Berita Nunukan Terkini
Gunakan Metode Jemput Bola, Kantor Pos Nunukan Salurkan Bantuan Sembako Rp 600 Ribu ke 2.510 KPM
Gunakan metode jemput bola, Kantor Pos Nunukan salurkan bantuan sembako Rp 600 ribu ke 2.510 KPM.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
Hari ini, kata Agus pihaknya menyalurkan Program Bantuan Sembako itu di Kantor Lurah Nunukan Selatan.
Hal itu dilakukan untuk mempermudah KPM mengambil bantuannya.
"Daripada mereka harus turun ke kota, kasian kejauhan. Jadi kami yang mendekat. Lebih baik kami yang keluar uang bensin daripada penerima bantuan itu. Esok pagi lanjut di kantor Pos lagi," terang Agus.
Proses penyaluran bantuan tunai itu melalui validasi penerima dengan metode foto menggunakan face recognition. Setelah itu dilakukan geo tagging, dan memotret rumah KPM.
"Kalau Lansia dan KK tunggal rencananya kita door to door saja. Sekalian geo tagging dan verifikasi rumah penerima bantuannya. Betulkah rumahnya di RT itu dan apakah layak untuk menerima bantuan," ungkapnya.
Lanjut Agus,"Kalau di rumah KPM ada lagi yang harus diisi melalui aplikasi. Ada yang namanya titik koordinat dan foto rumah," tambahnya.
Rumah KPM yang dianggap tidak masuk dalam kriteria penerima akan diverifikasi lagi oleh Dinas Sosial Nunukan.
"KPM yang bersangkutan kemungkinan diputus bantuannya, jadi tahap berikut tidak dapat. Informasinya bulan April adalagi, tapi tidak tahu persis tanggal berapa," imbuhnya.
KPM: Uang Buat Beli Beras & Kuota Internet Anak
Seorang penerima manfaat, Rosmawati warga Jalan Ujang Dewa Sedadap, Nunukan Selatan mengaku akan menggunakan uang Rp600 ribu tersebut untuk keperluan belanja di rumah. Sebagiannya lagi dipakai untuk membeli kuota internet anaknya.
"Sekarang sekolah kembali terapkan belajar Daring, otomatis perlu kuota internet. Anak saya pertama SMA yang satunya kelas VI SD. Beli kuota Rp115 ribu, hanya pakai berapa hari saja," pungkas Rosmawati seusai menerima bantuan.
Ia beberkan, selama pandemi harga sembako terbilang naik. Beras 10 Kg ia beli di pasar seharga Rp110 ribu per karung.
Baca juga: Hanya 6 Speedboat Reguler yang Dijadwalkan Berangkat dari Nunukan ke Tarakan, Sabtu 26 Februari 2022
Rosmawati hanya seorang ibu rumah tangga, sementara sang suami penjual tempe dan tahu keliling.
"Sebelum pandemi hanya Rp105 ribu harga beras 10 Kg. Ya kami cukup-cukupkan saja. Yang penting ada buat makan dan keperluan anak sekolah. Harap dari hasil dagang tahu dan tempe, paling banyak suami saya bawa pulang Rp300 ribu. Belum lagi harga kacang kedelai sekarang kan naik," keluh Rosmawati.
Penulis: Febrianus Felis