Potret Suram Rumput Laut Nunukan
Harga Anjlok dan Hama Menyerang, Gunawan Tinggalkan Rumput Laut, Beralih Jual Minyak Goreng
Petani rumput laut Gunawan akhirnya beralih jualan minyak goreng dan galon, gegara harga rumput laut anjlok dan terserang hama.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Tiga tahun sudah Gunawan (25) menambatkan harapan pada budidaya rumput laut di perairan Jalan Lingkar Nunukan, Kelurahan Selisun, Kecamatan Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara). Namun kini, tali-tali itu hanya digantung, tak lagi diturunkan ke laut.
"Bulan lalu saya putuskan berhenti dulu. Yang urus rumput laut sekarang hanya keluarga," ujar Gunawan kepada TribunKaltara.com, Senin (16/06/2025), dengan nada lelah tapi pasrah.
Dulu, Gunawan bisa senyum lebar setiap panen. Dari 6 karung rumput laut kering, ia bisa kantongi Rp16 juta bahkan hingga Rp20 juta per bulan.
Tapi kini, dengan harga rumput laut hanya Rp11.000 hingga Rp12.000 per kilogram, hasil panen yang sama hanya bernilai sekitar Rp7 juta.
Baca juga: Kunjungi Daerah Perbatasan, Gubernur Kaltara Serap Aspirasi Nelayan dan Petani Rumput Laut Nunukan
"Kalau panenan lagi bagus, satu karung bisa sampai 85 kilogram. Tapi kalau kadar airnya tinggi, bisa sampai 100 kilogram. Sayangnya sekarang yang panen cuma 2 karung yang bagus karena ada hama hijau yang menyerang. Sehingga hanya dapat Rp3 juta aja sudah syukur," kata Gunawan.
Petani muda ini memulai usaha budidaya rumput laut bersama keluarga, dengan modal awal Rp20 juta.
Uang itu dipakai untuk membeli fondasi dan tali. Panen dilakukan setiap 40 hari, dengan jumlah bervariasi tergantung seberapa banyak tali yang diturunkan ke laut.
Namun belakangan, bukan hanya harga yang menyulitkan. Hama lumut hijau juga menyerang rumput laut miliknya.
Munculnya hama ini sejak tahun lalu, merusak kualitas panen dan menyusutkan penghasilan secara drastis.

Baca juga: Petani di Nunukan Kalimantan Utara Kini Kembali Gembira, Ekspor 60 Ton Rumput Laut ke Korea Selatan
"Lumut hijau itu bikin hasil panen rusak. Jadi yang biasanya 8 karung, sekarang paling cuma 2 yang bisa dijual bagus," ucapnya.
Beban makin berat ketika biaya operasional tetap harus jalan. Upah pekerja yang ma'betang (mengikat rumput laut) kini hanya Rp8.000 per tali turun dari sebelumnya Rp14.000.
Gunawan harus pintar-pintar mengatur agar usahanya tak benar-benar kolaps.
Demi bertahan hidup, Gunawan akhirnya mencari alternatif lain. Kini, ia tak lagi menggantungkan hidup dari laut, melainkan bekerja menjual minyak goreng dan air galon milik orang lain.
"Sekarang saya kerja sama orang. Jual galon dan minyak goreng. Ya makan gaji dari orang, tapi paling tidak masih bisa bantu keluarga," ungkap Gunawan.
Baca juga: Petani di Nunukan Menjerit Harga Rumput Laut Anjlok, Jual Sarana Produksi hingga Perhiasan Istri
Meski sudah tak sepenuhnya bergelut di laut, Gunawan belum sepenuhnya menyerah.
Ia masih berharap harga rumput laut kembali naik dan serangan hama bisa ditekan, agar fondasi yang pernah ia bangun bersama keluarganya tak hanya jadi cerita masa lalu.
(*)
Penulis: Febrianus Felis
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.