Berita Tana Tidung Terkini

Ketua PKK KTT Vamelia Ibrahim Sebut Kekerasan Verbal jadi Tantangan Orangtua Dampingi Anak saat BDR

Ketua PKK KTT Vamelia Ibrahim sebut kekerasan verbal jadi tantangan orang tua dampingi anak saat BDR.

Penulis: Rismayanti | Editor: M Purnomo Susanto
istimewa
Ketua Tim Penggerak PKK Tana Tidung, Vamelia Ibrahim saat menjadi salah satu narasumber dalam Talkshow Hari Anak Nasional yang diselenggarakan TribunKaltara.com, Jumat (23/7/2021) 

TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Ketua PKK KTT Vamelia Ibrahim sebut kekerasan verbal jadi tantangan orang tua dampingi anak saat BDR.

Dimasa pandemi Covid-19 ini, orang tua mau tidak mau menggatikan peran guru di sekolah saat anak-anak belajar dari rumah (BDR) atau secara daring.

Ketua Tim Penggerak PKK Tana Tidung, Vamelia Ibrahim mengatakan, dimasa pandemi Covid-19 ini, orang tua sebenarnya yang mengambil alih, di mana setiap pembelajaran harus bisa diajarkan kepada anak-anaknya.

Baca juga: Hari Anak Nasional, Bupati KTT Ibrahim Ali: Dampingi Anak Belajar di Rumah Dengan Penuh Kesabaran

Baca juga: KTT Terbanyak Kasus Terpapar Covid-19 Varian Delta, Bupati Bulungan Tingkatkan PPKM Mikro di Sekatak

Baca juga: Gedung Perpustakaan di KTT Gunakan Bangunan Eks TK, Sarana Minim, Tahun 2022 Usulkan Pembagunan 

Materi pelajaran yang kian hari kian berkembang ini, sering kali sulit dipahami anak. Apalagi dengan penjelasan dari guru yang terkadang minim.

Dia menyampaikan, hampir 15 persen kendala yang dihadapi orang tua saat mendampingi anak belajar di rumah, yaitu kurang memahami materi pelajaran anak.

Sementara, 40 persen orang tua sulit menjelaskan pembelajaran kepada anak.

Vamelia mengatakan, hal Inilah yang menjadi salah satu tantangan orang tua. Menjadi pengganti guru di sekolah, namun kurang memahami materi pelajaran anak.

"Inilah yang terkadang buat orang tua stress. Sehingga tidak mungkin kita tidak melakukan kekerasan verbal. Pasti kekerasan verbal itu ada, seperti ngomel-ngomel," ujarnya dalam Talkshow Hari Anak Nasional, Jumat (23/7/2021)

Berdasarkan hasil survei Unicef tahun 2020, sekitar 30 persen anak mengalami kekerasan verbal ketika mengikuti pembelajaran secara daring.

Kekerasan verbal, kata Vamel, mungkin dipandang biasa saja bagi orang tua, namun dampak negatif yang diterima anak, sangatlah membekas.

Baca juga: Tingkatkan Kompetensi Guru dan siswa, Disdikbud KTT Sosialisasi Aktivasi Akun Pembelajaran

Baca juga: Bupati Ibrahim Ali Optimis Wujudkan Pusat Pemerintahan di KTT: Alhamdulillah Pak Gubernur Perhatian.

Baca juga: Riahadi Suara Terbanyak Calon Kepala Desa Tideng Pale di KTT, Berikut Hasil Perhitungannya 

Memang tidak membekas secara fisik. Akan tetapi membekas di mental atau psikis anak. Sehingga hal itu berdampak pada anak, salah satunya menjadi sulit mengambil keputusan

"Kemudian bisa menimbulkan ketidakpercayaan diri pada anak, sulit bersosialisasi, mudah stress, bersikap terlalu agresif, dan lambatnya proses tumbuh kembang.

Mungkin ini tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua, tapi tolong kedepannya diperhatikan," tandasnya.

Penulis: Risnawati

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved