Berita Daerah Terkini

Samarinda Tertinggi Kasus Perundungan dan Kekerasan Seksual di Sekolah, Disdikbud Buntuk Satgas TPPK

Kota Samarinda tertinggi kasus perundungan dan kekerasan seksual di lingkungan sekolah se Kalimantan Timur, yakni tercatat 240 kasus.

Editor: Sumarsono
TribunKaltara via Kompas.com
Ilustrasi - Kasus perundungan dan kekerasan seksual di sekolah marak di Kalimantan Timur, dan Samarinda tertinggi dengan 240 kasus, disusul Bontang dan Balikpapan. 

Maraknya kasus kekerasan yang menimpa anak usia sekolah tak lepas dari pantauan Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak Kalimantan Timur (TRC PPA Kaltim).

Ketua TRC PPA Kaltim, Rina Zainun mengatakan, sepanjang 2023 kasus perundungan dan kekerasan seksual terhadap anak di sekolah memang cukup meningkat.

Baca juga: Lakukan Pelecehan Seksual ke Siswa, Polisi Tahan Oknum Guru, Polres Paser: Korbannya ada Dua

Sayangnya  mereka belum sempat membuka data kasus yang ditangani.

Namun, kasus kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah yang mereka tangani 50 persen didominasi kekerasan seksual di bawah umur.

"Rata-rata usia 13 sampai 17 tahun. Mereka anak satu sekolah dan melakukan hubungan terlarang itu," bebernya.

Ia menjelaskan perempuan selalu menjadi korban, sementara laki-laki akan menjadi tersangka sekaligus korban yang akhirnya dikenakan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA).

"Remaja laki-laki akan jadi tersangka apabila orangtua si perempuan keberatan dan melapor, namun penanganannya beda dengan pelaku dewasa," ujar Rina Zainun.

Kemudian 50 persen kekerasan lainnya adalah perundungan atau bullying.

Baca juga: Pelajar SMP jadi Korban Pelecehan Seksual Sang Pacar, Polres Nunukan Ungkap Modus Tersangka

Menurutnya, peranan orangtua dan guru harus berjalan seiringan, dalam artian orangtua bertugas membentuk karakter moral dan akhlak dasar bagi anak.

"Sedangkan sekolah melanjutkan dengan memberikan ilmu pelajaran dan budi pekerti di lingkungan sekolah. Mau mendengarkan keluhan siswa dan tidak menghakimi," jelasnya.

Ia mengatakan, dalam setiap kesempatan sosialiasi ke sekolah, TRC PPA Kaltim selalu meminta agar orangtua pelajar dihadirkan dalam kegiatan tersebut.

Dengan tujuan agar komunikasi orangtua dan guru berjalan satu arah. "Jadi tidak ada orangtua menyalahkan guru ataupun sebaliknya," jelasnya.

Namun Rina Zainun juga menegaskan,  dasar yang membentuk karakter anak adalah orangtua.

Apabila karakter anak sudah terbentuk baik dari dalam keluarga, tentu tidak akan mudah terpengaruh dalam pergaulan yang tidak benar.

"Tapi jika dari dalam keluarga tidak mendapatkan kasih sayang, perhatian dan lain sebagainya, maka anak akan mencari kenyamanan di luar atau lingkungan yang menerima dia," pungkasnya.(snw/ave)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved