23 kasus). Bahkan pada Juni 2023 lalu tercatat dua balita di kabupaten Nunukan meninggal dunia akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes P2KB Nunukan, Sabaruddin mengatakan pasien yang terjangkit DBD umumnya anak-anak di bawah umur. Sedang korban yang meninggal dunia adalah usia bawah lima tahun atau balita.

Baca juga: Cegah Penularan DBD, Camat Sebatik Timur Lakukan Fogging Massal 4 Desa, Dinkes: Itu Saja tak Cukup

Menurut badan kesehatan dunia, WHO, DBD atau dengue fever adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus dengue (DENV), ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Virus yang ditemukan di wilayah beriklim tropis ini menjadi salah satu faktor risiko yang menginfeksi 100 hingga 400 juta  kasus setiap tahunnya. Tak hanya berdampak pada sektor kesehatan, DBD juga dapat mempengaruhi sektor sosial dan ekonomi masyarakat. 

DBD bisa terjadi karena berbagai faktor, pertama faktor lingkungan yang menyebabkan populasi nyamuk vektor pembawa virus dengue Aedes Aegypti yang makin bertambah, curah hujan tinggi, dan lingkungan tempat tinggal masyarakat yang mendukung virus untuk berkembang, seperti air menggenang dan tumpukan barang.

Selain itu, ada faktor sosial yang berpengaruh, yaitu perilaku yang tidak sehat seperti kurang menjaga kebersihan, tidak menguras bak secara rutin saat musim hujan, membiarkan siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti, dan membiarkan barang bekas  yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk demam berdarah menumpuk. 

Tidak hanya itu, gejala DBD pada awalnya bisa mirip dengan flu atau penyakit lainnya, sehingga seringkali sulit untuk membedakannya hanya berdasarkan gejala awalnya. Hal ini dapat menyebabkan penundaan dalam diagnosis dan pengobatan yang tepat yang dapat berakibat fatal.

Baca juga: Kasus DBD di Nunukan Meningkat, Dua Anak Meninggal Dunia, Dinas Kesehatan Tetapkan KLB

Lantas, bagaimana cara mencegah agar penyakit DBD tidak menjangkit diri kamu dan lingkungan sekitarmu? 

Perlu diketahui, tak ada pengobatan khusus untuk DBD, tetapi kamu bisa melakukan pencegahan dengan mengendalikan vektor pembawa virus Dengue, nyamuk Aedes Aegypti. Kamu bisa mengajak keluarga dan lingkungan sekitar untuk melakukan upaya PSN 3M Plus atau Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 3M Plus untuk memerangi faktor risiko dari DBD. 

Selain menguras dan menutup tempat penampungan air serta mendaur ulang berbagai barang yang menumpuk, terdapat poin ‘Plus’ dalam gerakan 3M Plus sebagai bentuk upaya pencegahan tambahan, seperti bergotong royong membersihkan lingkungan, memeriksa tempat penampungan air hingga menggunakan obat anti nyamuk.

Perlu diingat, pastikan kamu menggunakan obat nyamuk semprot yang bisa membunuh seketika  sehingga efektif melindungi keluarga dari infeksi penyakit yang disebabkan oleh nyamuk. Karena selain demam berdarah, nyamuk juga merupakan vektor penularan banyak penyakit serius, seperti malaria, chikungunya dan virus Zika. 

Ayo, lindungi diri dan keluarga dari bahaya penyakit demam berdarah melalui pencegahan 3M Plus, termasuk dengan menggunakan obat nyamuk semprot yang bisa membunuh seketika.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved