Berita Kaltara Terkini

Rayakan Hari Kartini tak Hanya Dilakukan dengan Acara Seremonial, Ini Kata Politisi Hingga Aktivis

Tanggal 21 April menjadi hari yang spesial untuk seluruh perempuan di Indonesia. Dimana pada tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Kartini.

Penulis: Desi Kartika Ayu | Editor: M Purnomo Susanto
TribunKaltara.com / Desi Kartika Ayu Nuryana
Ilustrasi, dialog perempuan yang dilaksanakan oleh KPU jelang pemilu 2024. 

TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR – Tanggal 21 April menjadi hari yang spesial untuk seluruh perempuan di Indonesia. Dimana pada tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Kartini.

Kartini sendiri dikenal sebagai salah satu tokoh atau pahlawan perempuan yang telah memperjuangkan perempuan untuk mendapatkan hak yang setara, utamanya yakni dalam hal pendidikan.

Lahirnya Hari Kartini juga diperingati sebagai lahirnya kehidupan modern bagi para perempuan.

Dalam hal ini, peringatan Hari Kartini biasanya diperingati dengan adanya sejumlah seremonial seperti penggunaan busana kebaya yang identic dengan R.A Kartini sebagai bangsawan dari tanah jawa.

Baca juga: Ingkong Ala Didorong Maju ke Provinsi, Relawan Daftarkan ke PDIP Sebagai Bakal Calon Wagub Kaltara

Namun seiring berkembangnya zaman, peringatan Hari Kartini bukan lagi terletak kepada bagaimana bentuk seremonial yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah atau tempat kerja.

Tetapi lebih kepada bagaimana para perempuan dapat mengadopsi buah pikiran dari Kartini terkait kebebasan bagi perempuan dalam mengemukaan pendapat serta mendapatkan hak Merdeka yang sama baik dalam bidang pendidikan, politik, social dan budaya.

Sehingga seperti yang kita lihat saat ini, sudah banyak pekerjaan dan jabatan yang sebelumnya hanya diisi oleh kaum laki-laki yang kemudian terbuka untuk kaum perempuan.

Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bulungan, Farida Silviawati mengatakan adanya Hari Kartini sebagai proses lahirnya emansipasi wanita tidak boleh disalah artikan bahwa perempuan harus lebih unggul daripa laki-laki, namun hal terpenting yang harus dipahami adalah bagaimana berbagi peran dalam kehidupan sehari hari.

“Emansipasi bukan menuntut lebih dari laki-laki, tetapi lebih kepada bagaimana kita harus menjadi ibu yang cerdas, Tangguh dan mandiri,” ujarnya.

Menurutnya, hal tersebut dikarenakan perempuan atau seorang ibu merupakan madrasah pertama bagi keluarganya. Selain itu ia juga berharap agar kaum perempuan dapat mengisi pembangunan dan program-program terhadap pemberdayaan perempuan, utamanya di Kabupaten Bulungan.

“ Harapannya untuk peran perempuan dalam bidang ekonomi kreatif masih sangat diperlukan, terutama dalam pembinaan UMKM untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menopang ekonomi keluarga,”

Sementara itu, Putri Otonomi Bulungan, Andi Nurhanna Manthovani mengatakan bahwa perayaan Hari Kartini bukan hanya sekedar seremonial belaka, namun dimaknai dengan merefleksi diri sebagai bentuk penghargaan kepada R.A Kartini yang telah berjuang dalam meningkatkan harga perempuan dan pendidikan di Indonesia.

“Kartini sudah berhasil memperjuangkan emansipasi wanita, sehingga sekarang kita bisa merasakan hal-hal yang dulunya sangat dibatasi bagi kaum perempuan,” tuturnya.

Oleh karen itu, ia berharap agar para perempuan di Indonesia khususnya daerah Bulungan dapat terus berupaya untuk meningkatkan potensi dan perannya untuk ikut serta dalam memajukan Kabupaten Bulungan .

“Meskipun Ibu Kartini dudah tidak ada, kita sebagai kaum perempuan wajib untuk terus melanjutkan perjuangannya untuk tetap meningkatkan harkat perempuan, tentu tanpa melupakan kodratnya sebagai seorang Wanita,” jelasnya.

Aktivis Penggerak Perempuan, Jannah mengatakan terlahir sebagai seorang perempuan bukan sebuah hal yang dapat dipilih. Dimana pada dewasa ini, banyak hal yang telah membatasi perempuan karena adanya lebel lemah yang masih melekat.

Dalam artian, masih banyak perempuan yang tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan public. Selain itu, perempuan juga sarat dikaitkan dengan urusan domestic atau rumah tangga.

“Padahal urusan domestic atau rumah tangga bukan hanya mejadi kewajiban perempuan, tetapi laki-laki juga harus ikut andil,” ujarnya.

Menurutnya, adanya permasalahan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa factor, salah satunya adanya marginalisasi pemikiran dari perempuan yang hingga saat ini masih terjadi stereotipe atau dianggap suara perempuan tidak berpengaruh.

“Namun yang menjadi PR kita saat ini adalah bagaimana memaknai kesetaraan gender tersebut,” tegasnya.

Baca juga: Andi Sulaiman Serius Maju Pilkada Kaltara, Tim Relawan Batman Ambil Formulir di PAN, Sudah 4 Parpol

Pasalnya banyak yang memaknai kesetaraan gender adalah persamaan bahkan persaingan antara kaum perempuan dan laki-laki. Dimana seyogyannya gender bukan berbicara mengenai jenis kelamin, tetapi berkaitan dengan kemampuan.

“Sebenarnya yang diperjuangkan oleh Kartini pada masanya adalah lebih kepada bagaimana kemudahan untuk mendapatkan akses pendidikan bagi kaum perempuan,” ulasnya.

Berkenaan dengan itu, ia berharap agar perempuan dapat memperoleh hak serta dukungan dalam dunia pendidikan.

(*)

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved