Mahasiswa Demo Tuntut Harga Rumput Laut

Harga Rumput Laut Sempat Anjlok Sampai Rp5 Ribu Per Kilogram, Begini Keluhan Petani

Petani rumput laut yang tergabung di Aliansi Bersatu Bersama Rakyat Pesisir. ikut dalam demo yang digelar ratusan mahasiswa di Kantor DPRD Tarakan

|
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Evis, petani rumput laut yang memiliki wilayah budidaya di Kelurahan Pantai Amal Kota Tarakan saat diwawancarai awak media di tengah aksi siang tadi, Senin (23/10/2023) 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Aksi demo menutut kestabilan harga rumput laut, Senin (23/10/2023) di Kantor DPRD Tarakan, ada pula perwakilan petani rumput laut yang tergabung dalam Aliansi Bersatu Bersama Rakyat Pesisir.

Evis, sebagai korlap mewakili petani rumput laut tergabung di Asosiasi Petani Rumput Laut yang ada di Tarakan menyampaikan terkait kondisi harga rumput laut hari ini.

Tercatat harga rumput laut saat ini di kisaran Rp 9 ribu sampai Rp10 ribu. Bulan kemarin bahkan sempat di angka Rp5 ribu-Rp6 ribu.

Dikatakan Evis kepada tribunkaltara.com, paling sedikit 1.000 bettang. Ada sampai 80.000 tali. Satu bettang musim bagus tergantung. Apalagi harga tali naik. Harga tali Rp46.500. Dulu harga masih bagus di harga Rp25 ribu talinya.

Baca juga: BREAKING NEWS Ratusan Mahasiswa Demo di Kantor DPRD Tarakan, Berikut 3 Tuntutan Disampaikan

“Ini harga tali makin naik. Minyak juga dulu Rp7000 sekarang naik Rp11 ribu,” paparnya.

Biasanya tali yang dibentangkan sepanjang 17 meter dalam satu lonjor tali. Kemudian bibit diperoleh dari Nunukan dengan modal bisa sampai Rp10 juta. Belum biaya bentang dan operasional. Modal ia sendiri sekali menanam bibit Rp50 juta. Sementara panennya tidak kembali modal.

“Saya yang paling kecil levelnya. Kalau enam bulan begitu, rugi sampai ratusan juta tidak kembali modal. Dapatnya kembali hasil panan bagus kalau musim bagus, sekarang modal Rp50 juta malah kembalinya Rp5 juta sampai Rp7 juta dalam jangka dua bulan. Kami bertahap, tiap hari panen dan tiap hari merugi,” paparnya.

Ie menjelaskan bahwa aspirasi yang disampaikan hari ini melibatkan mahasiswa karena berharap suara mahasiswa bisa ikut didengar oleh pemerintah bersama perwakilan rakyat di Kota Tarakan.

Ia melanjutkan sepanjang tahun 2023, terjadi penurunan harga drastis setelah sempat naik. Harga penurunan rumput laut di kisaran Rp3000 sampai Rp4000 sementara ketika naik hanya di kisaran Rp200 saja. Sehingga ini menjadi persoalan pihaknya karena tidak ada kejelasan.

Baca juga: Harga Rumput Laut di Nunukan Turun Drastis, Petani Keluhkan ke DPRD, Kamaruddin: Itu Bukan Solusi

Persoalan lain rumput laut yakni ada tengkulak. Tengkulak disebut melarang buyer masuk. Sehingga menjadi kendala dan ingin disampaikan di DPRD. Sempat dirapatkan di DPRD tidak ada gubris. Kenyataan di lapangan banyak tengkulak dengan sistem kerja mengumpulkan rumput laut dan dia menjual ke buyer. Padahal dari petani bisa langsung ke buyer.

“Kan bertahap, mungkin buyer bayar Rp10 ribu tapi kami dapat Rp6 ribu karena bertingkat. Masalahnya buyer dilarang masuk, dan asosiasi pedagang dia yang memegang semua termasuk pelabuhan dan container, tol laut dipegang, kami petani mau apa. Itulah kami mau tanyakan,” ujarnya.

Hal sama disampaikan petani rumput laut lainnya di Pantai Amal yakni Muksin. Harga rumput laut mengalami pasang surut dan bisa juga kembali nomrla. Saat ini di kisaran Rp 9 ribuan sampai Rp10 ribuan per kg.

“Tapi kemarin sempat sampai di harga Rp 6.500 per kg. Baru beberapa air naik harganya satu air ini naik Rp 10 ribu. Sekitar tiga bulan lalula itu harga Rp 6.500 per kg,” sebut Muksin.

Penurunan harga rumput laut belum diketahui sebabnya. Padahal dulunya harga rumput laut sempat di angka Rp 17 ribu bahkan tembus di angka Rp45 ribu sampai Rp50 ribu per kg.

“Sekarang kadarnya itu di angka 40, 38, harga Rp10 ribu. Waktu dibeli Rp6.500 kg, lebih jauh kadarnya ada di 38. Itu siap produksi makanya kami bingung harga kenapa bisa berubah. Kalau harga Rp 10 ribu per kg menurut kami masih jauh ideal. Masih rugi. Kalau harga pedagang standar minimal Rp14 ribu- Rp 15 ribu baru ada keuntungan sedikit,” terangnya.

Ratusan mahasiswa berasal dari berbagai organisasi internal dan eksternal kampus turun aksi menuntut kestabilan harga rumput laut, Senin (23/10/2023).
Ratusan mahasiswa berasal dari berbagai organisasi internal dan eksternal kampus turun aksi menuntut kestabilan harga rumput laut, Senin (23/10/2023). (TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH)

Sebabnya jika harga di bawah Rp 14 ribu, petani jauh merugi, dan tidak ada untung malah tekor. Karena sekarang harga pembibitan satu tali saja 8000 untuk dibayar ke pengikat rumput laut. “Itu untuk gaji ikatannya. Standar ikata tali Rp10 ribu,” sebutnya.

Kemudian untuk yang dipanen setelah kering bisa sampai 2,5 kg untuk satu tali.

“Kadang biasanya tidak jadi. Kita panen saja. Apalagi sekarang harga Rp 9.000. Turunkan 100 tali panennya cuma 150 kg kan tekor. Mana mau dibagi ke anggota. Makanya saya mengeluh mana tali oer biji 3000, petani sangat mengeluhkan sekali,” jelasnya.

Ibaratnya modal Rp5 juta hasilnya Rp3 juta dan rugi Rp2 juta. Sehingga ia ngotot harga di bawah Rp 10 ribu sangat jauh yang diharapkan dan berharp harga kembali di kisaran Rp15 ribu.

“Kalau dibilang alasan pedagang dibilang tidak ada pengiriman. Jadi kita ini bingung. Kok bisa. Coba dibilang banyak rumput naik baru harga turun tidak apa apa karena banyak rumput baru murah harga ya masih bisa menutupi. Ini kasian sudah rumput tidak ada harga makin turun,” tukasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved