Berita Daerah Terkini

Dampak Proyek DAS Ampal tak Kunjung Selesai, Warga Balikpapan Mengeluh, Pendapatan Pedagang Merosot

Dampak proyek Daerah Aliran Sungai atau DAS Ampal tak kunjung selesai, warga Balikpapan mengeluh, pendapatan pedagang di Jl MT Haryono merosot.

Editor: Sumarsono
Tribun Kaltim
Dampak proyek Daerah Aliran Sungai atau DAS Ampal tak kunjung selesai, warga Balikpapan mengeluh, pendapatan pedagang di sepanjang Jl MT Haryono pun merosot 

TRIBUNKALTARA.COM, BALIKPAPAN – Dampak proyek Daerah Aliran Sungai atau DAS Ampal tak kunjung selesai, warga Balikpapan mengeluh, pendapatan pedagang di sepanjang Jl MT Haryono pun merosot.

Proyek DAS Ampal, khususnya di Jl MT Haryono, Balikpapan, Kalimantan Timur ditargetkan tuntas akhir tahun 2023.

Namun sudah lebih setahun (sejak September 2022) hingga kini, proyek yang difokuskan untuk  menanggulangi banjir di Balikpapan ini belum menunjukkan tanda-tanda bakal segera rampung.

Kondisi ini berdampak signifikan terhadap perekonomian masyarakat sekitarnya.

Diketahui, proyek DAS Ampal digeber untuk mengatasi banjir di kawasan aliran Sungai Ampal, mulai Kampung Timur, Jl MT Haryono, Beller hingga Kampung Damai, Balikpapan.  

Adalah Yuli, perempuan paruh baya yang tinggal di bilangan Jl MT Haryono, Kelurahan Damai, Balikpapan mengeluhkan debu yang hari-hari tak jarang membuatnya tersedak.

Debu-debu dari badan jalan memang tampak masif. Penampakannya seperti kabut tipis setiap terlindas kendaraan, tampak ringan melayang mengurangi jarak pandang.

Baca juga: Aksi Kasmadi Viral Jadi Pawang di Proyek DAS Ampal: Cuaca Kok Dijadikan Alasan, Ini kan Proyek Besar

Ditambah dengan sengat matahari yang seolah enggan kompromi, Yuli nyatanya tetap berusaha memaklumi.

Yuli yang memiliki usaha jual makanan dan minuman mengaku pendapatannya merosot hingga 70 persen akibat proyek DAS Ampal yang molor penyelesainnya.

Yuli membuka lapaknya sedari pukul 10.00 WITA. Menata setiap barang dengan baik.

Bagi dia, menyiapkan lapak ini tidak membutuhkan waktu lama mengingat komoditi yang dijual pun tak banyak. 

DAS ampal2
Dampak proyek Daerah Aliran Sungai atau DAS Ampal tak kunjung selesai, warga Balikpapan mengeluh, pendapatan pedagang di sepanjang Jl MT Haryono pun merosot

Hanya dia memastikan, dirinya mengaku sudah mencoba beradaptasi, menyesuaikan diri pada kondisi proyek yang memporak-porandakan Jl MT Haryono.

Misalnya pada awal 2023, dia terpaksa berhenti berjualan sebab tidak ada lagi ruang untuk setidaknya sebuah meja bisa berdiri tegak.

Sejak proyek DAS Ampal dimulai, Yuli sempat tak menaruh kekhawatiran.

Ia menilainya hanya seperti pekerjaan pengaspalan jalan yang kerap terjadi saban tahun.

Baca juga: Kebakaran Terjadi di MT Haryono Balikpapan, 4 Rumah Ludes setelah Satu Jam Api Berhasil Dipadamkan

Namun gegara tangan eskavator mulai mengoyak jalanan di depan lapaknya, Yuli baru memasang curiga. 

"Sebetulnya jualan rokok sama minuman ini belum lama. Sebelumnya saya berjual makanan, jual pastel. Kalau jualan pastel ada 10 tahun," ujar Yuli memulai ceritanya.

Menjual pastel, kata dia, sudah menjadi bagian hidup. Mulai dari memotong kentang setiap malam, hingga menghitung uang penjualan sepulang berdagang.

Meski monoton, demikian terasa menyenangkan baginya.  Debu-debu yang beterbangan membuatnya mengurungkan niat untuk tetap berdagang pastel.

Yuli khawatir, debu-debu itu justru berpengaruh terhadap rasa pastel buatannya. Apalagi bukan hanya soal debu, tapi genangan air kotor imbas dari proyek itu.

Dia bercerita saat masih memproduksi sekaligus berdagang pastel. Per buah, kudapan itu dipatok Rp4 ribu. Cukup berjualan sehari, bukan hal baru meraup penghasilan kotor hingga Rp2 juta.

"Sehari itu saya biasa bikin 500 biji. Kalau misal bikin nggak banyak, bisa dapat Rp1,7 juta sehari. Untungnya bisa Rp700 ribuan sehari," kata Yuli.

Secara kalkulasi, penghasilannya menurun hingga sekitar 70 persen. Untuk menggenjot penjualan, dia sempat punya wacana berjualan hingga malam hari.

Merusak Ban

Ruas Jl MT Haryono, Balikpapan, selalu ramai di pagi hari. Tak mengendurkan laju kendaraan para pekerja dan anak sekolah yang melintasi ruas jalan itu.

Tak terkecuali Rizky yang hendak berangkat menuju kantornya.

Dia merupakan salah seorang karyawan swasta yang bekerja di sebuah kantor di Jalan Jenderal Sudirman, Gunung Sari Ilir, Balikpapan.

Baca juga: Kontraktor Lokal Minta Dilibatkan di Proyek IKN Nusantara, Pj Gubernur Siap Sampaikan ke Otorita IKN

Pagi-pagi sekali, dia sudah harus bergegas bekerja. "Balikpapan sekarang macet. Makin kesini, makin banyak pendatang," cetusnya.

Untuk menuju kantornya, dia terbiasa melintasi Jl MT Haryono, Damai, Balikpapan.

Ruas jalan itu sekarang terdampak oleh proyek DAS Ampal. Kondisi jalannya tentu tak semulus semula.

Demikian menjadi alasan tambahan bagi Rizky untuk beranjak dari rumah lebih awal.

Pagi itu, Rizky harus menghadiri rapat di kantornya. Semua berkas sudah dia siapkan sebaik-baiknya di dalam tas selempang hitamnya.

Setelah lengkap, dia mulai bergegas.

Dari depan rumah Rizky di Jalan Manunggal, menuju Jl MT Haryono hanya berjarak 90 meter.

Sejak awal keluar rumah, kepadatan kendaraan di Jalan MT Haryono pagi hari sudah jadi pandangan lumrah.

Dia memitir gas sepeda motornya dengan pelan, mengantisipasi kondisi jalan dan mobilitas kendaraan yang kerap tersendat.

Baca juga: Pertamina Stop Layanan Penjualan BBM Pertalite untuk Mobil di Dua SPBU Balikpapan, Ini Alasannya

Terlebih badan Jalan MT Haryono kini banyak terlihat rompal.

Dalam perjalanannya, Rizky juga harus menutup mulut dan hidung dengan masker agar tidak terhirup debu.  

"Jalan itu penuh dengan lubang, batu, dan debu. Saya harus berhati-hati untuk menghindari lubang dan batu yang ngerusak ban atau mesin sepeda motor," cerita dia.

Pernah suatu waktu, setelah menempuh hitungan meter, dia merasakan sepeda motornya mendadak terasa tak nyaman.

Sepeda motornya seolah terayun ke kanan dan ke kiri. Tak berselang lama, ia mendengar suara letupan dari belakang sepeda motornya.

Ban belakang sepeda motornya meletus karena tertusuk benda tajam.

izky mengaku kesal dengan kondisi jalan yang rusak dan berdebu akibat proyek tersebut.

Dia merasa terganggu dengan debu yang menimbulkan polusi udara dan mengganggu penglihatan.

Selain itu, menurut dia, kerusakan jalan juga menyebabkan kemacetan dan kerusakan kendaraan.

Rizky juga mengeluhkan gangguan distribusi air bersih PDAM yang terjadi akibat proyek tersebut. Ia mengatakan, air PDAM yang mengalir di rumahnya sering kotor dan bau.

"Kami harus membeli air galon untuk minum dan memasak," katanya.

Pemkot Evaluasi Kinerja Kontraktor

Salah satu program yang saat ini menjadi sorotan masyarakat Kota Balikpapan, yakni program pengendalian banjir dalam proyek multiyears pembangunan DAS Ampal yang digarap oleh kontraktor PT Fahreza Duta Perkasa.

Diawali dengan pembuatan saluran drainase dan pengerjaan peninggian jalan di depan Global Sport Jalan MT Haryono.

Kemudian berlanjut pekerjaan proyek di Jl MT Haryono, Damai, Kota Balikpapan.

Selanjutnya terdapat pengerjaan perbaikan saluran sekunder Balikpapan Baru atau tepatnya di depan Kantor Telkom, MT Haryono, Balikpapan.

Belum rampung pengerjaaan titik saluran sekunder, kontraktor PT Fahreza Duta Perkasa melanjutkan pengerjaan pada titik perbaikan saluran sekunder Inhutani tepatnya di sebrang MS Glow Kota Balikpapan.

Baca juga: Sandiwara Politik Pemilihan Wakil Wali Kota Balikpapan, Koalisi Parpol Pengusung Diduga Pecah Kongsi

Dampak dari pengerjaan proyek yang dikerjakan secara bersamaan tersebut lantas mengundang kerusakan di sepanjang Jl MT Haryono, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Selain merusak kontur jalan, proyek tersebut lantas menjadi berdebu ketika cuaca sedang terik, hingga kerap memicu kemacetan lantaran alat berat yang menjadi komponen pengerjaan proyek terparkir di badan jalan.

Menanggapi sorotan tersebut, Wali Kota Rahmas Mas'ud menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat Kota Balikpapan.

"Mohon maaf kepada masyarakat (Balikpapan) atas ketidaknyamanannya terhadap (pengerjaan proyek) yang masih berlangsung," ujarnya kepada TribunKaltim, Kamis (23/9/2023).

Menurutnya, dalam setiap pengerjaan proyek memiliki proses

. Di balik ketidaknyamanan tersebut, proyek ini menjadi upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan banjir yang ada di Balikpapan.

"Sebenarnya (proyek) ini juga untuk membuat nyaman Jl MT Haryono Balikpapan (ke depannya). Tapi ini kan ada prosesnya dan lagi berjalan," tutur Rahmad Mas'ud.

Dalam hal ini, menurutnya, pemkot melalui Dinas Pekerjaan Umum Balikpapan dan Manajemen Konstruksi PT  Yodya Karya terus melakukan pengawasan sesuai dengan tupoksinya masing-masing atas pengerjaan proyek tersebut.

"Kita tidak sedang mencari kesalahan, tapi bagaimana kita saling support dan saling mendukung supaya proses pekerjaan ini selesai," ucapnya.

Ilustrasi perbaikan drainase demi mengantisipasi banjir di Kota Balikpapan
Ilustrasi perbaikan drainase demi mengantisipasi banjir di Kota Balikpapan (TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO)

Selain itu, ia juga menanggapi isu yang beredar yakni PT Fahreza Duta Perkasa selaku kontraktor sempat dikabarkan meminta perpanjangan kontrak masa kerja. 

Sinyal perpanjangan kontrak tersebut, disinyalir lantaran progres pada proyek di kawasan Jl MT Haryono, Balikpapan ini diprediksi tidak dapat mengejar target hingga Desember 2023 mendatang.

Terkait perpanjangan kontrak ini, Wali Kota mengatakan, pemerintah akan mengkaji terlebih dulu asas manfaat, serta evaluasi berdasarkan kinerja kontraktor.

Kemudian dilakukan penyesuaian agar tidak bertentangan dengan regulasi undang-undang.

"Kita lihat kondisinya, bagaimana kinerja (kontraktor) serius atau tidak. Jika terlambat (tidak mengejar target) apa kendala dan penyebabnya. Itu kita kaji dan evaluasi dulu," ulasnya.

"Untuk orientasi kemajuan pembangunan kota Balikpapan, harus optimistis dong (proyek rampung sesuai target)," ucapnya.

Tak hanya demikian, sorotan publik kerap merujuk sikap pemkot Balikpapan yang terkesan bungkam mempublikasikan capaian progres dari pengerjaan proyek tersebut.

Padahal, pengawasan di lapangan telah terus dimonitor oleh instansi terkait.

"Biarkan orang (kontraktor) bekerja dulu. Setelah selesai, akan kelihatan titik banjir dan tinggi genangan yang bisa teratasi," kata Kepala DPU Balikpapan Rita, ketika dihubungi TribunKaltim. (zn/ars)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved