Berita Tarakan Terkini

Kronologi Salam Ditemukan Selamat, 2 Hari Terombang-ambing di Laut, Buka Puasa hanya Minum Air Laut

Sujud syukur Salam ditemukan Tim SAR Tarakan, terapung di laut 2 hari, buka puasa hanya minum air asin.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Salam Candra (mengenakan baju oranye milik tim SAR) saat diwawancarai TribunKaltara.com di kediamannya di RT 7 Kelurahan Lingkas Ujung, Minggu (2/5/2021). TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN - Sujud syukur Salam ditemukan Tim SAR Tarakan, terapung di laut 2 hari, buka puasa hanya minum air asin.

Tangis haru mewarnai kediaman Salam Candra, warga RT 7 Jembatan Besi, Kelurahan Lingkas Ujung pada Minggu (2/5/2021) sore.

Salam tiba di kediamannya sekitar pukul 16.00 WITA usai waktu Azhar. Ia disambut istri dan empat anaknya bersama puluhan kerabat dan tetangganya yang sudah menanti kepulangannya.

Baca juga: Terapung di Laut Dua Hari Satu Malam, Warga Tarakan yang Sempat Hilang Kontak Ditemukan Selamat

Baca juga: Jadwal Buka Puasa dan Azan Maghrib Kota Tarakan 20 Ramadan 1442 H atau Minggu 2 Mei 2021

Baca juga: Dirut Rumah Sakit Umum Kota Tarakan Joko Ungkap Pendapatan Tahun 2020 Miliaran Rupiah

Sempat terapung  di lautan dua hari satu malam, Salam Candra, warga Tarakan yang sempat hilang kontak ditemukan dalam kondisi selamat.
Sempat terapung  di lautan dua hari satu malam, Salam Candra, warga Tarakan yang sempat hilang kontak ditemukan dalam kondisi selamat. (HO/SAR Tarakan)

Ia kala itu masih mengenakan pakaian PDH milik salah seorang petugas SAR Tarakan yang ikut dalam pencarian. Kata Salam, baju yang ia kenakan sudah sempat basah karena kehujanan lalu kembali kering karena kepanasan di laut.

Kepada media TribunKaltara.com, Salam bercerita bagaimana ia bertahan hidup selama dua hari terapung di Perairan Kaltara.

Awal mulanya, ia berangkat dari lokasi pertambakan di Pulau Selayu yang masih masuk dalam Kabupaten Bulungan. Ia baru saja selesai memanen ikan dan membawa hasil panen tambak seberat 500 kilogram menuju Tarakan untuk dijual.

"Saya bawa dari tambak sekitar 5 pikul itu, urainya.

Ia tak mengecek kondisi bensin speedboat miliknya. Ia berangkat sekitar pukul 07.30 WITA. Ia memperkirakan sekitar pukul 08.00 WITA, sudah keluar dari area sungai menuju laut lepas namun masih berada di perairan Kaltara.

Pukul 09.00 WITA, mendekati Kota Tarakan, ia diadang badai. Kabut menutupi penglihatannya disertai hujan. Ia juga dihantam gelombang cukup besar menurutnya.

"Gelombangnya besar, ditambah kabut. Topi saya juga terbang," urai Salam memulai ceritanya.

Kondisi cuaca yang buruk ikut memperburuk pandangan pria paruh baya itu. Ia memperkirakan padahal sedikit lagi bisa sampai ke Tarakan. Namun apesnya, ia kehabisan bahan bakar.

"Seandainya bensin tidak habis, saya masih bisa lanjut sampai ke Tarakan. Karena sudah saya lewati dua kapal ponton itu. Begitu kapal ponton sudah tidak kelihatan sudah menghilang, di situ juga saya kehabisan bensin," urai pria kelahiran tahun 1966 ini.

Akhirnya ia memutuskan menghubungi keluarganya. Waktu itu handphone yang ia pakai masih bisa dihubungi keluarga. Ia melihat kondisi air saat itu sudah hampir surut. Hujan masih berlangsung. Air surut memperburuk situasi. Ia semakin jauh terbawa arus dan menjauhi Tarakan. Akhirnya ia mulai terombang-ambing. Namun usahanya masih tak putus asa menghubungi keluarga.

Ia juga kala itu kehabisan pulsa data di android miliknya. Oleh keluarga di Tarakan, ia diisikan pulsa untuk tetap berkomunikasi.

"Karena sudah tidak bisa dinyalakan mesinnya, speed saya hanyut ikuti arus dan angin. Saya di situ tidak tahu persis di mana posisinya," urainya.

Kondisi itu akhirnya membuat keluarga segera mendatangi Kantor SAR Tarakan pada pukul 13.35 WITA dan meminta bantuan untuk melakukan pencarian. Dari tim SAR diberangkatkan lima personel sekitar pukul 13.55 WITA.

Namun saat personel tiba di lokasi terakhir Candra dihubungi, ia tak ditemukan oleh tim SAR. Personel tiba sekitar pukul 14.20 WITA saat itu.

Di tempat terpisah, Candra ternyata juga tengah berusaha mendayung menggunakan kedua tangannya untuk bisa sampai ke pulau terdekat. Menjelang Magrib, hari sudah gelap. Kondisi handphone android miliknya tersisa tak sampai 10 persen. Meskipun masih mendapatkan sinyal, saat itu tak pandai mengirimkan share lokasi dalam aplikasi WhatsApp. Ia meminta keluarganya dan istrinya untuk tak menghubungi handphone miliknya karena sudah dalam kondisi low baterai.

"Karena sudah gelap. Saya mau pakai buat senter buat penerangan. Di depan saya tidak kelihatan apa-apa," ujarnya.

Dalam kebingungan, kembali muncul secercah harapan. Ia melihat di depannya terdapat kelap kelip lampu berwarna merah dan putih bergantian menyala. Ia memutuskan mendekati lokasi itu. Dalam sangkanya, itu lokasi pemukat yang sedang menjaring ikan.

Salam Candra, korban yang menghilang dan terapung-apung selama dua hari di perairan Kaltara akhirnya ditemukan tim SAR, Minggu (2/5/2021).
Salam Candra, korban yang menghilang dan terapung-apung selama dua hari di perairan Kaltara akhirnya ditemukan tim SAR, Minggu (2/5/2021). (HO/SAR Tarakan)

Namun semakin ia berusaha mendekat, speedboat yang ia tumpangi semakin tak bergerak sama sekali. Ia mencurigai speedboat miliknya kandas di gusung. Namun itu hanya perkiraannya. Karena ternyata ia berada di antara dua gusung panjang. Itu berdasarkan penglihatannya di dalam kondisi kegelapan.

"Saya tidak kandas di gusung. Saya ada di tengah-tengahnya antara dua gusung panjang. Begitu air pasang saya dayung lagi menunu lampu merah," urainya.

Ia lokasi pemukat yang ia sangka ternyata kapal. Ia bermaksud ingin mendekati kapal tersebut agar bisa segera berbuka puasa.

"Maksud saya dekati kapal itu, mau minta air minumnya buat buka puasa biarlah terlmbat. Yang penting saya bisa buka. Eh tapi saya coba dayung speedboatnya tidak bisa," ungkapnya.

Padahal saat itu tidak sedang terjadi hujan. Satu jam sudah berupaya mendekati lokasi, speedboat tidak bergerak. Akhirnya ia menuruti saran saat ditelpon seseorang untuk membuang muatannya.

"Saya awalnya tidak bisa buang karena bukan ikan saya. Tapi ada yang menelpon katanya buang saja saya bilang bukan punya saya. Akhirnya saya buang sebagian. Besoknya lagi sebagianya baru saya buang," bebernya.

Lampu merah putih kelap kelip yang ia lihat satu jam kemudian redup. Kembali ia terombang ambing di tengah lautan. Tanpa tahu di mana posisi dan titik koordinat tempat ia berada. Meski ia sempat melihat pulau namun samar-samar, tetap tak bisa ia gapai. Itu karena speeeboat yang ditumpanginya tak bergerak menuju lokasi yang ia tuju.

Waktu berbuka pun sudah lewat. Ia yang dalam kondisi berpuasa belum bisa menenggak apapun lantaran tak membawa bekal makan dan minum.
Mau tidak mau, karena rasa haus, ia memutuskan minum air laut.

"Saya minum pakai dua tangan saya gayung dan dua kali saya ulang. Mau tidak mau," kenangnya.

Ia kelelahan dan akhirnya memutuskan untuk tidur. Dalam pembaringannya, ia sudah memasrahkan diri jika sampai malam itu ia tidak ditemukan.

"Hanya bisa pasrah. Mau diapa sudah. Tapi memang kalau ajalku belum sampai di sini aku pasti masih bisa hidup. Tapi kalau ajalku sudah sampai, pasrah sudah," ungkapnya.

Keesokan harinya terbangun ia masih tak tahu di mana ia berada. Masih dalam kondisi bersabar dan hanphone miliknya sudah tak lagi bsia difungsikan karena low baterai.

Menurutnya pula sebelum Tim SAR menemukannya ia sempat mengalami kejadian aneh. Ia bisa mendengar deru mesin speedboat dan kapal yang lewat. Namun ia tak melihat satupun wujudnya.

"Tadi pagi banyak speedboat kudengar. Tapi tidak kelihatan. Kapal juga bunyi ndak ada kelihatan kapalnya. Suaranya saja kudengar," ungkap suami dari Alwiah tersebut.

Ia kembali memutuskan memejamkan mata sampai tiba pertolongan. Ia yakin dari dalam hatinya akan ada yang datang melihatnya.

Akhirnya harapan itu ada. Sekitar pukul 13.45 WITA, Tim Search and Reschue (SAR) tiba dengan RIB yang berisikan sejumlah personel sigap menghampiri speedboat miliknya. Ia terbangun dan mengucap syukur.

Namun kondisinya sudah sangat lemas. Ia dievakuasi langsung personel tim SAR. Saat berada di atas RIB milik SAR, ia langsung sujud syukur. Itu terlihat dari video dokumentasi tim SAR saat masih di titik lokasi penemuan dirinya.

Akhirnya ia pun diberikan pakaian ganti oleh tim SAR dan air minum. "Nanti ketemu Basarnas baru dapat minum. Saya langsung sujud syukur," ungkapnya

Ia pun dibawa tim bertolak dari lokasi menuju Pelabuhan Tengkayu Satu. Rombongan SAR tiba sekitar pukul 15.45 WITA kemudian dibawa menuju kediamannya di Jembatan Besi.

Sesampai di kediamannya ia langsung dipeluk istri dan anak-anaknya. Tak terhitung rasa syukur yang diungkapkan keluarga kepada seluruh tim yang sudah ikut berpartisipasi mencari kehilangan dirinya.

Baca juga: Ketahuan Nyalakan Petasan, Kapolres Tarakan Bakal Tindak Tegas Pelaku 

Baca juga: Pencarian Warga Hilang Kontak Memasuki Hari  Kedua, Tim SAR Tarakan Siapkan Peralatan Medis 

Baca juga: Cuaca Kota Tarakan Minggu 2 Mei 2021, BMKG Perkirakan Hujan Ringan Terjadi Siang Hari

Selain melibatkan personel SAR juga melibatkan personel Polairut Tarakan dan Polda Kaltara. Dari perwakilan masyarakat juga turut serta puluhan warga yang tergabung dalam komunitas mancing ikut mencari dan menyisir sampai ke Pulau Bunyu dan beberapa pulau lainnya.

Salam yang saat itu tak henti didatangi kerabat dan tetangga menanyakan keberadaannya. Baginya bisa ditemukan dalam kondisi selamat tak lepas dari campur tangan Tuhan. Usai berbagi kisah ia undur diri memasuki dapur untuk mengisi perut.

"Dari kemarin saya belum makan dan sampai lemas sekali. Saya berterima kasih kepada semua yang sudah membantu dan direpotkan saya dan keluarga. Terima kasih untuk tim SAR juga," pungkasnya. (*)

Penulis: Andi Pausiah

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved