Berita Tarakan Terkini
Angka Kunjungan ke Museum di Tarakan Sempat Turun Saat Pandemi, Kini Membaik Gandeng Travel Agen
Pandemi Covid-19 jumlah pengunjung ke Museum Museum Sejarah Perang Dunia II dan Perminyakan Kota Tarakan, Kaltara turun. Namun kini telah membaik.
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Selama pandemi Covid-19 dua tahun terakhir, berdampak juga pada angka kunjungan di Museum Sejarah Perang Dunia II dan Perminyakan Kota Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara) yang mengalami penurunan.
Secara umum angka kunjungan ke museum bisa dikatakan rata-rata sehari 10 orang. Diakui Titik Sudarwati, Kepala UPT Balai Adat Tidung dan Budaya dan Museum Sejarah Tarakan, biasanya pengunjung dari luar daerah memakai jasa travel agen.
“Oleh travel biasa arahkan ke museum. Karena pandemi Covid-19 kemarin jelas mengalami penurunan. Tapi ini sudah mulai meningkat,” ujarnya.
Baca juga: Perlu Ruangan Pameran, Museum Sejarah Perang Dunia II dan Perminyakan di Tarakan akan Tambah Gedung
Bahkan lanjutnya museum yang berlokasi di Kelurahan Kampung Empat di Kota Tarakan ini sempat enam bulan ditutup total dan tak bisa dikunjungi.
“Waktu pandemic tinggi-tingginya angka kasusnya. Enam bulan lebih ditutup,” urainya.
Jika berdasarkan hitungan per enam bulan diperkirakan angka kunjungan masyarakat ke museum mencapai 6 ribuan.
“Jadi lumayan banyak,” urainya.
Selain didominasi siswa juga dari travel agen yang menyediakan layanan ke Derawan misalnya, saat di Tarakan, museum menjadi lokasi rekomendasi untuk ikut dikunjungi.
Baca juga: Semarak Peringatan HUT ke-77 RI, Puluhan Siswa SD Ikut Belajar Melukis di Museum Sejarah Tarakan
“Sekalian singgah ke sini. Ada juga wisatawan mancanegara. Mereka sering ke sini karena saat perang dulu melibatkan Australia, mereka sering ke sinimau tahu nenek moyangnya. Seperti ada history keluarga. Mereka yang sudah sampai di cucu-cucu generasinya,” jelasnya.
Untuk museum sendiri, di dua gedung saat ini dimiliki UPT Balai Adat Tidung dan Budaya dan Museum Sejarah Tarakan. Pertama museum dengan tema Perang Dunia II dan di gedung sebelah ada tema Sejarah Perminyakan Kota Tarakan.

Untuk diketahui Tarakan juga memiliki sejarah perebutan minyak saat itu. Untuk gedung dengan tema Perang Dunia II, di antaranya ada baling-baling pesawat, kemudian senjata, algojo Jepang, pondasi Rumah Boendar yang dulunya menjadi rumah dinas BPM, perusahaan minyak Belanda yang ada di Tarakan.
Kategori yang bisa disimpan di museum yang sesuai dengan tema. Secara teknis sebelum disimpan di museum harus melalui kajian. Sehingga ada kurator yang bekerja dan menentukan benda tersebut layak atau tidak disimpan di museum.
Baca juga: Pemkot Tarakan Bakal Revitalisasi Museum, Tambah Satu Gedung untuk Kegiatan Pameran Kontemporer
“Tidak sembarangan ada yang kasih barang langsung disimpan. Jadi masih ada yang beranggapan museum tempat menyimpan barang lama. Padahal harus melihat tema dan nilai histori apakah sesuai story di Tarakan,” urainya.
Ia mencontohkan, di dalam museum ada selembar peta disimpan di sana. Namun walaupun hanya selembar peta, namun nilai history sangat tinggi.
“Jadi peta dari Australia University. Jadi salah seorang profesr orang sejarah mendalami Tarakan dan ditemuka pet aitu. Dulu bagaimana perang dan jalur minyak serta jalur persembunyian mereka tahu dari peta. Jadi kita diberikan salinannya,” pungkasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah