Berita Nunukan Terkini

Penumpukan Sampah Terjadi Akibat Kurang TPS, DLH Nunukan Lakukan Pengadaan Tahun Ini 

Dalam mengangkut sampah di TPS hanya 16 ton sampai 17 ton yang diangkut. Oleh karena itu terjadi penumpukan sampah ditambah kurangnya TPS.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ FEBRIANUS FELIS
Tumpukan sampah di sebuah TPS, Jalan Angkasa, Kelurahan Nunukan Timur, belum lama ini 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Nunukan akui tumpukan sampah meningkat signifikan.

Peningkatan tumpukan sampah tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor. Selain karena pertambahan jumlah penduduk, juga akibat keterbatasan tempat pembuangan sementara (TPS).

Kendati begitu, Sekretaris DLH Nunukan, Freddy Gromiko mengatakan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya sudah lebih baik.

"Kita kekurangan TPS. Sehari petugas kami bisa mengangkut sampah dari sejumlah TPS sebanyak 16 ton hingga 17 ton. Masyarakat kita sudah mulai sadar membuang sampah pada tempatnya, makanya TPS kita selalu penuh tumpukan sampah. Sayangnya TPS kita yang terbatas," kata Freddy Gromiko kepada TribunKaltara.com, Selasa (19/09/2023), pukul 13.00 Wita.

Baca juga: Viral Sampah Menumpuk di Jogja, TPS Piyungan Ditutup, Sultan HB X Sebut Bukan Tanggung Jawab Pemprov

Bahkan peliknya lagi, dua TPS jenis krisbow yang terletak di Kelurahan Nunukan Selatan hilang diduga diambil orang pada malam hari.

Freddy menuturkan tahun ini DLH Nunukan akan melakukan pengadaan 10 TPS dengan sumber anggaran TAPE (anggaran provinsi berbasis ekologi).

"10 TPS sudah dalam proses pengadaan. Titiknya untuk Pulau Nunukan saja. Tapi kami masih kaji dulu karena jumlahnya terbatas. Kemungkinan kami prioritaskan untuk ganti TPS yang rusak dan hilang," ucapnya.

Selian kekurangan TPS, Freddy juga menyampaikan bahwa DLH Nunukan kekurangan armada pengangkut sampah.

Saat ini DLH Nunukan hanya memiliki sembilan armada truk yang mengakut sampah di 13 titik (rute) TPS yang ada di Nunukan.

Baca juga: Pantau Sampah Sudah Diambil atau Belum dari TPS, Diskominfo Tana Tidung Siapkan Aplikasi Monitoring

"Di samping volume sampah bertambah, armada kita juga kurang. Satu regu yang bertugas itu hanya bekerja 4 jam dalam sehari dalam satu rute. Kadang sampah yang diangkut sudah penuhi truk, tapi di TPS lain masih banyak yang belum diangkut," ujarnya.

Lanjut Freddy,"Makanya kadang masih banyak sampah yang terpaksa harus diangkut besok harinya lagi karena sudah melebihi jam kerja mereka," tambahnya.

Dia menjelaskan tiap regu pengangkut sampah hanya bekerja selama 4 jam. Sehingga bila di atas 4 jam, maka para pekerja akan masuk dalam hitungan lembur.

Sementara, DLH Nunukan tidak memiliki anggaran untuk membayar upah lembur bagi pekerjanya.

"Makanya masyarakat sering keluhkan sampah tidak diangkut-angkut. Sebenarnya mereka kerja tapi karena saking banyaknya sampah, sampai melebihi jam kerja mereka. Sampah di Nunukan saat ini naik 20 persen dari sebelumnya," tuturnya.

Lebih lanjut Freddy beberkan bahwa sampah 17 ton yang tiap hari diangkut hanya bersumber dari sampah rumah tangga.

Ilustrasi Pembuangan sampah di TPS
Ilustrasi Pembuangan sampah di TPS (TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH)

Belum termasuk dengan sampah-sampah yang dihasilkan oleh masyarakat pesisir laut.

"Makanya saat ini baru 70 persen yang kita kelola. Untuk 30 persennya yang belum itu sampah-sampah yang ada di laut," ungkapnya.

(*)

Penulis: Febrianus Felis.

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved