Hikmah Ramadhan
Menjaga Perkataan dan Perbuatan di Bulan Suci Ramadhan
DALAM pergaulan hidup bermasyarakat, biasa terjadi ada orang berkumpul tiba-tiba tanpa direncanakan lalu berbincang-bincang (ngobro) ke sana kemari.
Oleh: KH. Muhammad Haiban, Wakil Ketua Umum MUI Kalimantan Timur
TRIBUNKALTARA.COM - DALAM pergaulan hidup bermasyarakat, biasa terjadi ada orang berkumpul secara tiba-tiba tanpa direncanakan lalu berbincang-bincang tanpa judul (ngobrol) ke sana kemari.
Di dalam pembicaraan tersebut tidak jarang keluar kata-kata jorok, bahkan tanpa disadari berubah menjadi membicarakan orang ( ghibah ).
Atau dalam lagu Jawa berirama gambuh diungkap "ingkang cinatur polah kang ngelantur tanpa pitutur".
Banyak orang meremehkan suatu pembicaraan lalu tidak menyadari bahwa perkataan bisa berakibat buruk.
Bagi orang yang dapat mengurangi nilai ibadah puasanya dan tidak mendapatkan pahala puasa bahkan dapat menyebabkan seorang celaka.
Sabda Rasulullah SAW, yang artinya:
"Barang siapa yang tidak dapat menahan perkataang dustanya dan perbuatan serupa maka Allah tidak memerlukan dia meninggalkan makan dan minumnya".
Alangkah ruginya apabila berpuasa, sudah berpayah-payah menahan lapar dan dahaga selama sebulan penuh kemudian puasanya tidak diterima oleh Allah SWT.
Baca juga: Kumpulan Pantun Lailatul Qadar, Malam Seribu Bulan di Ramadhan, Bagikan ke Media Sosial yuk
Lantaran terjebak ke dalam suatu perbuatan yang dibenci Allah ialah berkata kotor atau membicarakan aib orang lain.
Karena itu di dalam hadits dikatakan bahwa "betapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan pahala puasanya melainkan hanya lapar dan dahaga".
Apabila terjadi perbuatan dan ucapan jorok/ kotor apalagi sampai membicarakan aib orang lain (ghibah) berarti ibadah puasanya telah gagal mengendalikan hawa nafsunya.
Padahal yang diharapkan dari melakukan ibadah puasa adalah agar menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT. (Q.S. Albaqarah (2): 183)
Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya dan selalu menjaga diri dari melakukan sesuatu yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya serta senantiasa berhati-hati dalam ucapan dan perbuatannya.
Perhatiannya terhadap dirinya tidak lengah tetapi selalu aktif untuk mengontrol apa yang diucapkan dan apa yang dilakukannya.
Munculnya semua perbuatan tercela karena adanya dorongan syahwat dan nafsu yang setiap orang memilikinya.
Namun hati dan akal pikiran dapat mengalahkan segala sesuatu yang ditimbulkan oleh syahwat dan hawa nafsunya.
Baca juga: Memanfaatkan Kesempatan di Bulan Ramadhan
Maka akal pikiran hendaknya selalu digunakan dan selalu aktif mengontrol apa yang akan kita ucapkan, jangan sampai lengah sesaat pun agar selamat dari melakukan perbuatan tercela yang merugikan diri sendiri.
Manusia adalah makhluk Allah yang paling baik ciptaanya, manusia memiliki nafsu dan akal pikiran sebagai faktor pengendali dari dalam dirinya sendiri.
Berbeda dengan hewan yang hanya memiliki nafsu tidak memiliki akal pikiran yang menjadi alat penimbang antara perbuatan yang baik dan buruk sehingga hewan tidak dapat mengendalikan nafsunya dan tidak dapat mengontrol dirinya.
Orang yang tidak mau menggunakan akal pikirannya untuk mengendalikan syahwat dan hawa nafsunya tidak ada bedanya dengan hewan.
Bahkan firman Allah SWT di dalam Al Quran menyatakan bahwa manusia yang tidak menggunakan akalnya untuk memahami agama itu derajatnya lebih rendah daripada hewan. (Q.S. Ala'raf (7): 179.
Oleh karena itu orang yang tidak menggunakan akalnya untuk menimbang baik buruk dan mengendalikan tingkah lakunya disamakan dengan hewan bahkan lebih rendah daripada hewan.
Maka perbuatan baiknya seperti melakukan ibadah puasa puasanya tidak diberi pahala, seperti halnya hewan yang berbuat baik membantu manusia tetapi perbuatannya tidak dinilai seperti manusia sehingga kelak tidak masuk ke dalam surga menyertai manusia.
Untuk mencapai sukses berpuasa hendaknya kita selalu ingat dan merujuk kembali kepada makna hakikat ibadah puasa.
Perlu diingat bahwa ibadah puasa hakekatnya adalah mengendalikan syahwat dan nafsu serta menahan diri dari segala perbuatan dan perilaku yang dibenci oleh Allah SWT dan Rasulullah.
Lebih-lebih perbuatan yang dapat membahayakan keselamatan diri seperti mengeluarkan kata-kata yang kotor/ jorok atau ghibah dan lain-lain.
Baca juga: Simak Kumpulan Pantun Agama tentang Zakat Fitrah, Amalan Rukun Islam yang Ketiga di Bulan Ramadhan
Termasuk perkataan yang kotor adalah tulisan yang dimuat di media sosial.
Sudah sering kita dengar ada orang yang berurusan dengan aparat penegak hukum sampai akhirnya dimasukkan ke dalam penjara gara-gara mengunggah tulisan yang tidak baik di media sosial.
Maka ungkapan "menjaga lisan" bukan saja lisan yang di mulut tetapi termasuk lisan melalui dibuat tulisan-tulisan.
Maka mengontrol perkataan dan perbuatannya sendiri itu sangat penting bagi orang yang berpuasa maupun yang tidak sedang berpuasa agar tidak menjadi orang yang merugi sebagaimana hadits tersebut di atas.
Memang mengontrol perbuatan diri sendiri itu adalah pekerjaan yang berat, tidak semua orang mau melakukan sekalipun sesugguhnya mampu jika mau.
Oleh karena itu menahan hawa nafsu itu dikategorikan sebagai perjuangan berat yang perlu ada kesungguhan (jihad).
Mari kita selalu menjaga dan mengontrol ucapan perkataan kita baik ucapan langsung maupun melalui tulisan.
Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT dan keluar dari bulan Ramadan menjadi orang yang bertakwa kepada-Nya. Aamin***
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.