Berita Nunukan Terkini
Cerita Guru Lajang asal Nunukan Ditugaskan di Desa Terpencil, Tanpa Listrik, Sulit Air dan Internet
Tahun 2023 menjadi awal perjalanan penuh tantangan bagi seorang guru perempuan lajang asal Kabupaten Nunukan, yang lulus seleksi PPP) pada 2023.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Tahun 2023 menjadi awal perjalanan penuh tantangan bagi seorang guru perempuan lajang asal Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) yang lulus seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada 2023.
Meski tak memilih sendiri lokasi penempatan, ia menerima tugas di sebuah desa terpencil di Kecamatan Sei Menggaris, wilayah perbatasan yang jauh dari akses publik dan fasilitas dasar.
Narasumber yang enggan disebutkan namanya karena alasan keamanan ini mengungkapkan bahwa penempatan dirinya adalah keputusan dari Dinas Pendidikan.
"Saya tidak memilih. Penempatan diambil alih dinas. Sekolah tempat saya mengabdi itu jauh dari jalan utama, dan berada di tengah perkebunan sawit. Jadi saat saya lulus tes PPPK 2023, ternyata ada peserta di atas saya yang punya sertifikat pendidik," kata narasumber yang enggan disebutkan namanya kepada TribunKaltara.com, Sabtu (03/05/2025), sore.
Baca juga: Tes PPPK Tahap 2 Malinau Segera Dilaksanakan, Simak Struktur Soal dan Kiat Ujian
Lanjut dia,"Kami sama-sama lulus, hanya saja dia yang diprioritaskan karena punya sertifikat pendidik," tambahnya.
Saat lulus tes PPPK 2023, wanita yang spesifik mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris itu harus menunggu penempatan selama satu tahun.
"Saya menunggu selama satu tahun untuk mendapatkan formasi. Tapi akhirnya saya tidak bisa memilih, Dinas Pendidikan yang memilih penempatan di sekolah tempat saya mengajar sekarang. Sembari menunggu penempatan, saya tetap mengajar di salah satu SMP di Nunukan tempat saya menjadi guru honorer sebelumnya," ucapnya.
Saat keluar surat penempatan tugas mengajar dari Dinas Pendidikan Nunukan, perjalanan menuju lokasi sekolah tidak mudah.
Ia harus menumpang speedboat dari Nunukan menuju Sei Ular, lalu melanjutkan dengan sepeda motor sekira 45 menit untuk sampai ke desa tempatnya bertugas.
Untuk sampai di sekolah dari tempat tinggal sementara, ia perlu menempuh perjalanan 20 menit lagi di tengah perkebunan sawit.
"Saya tidak menemukan tempat kos atau kontrakan. Akhirnya saya tinggal numpang di rumah warga, kenalan keluarga. Rumah dinas guru ada, tapi semua diisi guru laki-laki, tanpa listrik dan air. Untuk mandi saja harus menadah hujan. Kalau tidak ada hujan, ya terpaksa mereka numpang di sumur bor milik warga," ujarnya.
Kehidupan sehari-harinya diwarnai keterbatasan.
Tidak ada listrik, jaringan internet sangat lemah, dan harga kebutuhan pokok jauh lebih mahal dibandingkan di kota.
"Jaringan internet berharap dari tower perusahaan. Itupun handphone harus disimpan di jendela," tuturnya.
Di sekolah, hanya ada tiga rombongan belajar (Rombel) dengan jumlah siswa tak sampai 60 orang.
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
Kecamatan Sei Menggaris
Dinas Pendidikan
perkebunan sawit
Nunukan
PPPK
3 Desa Baru di Nunukan Kaltara Siap jadi Definitif, Berpeluang Gelar Pilkades Perdana Tahun Depan |
![]() |
---|
Wabup Hermanus Ungkap 6 Agenda Prioritas dalam APBD Perubahan 2025 Nunukan Kaltara |
![]() |
---|
Rancangan Pendapatan APBD-P Nunukan 2025 Turun 5,20 Persen, Wabup Sebut Fokus ke Program Prioritas |
![]() |
---|
5 Perusahaan di Nunukan Siap biayai 600 Jiwa Peserta Non JKN Lewat CSR, Dinkes: Sisa 11.456 Orang |
![]() |
---|
Dua Pelajar Nunukan ke Panggung Nasional, Gaungkan Budaya Tidung di Ajang Duta Budaya Indonesia 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.