Berita Tana Tidung Terkini
Penggunaan Obat Sirup Dilarang, Apotek Mulya di Tana Tidung Sarankan Pembeli Beralih ke Obat Tablet
Dengan adanya larangan sementara menggunnakan obat sirup, Apoteker di Apotek Mulya di Tana Tidung mengaku, pembelian obat sirup menurun.
Penulis: Rismayanti | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Sejak mencuatnya larangan sementara penggunaan obat sirup demi mencegah gagal ginjal akut, tren pembelian obat sirup di Tana Tidung, Kalimantan Utara menurun.
Hal tersebut disampaikan salah satu Apoteker di Apotek Mulya Tana Tidung, Bery Darmawan. Dia menyampaikan, masyarakat teredukasi dengan sendirinya.
Dia mengatakan, sejak hal tersebut ramai di pemberitaan, banyak masyarakat Tana Tidung, khususnya konsumen Apotek Mulya yang menanyakan kebenaran kabar tersebut.
Baca juga: Anak Demam dan Diare, Fitri Minta Puskesmas Nunukan Beri Obat Puyer, Obat Sirup Sementara Dilarang
"Tentunya kita juga ndak mau membesar-besarkan ya berita yang sedang terjadi, ndak mau nakut-nakuti juga.
Intinya kita cukup sampaikan ke masyarakat tetap berhati-hati saja, karena kita juga belum tau penyebab pastinya apa," ujarnya kepada TribunKaltara.com
Baca juga: Kepala Dinkes Tarakan Imbau Anak Sakit Jangan Berikan Obat Sirup, Bawa ke Puskesmas atau Dokter
Sekedar diketahui, Apotek Mulya membatasi persediaan obat sirup dan terus mengedukasi masyarakat beralih membeli obat tablet.
Namun apabila hal tersebut tak memungkinkan, pihaknya akan mengkonsultasikan ke tenaga kesehatan, seperti dokter maupun apoteker.

"Kalau memang bisa diberikan sediaan sirup dan itu resikonya rendah, mungkin bisa kita berikan.
Tapi kita tetap utamakan berikan saran solusi, memberikan kesediaan yang lebih aman dulu seperti tablet dan sebagainya," katanya.
Baca juga: Lima Obat Sirup Harus Ditarik dari Peredaran, BPOM Tarakan Ingatkan Sanksi Bagi Pelanggar
Meski demikian dia sampaikan, masyarakat sudah banyak yang melakukan antisipasi mandiri dengan lebih memilih membeli obat tablet dan berkonsultasi lebih lanjut.
Menurutnya, hal itu sangat baik karena banyak masyarakat yang telah mengerti, sehingga untuk memberi edukasi pun jauh lebih mudah.
"Contohnya, sebelumnya kalau beli obat kan langsung milih sirup, sekarang mereka konsultasi dulu. Makanya kalau kita sarankan ke sediaan lain, mereka sudah mengerti," pungkasnya.
(*)
Penulis: Risnawati