HARU Pasops Lanal Nunukan Kapten Laut (P) Abdul Sempat Temui Ibu Sebelum Meninggal Kala Sedang Tugas

HARU Pasops Lanal Nunukan Kapten Laut (P) Abdul sempat temui ibu sebelum meninggal kala sedang tugas.

TRIBUNKALTARA.COM/FELIS
Pasops Lanal Nunukan, Kapten Laut (P) Abdul Khalik Daeng Mappalewa. TRIBUNKALTARA.COM/Febrianus felis. 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - HARU Pasops Lanal Nunukan Kapten Laut (P) Abdul sempat temui ibu sebelum meninggal kala sedang tugas.

Sebagai anak laki-laki satu-satunya dari tiga bersaudara, Abdul Khalik Daeng Mappalewa memiliki cita-cita tinggi.

Salah satunya, menjadi Komandan Kapal Perang Republik Indonesia ( KRI ) dan membawanya bersandar di tempat kelahirannya.

Perjalanan untuk mewujudkan cita-citanya pun, saat ini tengah dijajakinya.

Satgas TMMD ke-109 Kodim 0907/Tarakan Door to Door Sosialisasikan Protokol Kesehatan

Dandim 0910/Malinau Sofwan Nizar Sebut Sinergi TNI dan Masyarakat Malinau Jadi Kunci Persatuan

Pasops Lanal Nunukan Kapten Laut (P) Abdul Khalik, Jadi Tentara Karena Terinspirasi Film Perang

Sekarang, pria yang akrab disapa Abdul telah berpangkat Kapten Laut (P).

Kemudian, pria kelahiran tahun 1995, di Kabupaten Luwuk Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) ini telah menjabat sebagai Pasops Lanal Nunukan.

Mengisahkan perjalanan karirnya, Abdul mendaftar di pangkalan TNI AL palu tahun 2006, dilantik menjadi prajurit TNI AL sejak 2009.

Dirinya, selama 9 tahun jalani kedinasan di KRI Surabaya. Tahun 2018 sempat berpindah-pindah KRI, dan kemudian ditempatkan di Lanal Nunukan sampai sekarang.

Abdul mengatakan awal ketertarikan dia pada TNI, lantaran suka menonton adegan di film perang.

Tidak hanya itu, Abdul juga senang melihat seragam TNI.

"Kelihatan bagus seragamnya. Saya juga melihat TNI begitu ramah di tengah masyarakat," kata Abdul kepada TribunKaltara.com saat ditemui di Mako Lanal Nunukan, Minggu (4/10/2020).

Bahkan, Abdul mengaku masyarakat di Luwuk Banggai (kampungnya) sangat bangga melihat seorang TNI.

Lantaran, keluarga sangat bangga melihat Abdul lulus TNI AL.

Dia mengatakan, tantangan sebagai prajurit TNI khususnya di perbatasan, yakni harus pisah dari keluarga.

Pasops Lanal Nunukan. Kapten Laut (P) Abdul Khalik (TribunKaltara.com / Febrianus Felis)
Pasops Lanal Nunukan. Kapten Laut (P) Abdul Khalik (TribunKaltara.com / Febrianus Felis) (TribunKaltara.com / Febrianus Felis)

"Keluarga saya tinggal di Jawa Timur, Sidoarjo. Sementara saya, ditugaskan di perbatasan RI-Malaysia, Nunukan, Kalimantan Utara," ujar Abdul.

Untuk bertemu keluarga, dia harus menunggu cuti, yang sesuai aturan dua kali setahun.

"Namun ada kebijakan lain kalau keluarga ada sakit bisa diizinkan oleh pimpinan," tutur Abdul.

Dia mengatakan tahun ini sudah sempatkan untuk pulang ke Sidoarjo kunjungi istri, dua anak dan orangtua.

Abdul menceritakan saat berdinas di KRI yang pangkalannya ada di Surabaya.

Dia alami lebih dari satu kali tugas dadakan.

Saat dirinya sedang melaksanakan cuti, tiba-tiba ada perintah mendadak dari komandan KRI untuk segera berangkat jalankan operasi.

Suatu ketika, saat menjalankan tugas patroli di perairan alki dua, antara Kalimantan dan Sulawesi.

Kebetulan saat itu di tengah laut ada sinyal, dia mendapatkan kabar dari keluarga di rumah.

Bahwa, Ibunya sedang sakit parah sehingga dirinya diizinkan komandan untuk cuti selama tiga hari.

Dia senang lantaran diberikan izin tiga hari.

Kata Abdul, mungkin pertimbangan komandan kala itu adalah agar moril Abdul sebagai TNI tetap terjaga.

Sehingga, tidak menjadikan beban pikiran selama Abdul menjalankan tugas operasi di tengah laut.

Akan tetapi, kehendak Tuhan berbeda, ajal manusia tidak ada satupun yang tau.

Ibu Abdul, meninggal dunia di hari kedua Abdul di rumah.

"Pada saat Ibu meninggal dunia, saya laporkan kepada komandan. Namun, masih ada waktu satu hari, izin saya belum selesai. Saya gunakan untuk ikut dalam kegiatan pemakaman Ibu saya," terangnya sambil berkaca-kaca mata Abdul.

Dari komandan dan seluruh prajurit mengucapkan belasungkawa.

Abdul bersyukur bisa berada di samping Ibu walaupun hanya dua hari saat-saat terakhir Ibunya.

"Perasaan sedih ada, namun sudah menjadi tugas dan kewajiban untuk melaksanakan pengabdian saya sebagai prajurit TNI," ungkap Bapak dua anak ini.

Abdul merupakan anak bungsu laki-laki satu-satunya dari tiga bersaudara.

"Saya punya cita-cita menjadi komandan KRI, dan bisa mengawaki KRI untuk berlabuh di kampung halaman saya," ungkap Abdul dengan suara serak.

Dia mengatakan tujuan menjadi TNI AL semata membanggakan keluarga.

Dia menceritakan saat di KRI Surabaya, dia lakukan patroli pengamanan perbatasan, patroli keamanan laut, patroli keamanan alur laut kepolisian Indonesia, dan laksanakan pengamanan pulau terluar.

Cerita Danrem 092 Maharajalila Brigjen TNI Suratno Menjadi Prajurit dan Pernah Gagal Daftar Akmil

Kerap Meraih Gelar Juara, P3MD Malinau Lirik Potensi Pengembangan PLTPH

Jelang HUT Ke-75 TNI Lanal Nunukan tak Ada Persiapan Khusus, Khalik : Sejak Agustus Gelar Pra HUT

Kalau di KRI saat melaksanakan operasi, dirinya mengaku sering tidak dapat sinyal karena di tengah laut, bahkan kadang hadapi badai cuaca ekstrim di tengah laut.

Sedangkan, di perbatasan saat ini dirinya bisa memilki banyak waktu untuk menghubungi keluarga.

"Apalagi sekarang bisa video call. Kalau hambatan alhamdulillah tidak ada selama di perbatasan," imbuhnya.

( TribunKaltara.com )

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved