Berita Tarakan Terkini
4 Hari Bersama Pimpin Penyelamatan Pesawat Jatuh, Kepala Basarnas Tarakan Kenang Kolonel Pnb Bambang
Kepala Basarnas Tarakan, terkejut mendengar kabar wafatnya Kolonel Pnb Bambang Sudewo. Padahal sehari sebelumnya sempat jumpa saat kegiatan Sertijab.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Kabar duka cukup mendadak terdengar dari Kolonel Pnb Bambang Sudewo, sosok yang pernah ikut membantu Kepala Basarnas Tarakan memimpin misi operasi penyelamatan korban pesawat jatuh, PK SNE PT Aviation Air di Binuang, Krayan Nunukan.
Kabar itu begitu mengejutkan kata Syahril, Kepala Basarnas Tarakan.
Tidak hanya dirinya tapi juga rekan sejawat. Padahal sehari sebelumnya masih sempat bertemu saat kegiatan Sertijab.
Yang paling berkesan adalah empat har bersama almarhum dari pagi, siang hingga malam saat memimpin misi operasi penyelamatan korban PK SNE PT Aviation Air di Binuang.
Baca juga: Ketua PKB Tarakan Temui Eks Politisi PAN Bahas soal Pilwali, Pertemuan Dua Sosok Muda Petarung
Almarhum saat itu bertugas memimpin dan mengerahkan alutsista untuk menuju ke lokasi.
Kemudian Basarnas sebagai leading sector koordinator atau pemimpin komando.
Kolonel Pnb Bambang Sudewo saat itu masih menjabat sebagai Danlanud Anang Busra Tarakan.
"Saya menganggap beliau sebagai suatu panutan. Sebagai orang yang bisa memimpin dengan cara-cara dewasa, kemudian cair, suasananya itu cair banget. Artinya beliau itu fleksibel, beliau orang yang menerima masukan dan mendengar saran siapa saja saat itu," kenangnya.
Setiap saran disampaikan saat empat hari dalam Posko Penyelamatan di Bandara Juwata Tarakan, almarhum sangat menghargai.
Dari sisi pengalaman kata Syahril, mempunya pengalaman yang sama dan dituangkan dalam bentuk masukan demi tercapainya misi penyelamatan.
Ia sendiri juga pernah memimpin misi penyelamatan di Papua begitu juga almarhum.
Dan itu dibagikan bersama, sharing berbagi pengalaman, saling melengkapi kemudian dikolaborasikan bersama seluruh stakeholder yang ada.
Tugas almarhum saat itu adalah dari sisi teknis mengarahkan alutsista aset TNI dan mengambil alih pengarahan alut di lapangan.
Sementara dari sisi regulasi, Basarnas sebagai leading sector yang mengeksekusi, SAR mission koordinator adalah ia sebagai Kepala Basarnas.
"Saya sharing dengan beliau, beliau menerima itu. Tugas evakuasi kecelakaan pesawat adalah leading sector Basarnas sebagai komando. Beliau mempercayakan kami, beliau yang menentukan di mana lokasi yang tepat untuk penyelamat turun ke lokasi saat itu. Tapi karena belia yang dituakan, secara teknis mengambil alih untuk alutsista pesawat yang bergerak kelokasi,"ujarnya.
Sehingga alutsista dikerahkan sesuai perhitungan agar efisiensi, efektif, apalagi alutsista kemarin dikerahkan cukup banyak.
Jangan sampai semua alut dikerahkan namun tidak efisien sehingga membuang waktu dan biaya cukup banyak.
Kesan selama bersama almarhum, ia juga enjoy dalam operasi penyelamatan.
Pengalamannya dari Papua kemudian di Tarakan, di sinilah ia cukup enjoy layaknya melaksanakan diskusi pertemuan pada umumnya tanpa beban.
Baca juga: Jatuh di Hutan Belantara Krayan Tengah, Kemudi Pilot Rusak Parah, Berikut Puing Pesawat Smart Air
Itu dikarenakan situasi yang diciptakan dalam forum diskusi dalam posko oleh almarhum yang cukup cair.
"Tegang sih tegang kemarin tapi kita berdiskusi benar-benar cair. Ngobrol serius tapi santai. Itu yang buat saya merasa komandan ini betul betul panutan buat saya sangat luar biasa selama empat hari," ujarnya.
Almarhum sebagai orangtua, komandan dan pemimpin memiliki perhitungan yang begitu ketat cermat terstruktur terhadap personel yang melakukan penyelematan di lapangan.
Satu komitmen saat itu adalah safety first.
"Keselamatan adalah hal utama dan prioritas. Saya bangga, pelaksanaan itu sukses dan tidak ada insiden apapun," ujarnya.
Sampai selesainya penjemputan personel di lokasi kembali ke Tarakan semua selamat dan memang lanjutnya dalam setiap operasi harus betul-betul clear.
Jangan sampai ada yang tertinggal di daerah operasi. Karena komitmen sejak awal, operasi hanya berjalan satu kali. Tidak boleh ada operasi dua kali.
Karena lanjutnya biasa terjadi operasi serupa, menyusul biasanya flight recorder atau black box dievakuasi karena tertinggal atau karena tidak diketahui keberadaannya.
"Makanya begitu turun operasi, kami bersama tim sangat matangkan persiapan. Sudah sharing dengan maskapai di mana posisi alat ini. Sehingga begitu dieksekusi, kita bagi tugas. Siapa yang assessment korban, siapa yang assessment bagian peralatannya, teknis yang disebut flight recorder," ujarnya.
Dan itu sudah jelas terbagi tugasnya dan semua clear.
Memang prioritas utama dievakuasi adalah korban.
Untuk tim berapa lama pun di lapangan semua sudah terlatih.
Lanjut Syahril mengakui cukup mendadak kabar dukanya.
Ia sendiri menerima informasi saat itu tengah persiapan mengantarkan keberangkatan almarhum ke Jakarta.
Karena seharusnya almarhum dijadwalkan berangkat ke Jakarta.
"Beliau mengundang saya untuk mengantarkan keberangkatan beliau di VIV Room Bandara Juwata. Malam terima undangannya. Jadi hari Sabtu itu kami persiapan mau ke bandara begitu di perjalanan kami dapat informasi protokoler bahwa bapak berada di RS Pertamedika. Kami juga kaget," akunya.
Antara percaya dan tidak percaya apalagi hanya tersisa last minute sebelum berangkat.
Ia juga sempat tidak yakin kabar itu benar.
"Seperti tidak percaya jadi kami bergerak ke sana ke IGD Pertamedika. Sampai pagi padahal kondisi baik, kalau saya lihat beliau juga tidak ada riwayat penyakit jantung. Ini adalah ajal, beliau mendapat panggilan Illahi. Kita juga akan demikian, saya juga hanya menunggu waktu kapan tiba," bebernya.
Selam operasi SAR kemarin kondisi almarhum sangat baik dan prima.
Walaupun lelah karena dari pagi hingga malam, tapi almarhum yang mencairkan suasana.
"Kalau dipikir kami kurang istirahat. Pagi sampai sore malam. Tapi memang kalau ada waktu senggang kami duduk diskusi di Musala atau di smoke room. Di suasana tegang kita bawa bagaimana supaya tidak stress, presure tidak terlalu tinggi, karena komando ada di kami. Kalau pikira stress, konsentrasi akan buyar. Sehingga beliau juga ajak diskusi, beliau jiwanya paling suka guyon, jadi suasana cairnya bukan hanya di operasi tapi di mana saja," ujarnya.
Namun, takdir berkata lain.
Tuhan memanggil almarhum lebih dulu untuk berpulang.
Baca juga: BPBD Tarakan Terima Laporan Banjir, Satu Rumah Warga di Sebengkok Waru Terdampak Tanah Bergeser
Kemarin kata Syahril seharusnya ada dua schedule pemberangkatan.
Pertama, istri almarhum berangkat ke Makassar kemudian almarhum ke Jakarta persiapan untuk mengikuti Lemhanas.
"Rencana ibu naik Super Jet ke Makassar dan Bapak naik Batik Air. Tapi kabarnya mendadak buat terkejut. Situasinya bukan hanya saya tapi yang lain juga. Semua stskholders ada gubernur, wali kota dan Forkompinda. Karena beliau tidak ada riwayat dan gejala. Ini adalah ajal, kita semua sama, kapanpun dipanggil harus siap. Beliau meninggal di bulan Ramadan, mudahan amal baik beliau diterima di sisi Allah SWT," pungkasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah
Kolonel Pnb Bambang Sudewo
Kepala Basarnas Tarakan
PK SNE PT Aviation Air
Sertijab
Krayan
Syahril
Nunukan
Tarakan
Danlanud Anang Busra Tarakan
| Malam Ramah Tamah ExCom Meeting CityNet Asia Pacific di Bali Usung Tema Bangun Harmoni Perkotaan |
|
|---|
| Wali Kota Hadiri ExCom Meeting CityNet Asia Pacific, Momen Kenalkan Tarakan di Forum Internasional |
|
|---|
| Wakil Wali Kota Tarakan Tutup MTQ XXI Tingkat Kecamatan Tarakan Tengah, Sebengkok Raih Juara Umum |
|
|---|
| Wakil Wali Kota Tarakan Ibnu Saud Ikut Safari Gotong Royong, Kali Kedua Digelar Sasar Gunung Lingkas |
|
|---|
| Akses Jalan Menuju TPA Hake Babu Dikebut DPUPR Tarakan, Ditarget Akhir Desember 2025 Rampung |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltara/foto/bank/originals/Kolonel-Pnb-Bambang-Sudewo-Komandan-Lanud-Anang-Busra-saat-menyampaikan-rilisnya-ht.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.