Berita Tarakan Terkini

Sebut 90 Persen Kaltara Didominasi Laka Laut, SAR Gabungan Tarakan Latih Kesiapsiagaan Personel

Update pencarian korban pesawat Bintang Air lost contact di Perairan Kaltara, 3 orang dinyatakan tewas dan 7 selamat serta sebagian lagi luka-luka.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / ANDI PAUSIAH
Proses penyelamatan para korban dalam kegiatan simulasi latihan gabungan pagi hingga siang tadi, Selasa (20/2/2024). 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Update pencarian korban pesawat Bintang Air lost contact di Perairan Kaltara, 3 orang dinyatakan meninggal dunia dan tujuh orang selamat dan sebagian luka-luka siang tadi.

Kegiatan pencarian dan pertolongan korban dalam simulasi latihan SAR gabungan selesai kurang lebih pukul 12.25 WITA.

Dikatakan Syahril, Kepala Kansar Tarakan, skenario sendiri, sesuai informasi kecelakan pesawat muatan penumpang 10 orang di perairan Kaltara, lalu terjadi kebakaran serta meminta bantuan melalui Air Navigasi yang selanjutnya menghubungi Basarnas Tarakan.

"Setelah berkoordinasi pihak Airnav didapatkan titik koordinat LKP yang dilakukan pencarian dan digerakkan semua unsur, ada KN SAR Seta, beberapa RIB dan ada juga dibantu potensi SAR TNI AL dan Ditpolairud Polda Kaltara," beber Kepala Basarnas Tarakan Syahril.

Baca juga: KPU Tarakan Benarkan KPU RI Instruksikan Penundaan Rekapitulasi di Kecamatan, Begini Penjelasannya

Ia melanjutkan, bahwa dari sisi evaluasi secara makro, tidak ada kendala dalam proses latihan.

Namun secara internal pasti akan dievaluasi apa yang masih kurang dan akan diperbaiki.

Pada prinsinya lanjut Syahril, latihan dilakukan mendekati kejadian sebenarnya dan diupayakan zero accident.

"Dari teman-teman Kasi Ops dan tim berjalan lancar semua. Selesai kegiatan pun kuat, sehat walafiat," ujarnya.

Adapun kegiatan seperti ini, untuk respons time personel ke LKP pada kejadian pesawat maksimal 15 menit dan sudah mencari informasi.

"Sampai pergerakan dan respons time ke lokasi bergantung jangkauan LKP. Kita tidak bisa menentukan beratnya medan operasi seperti apa, gerakan unsurnya, prinsipnya menyamakan persepsi dan pola tindak. Dimana semua unsur potensi sudah paham semua dengan tugas masing-masing," jelasnya.

Ia menambahkan, jumlah personel dikerahkan 70-an orang dan potensi SAR lain 20 orang.

Sementara itu, Direktur Kesiapsiagaan Basarnas RI, Noer Isrodin Muchlisin membeberkan siklus secara umum, pencarian dan pertolongan jika tak ada kejadian, yang dilakukan tim adalah siaga 24 jam.

Kemudian, mempersiapkan kesiapsiagaan seluruh unsur, baik alat maupun SDM, harus bisa mengantisipasi kapanpun dan dimanapun kejadian termasuk salah satunya, latihan simulasi hari ini.

"Yang diambil adalah kecelakaan pesawat sipil, tapi yang kami terapkan adalah sistem SAR. Mulai dari pertama mendapatkan informasi Airnav, kemudian menyampaikan kepada seluruh potensi dan SDM menangani itu. Unsur TNI, kepolisian dari pemda dan masyarakat, semua yang memiliki kemampuan SAR kita kerahkan menangani situasi latihan," beber Noer Isrodin Muchlisin.

Lebih lanjut dikatakan Noer, progeam seperti ini sifatnya wajib dilaksanakan Basarnas dan setiap kantor sekali setahun. Jumlah kantor Basarnas RI sendiri ada 43 kantor dan per tahun melaksanakan latihan.

"Ini sebagai upaya kita untuk meningkatkan kesiapsiagaan kita dan menjamin supaya SDM dimiliki siap melaksanakan serta menjalin koordinasi, komunikasi dan jejaring dengan seluruh stakholders," bebernya.

Karena lanjutnya, urusan SAR tidak bisa dilaksanakan Basarnas sendiri apalagi wilayah Indonesia yang luas dengan potensi yang kompleks, maka tidak bisa bekerja sendiri.

"Pasti ada yang sudah memiliki kemampuan, memiliki alut dan bisa bersama laksanakan serta leading sector sesuai dengan protap operasi," terangnya.

Setelah melihat kemampuan dan koordinasi tim, ia menilai memang di wilayah Kaltara, potensi kejadian gunung meletus misalnya tidak ada. Tapi kemungkinan yang terjadi adalah kecelakaan perairan.

Baca juga: Pesawat Bintang Air Rute Balikpapan-Tawau Jatuh di Peraraian Tarakan, Dua Penumpang Meninggal 

"Mendominasi 90 persen yang ditangani kecelakaan perairan. Nelayan misalnya. Lalu, kecelakaan pesawat juga tidak bisa dipungkiri dalam kurun waktu lima tahun terakhir, kecelakaan besar kita tahu, mulai dari Air Asia, Sriwijaya, Lion Air dan kita tidak menginginkan terjadi. Sehingga latihan ini mengantisipasi melalui sistem ini sudah berjalan," jelasnya.

Mereka yang dilatih hari ini sudah memiliki mekanisme bagaimana membantu bersama.

"Saya yakin TNI, kepolisian, pemerintahan lain, mereka punya irisan tupoksi yang ada keterkaitan dengan urusan SAR, salah satunya membantu SAR dalam kecelakaan," pungkasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved