Opini
Matinya Nalar Bernegara
Sudah puluhan tahun bangsa ini merdeka, namun kemerdekaan dalam arti sesungguhnya belum dapat dirasakan secara penuh oleh tiap-tiap warga bangsa.
Namun, hingga Bung Hatta pensiun atau semasa menjabat sebagai Wakil presiden, keinginan untuk membeli sepatu kulit Bally juga tak pernah terealisasi.
Padahal, sangat mudah bagi Bung Hatta untuk memilki Sepatu Kulit Bally tersebut, mengingat posisi Bung Hatta sebagai wakil Presiden pada saat itu.
Pada akhitnya, Bung Hatta mengurungkan niat untuk memilikinya, bapak bangsa itu lebih memilih dan mementingkan hidup yang sederhana.
Dalam kisah yang lain, pasca Bung Hatta Pensiun sebagai Wakil Presiden, kehidupan ekonomi Bung Hatta memburuk, sampai-sampai Bung Hatta tidak mampu membeli kopi, gula, hingga membayar listrik.
Bung Hatta lantas menulis surat kepada Gubernur DKI Jakarta yang pada waktu itu dijabat oleh Ali Sadikin, inti surat tersebut adalah, agar semua tagihan listriknya dipotong langsung dari uang pensiunnya sebagai Wakil Presiden.
Pasca kejadian tersebut, Gubernur Ali Sadikin merasa sangat prihatin setelah melihat tingginya tagihan listrik terhadap keluarga Bung Hatta, sementara uang pensiun setiap bulan yang akan diterima oleh Bung Hatta sangatlah kecil.
Pada waktu itu, Gubernur Ali Sadikin, mengambil keputusan untuk menanggung biaya listrik dan air keluarga Bung Hatta.
Atas sikap tersebut, keluarga Bung Hatta menyambut gembira atas tindakan yang dilakukan oleh Gubernur Ali Sadikin. (Diolah dari (inews.id). )
Begitulah sosok keteladanan Bung Hatta dalam menerjemahkan kesederhanaan hidup sebagai pejabat (Wakil Presiden).
Beliau lebih mementingkan kesederhanaan, Bung Hatta telah memberikan keteladanan yang luar biasa berarti didalam kehidupannya.
Beliau, telah meletakaan pondasi hidup yang mesti terus diteladani oleh para pemangku kepentingan di negara ini.
Dalam pemahaman sederhana penulis, Bung Hatta, selama memegang jabatan, mampu merawat nalar bernegaranya, nalar bernegaranya tetap hidup dalam lanskap kekuasaan.
Pada akhirnya, di tengah “kacaunya” Negara ini, oleh praktik-praktik korup dan penyalahgunaan kekuasaan, di tengah kegamangan, kekecewaan dan tercederainya suasana kebatinan warga bangsa, oleh ulah pejabat dan keluarga pejabat, yang gemar mempertontonkan kemewahan, fasilitas yang ada pada diri mereka, maka sudah waktunya pemangku kepentingan di negara ini, membaca , mengingat ulang dan meneladani sosok Bung Hatta dalam menjalankan kekuasaan.
Hal tersebut penting, agar nalar bernegara mereka kembali hidup dan bekerja semaksimal mungkin bagi kebaikan dan kemaslahatan rakyat.
Tentu, kita semua menginginkan dan merindukan pejabat yang sederhana dan berpihak pada semua warga bangsa.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltara/foto/bank/originals/sholihin-bone-peneliti-pusat-studi-anti-korupsi-fakultas-hukum-saksi-universitas-mulawarman.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.