Berita Ekonomi Terkini

Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah Tembus Rp16.220 per Dolar AS, Bank Indonesia Siap-siap Intervensi

Update nilai tukar rupiah terhadap dolar terus melemah hingga tembus Rp16.220 per Dolar Amerika Serikat, Bank Indonesia siap-siap intervensi.

Editor: Sumarsono
Kolase TribunKaltara.com / Risnawati dan Kompas.com
ILUSTRASI - Nilai tukar rupiah terhadap dolar terus melemah hingga tembus Rp16.220 per Dolar Amerika Serikat, Bank Indonesia siap-siap akan melakukan intervensi. 

Hal itu sejalan dengan IMF menyebutkan bahwa negara berkembang yang tergabung dalam G20, salah satunya Indonesia, memegang peran penting bagi aktivitas ekonomi global.

Indonesia sebagai produsen utama terbesar untuk transisi energi, yakni nikel. 

Lain IMF, lain pula Pemerintah.

Perekonomian Indonesia di tahun 2024 optimis akan lebih tinggi dibandingkan proyeksi IMF, yakni di angka 5,2 persen, kemudian pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai kisaran 5,3 persen-5,6 persen.

Baca juga: Pastikan Uang Aman, Lantamal XIII Tarakan Kerahkan KRI Sidat Kawal Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2023

Optimisme pemerintah terhadap proyeksi 2024 yang solid dan 2025 yang lebih baik, didukung oleh kondisi politik yang semakin stabil paska Pilpres serta berbagai indikator makro cukup bagus dan fundamental makro  juga kuat, memperkuat optimisme ekonomi terus tumbuh.

Terpisah, Gubernur Bank Indonesia(BI), Perry Warjiyo memastikan pihaknya akan melakukan intervensi menyusul nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah. 

"Kami akan memastikan nilai tukar (Rupiah) akan terjaga.

Kami lakukan intervensi baik melalui spot maupun non delivery forward (NFD)," ujar Perry.

"Kami jajakan koordinasi dengan pemerintah, dengan fiskal bagaimana menjaga moneter dan fiskal. Kami pastikan kami di pasar untuk melakukan langkah stabilisasi," katanya lagi.

Menurut Perry, Presiden Jokowi juga nantinya akan melakukan langkah khusus agar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus terjaga.

"Nanti ada (arahan Presiden)," ujarnya.

Pakar Ekonomi dari Center of Reform on Economic (Core), Mohammad Faisal  kebijakan fiskal dan moneter yang dikeluarkan pemerintah harus lebih akomodatif dan responsif guna menjaga agar daya beli masyarakat tidak terpuruk imbas pengaruh global dalam hal ini perang di wilayah Timur Tengah.

Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Pecah, Kontraksi Pasar Global Dimulai, Rupiah Langsung Dikabarkan Melemah

"Kalau di fiskal harus lebih akomodatif kalau dari sisi moneter harus memperhatikan hal-hal yang menghambat sektor riil," ujar Faisal.

Menurut Faisal hal yang perlu diantisipasi juga adalah kenaikan harga minyak yang bisa berdampak kepada kenaikan harga BBM di dalam negeri.

Pemerintah lanjutnya harus menghindari kebijakan fiskal yang justru lebih ketat. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved