Berita Tarakan Terkini

Profil Daud Nawir, 20 Tahun Jadi Dosen Kini Resmi Menjadi Guru Besar Kedua Universitas Borneo

Universitas Borneo Tarakan kini resmi memiliki tiga profesor atau guru besar setelah pengukuhan Prof Dr (Ing) Ir Daud Nawir, ST, MT, Rabu (17/5) siang

|
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / ANDI PAUSIAH
Prof. Dr.-Ing. Ir. Daud Nawir, S.T., M.T siang tadi, Rabu (17/5/2023) dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Teknik Sipil Transportasi, Fakultas Teknik Sipil Universitas Borneo Tarakan, oleh Rektor UBT Prof. Adri Patton. 

Ia menyebutkan persoalan ini bukan saja faktor ekonomi dan sosial melainkan pariwisata. Bagaimana suatu daerah memiliki potensi jika tidak ada konektivitas.

"Ini jadi konsentrasi penelitian saya bagaimana memberikan policy atau kebijakan kepada pemerintah, salah satu rekomendasinya adalah bagaimana meningkatkan jalan yang sudah ada membuat jalan baru dan menggunakan teknologi yang terbarukan," terang Daud Nawir.

Ia melanjutkan, salah satunya adalah dalam bahasa sederhanananya seperti jalan berpori. Ia memberikan sampling jalan baru di Mamburungan yang baru dikerjakan tahun lalu namun saat ini sudah berlubang.

"Pertanyaannya kenapa bisa berlubang, karena memang kita selalu menggunakan aspal konvensional. Sebenarnya ada salah satu alternatif namanya aspal berpori, itu apabila kena baniir tidak ada drainase dia tetap bisa menyerap air ke bawah dan itu menambah penyediaan air tanah," terangnya.

Memang lanjutnya, teknologi ini dibandingkan dengan teknologi konvensional tidak terlalu umum dikenal tapi berbicara teknologi, maka harus siap melek karena tak ada pilihan lagi.

Kemudian persoalan jalan Berau-Bulungan misalnya, jalan hijau bisa jadi jalan alternatif.

Ada kerusakan karena aspal di sana cepat terbakar karena kondisi panas.

Maka perlu reboisasi di sepanjang jalan karena pohon membantu mempertahankan keawetan aspal.

"Aspal tidak bisa terbuka dia sistemnya melumer, karena pekerjaan aspal yang kita terapkan ada dua yaitu aspal beton dan aspal cair. Masing-masing punya penanganan. Makanya di orasi ilmiah, saya memberikan rekomendasi bukan hanya di perbatasan tapi jalan antar wilayah, negara," terangnya.

Ia menambahkan, jika masuk ke Tanjung Selor, orang pertama kali masuk ke sana maka parameter maju tidaknya wilayah adalah dilihat dari kondisi jalan atau transportasinya.

Berbicara biaya kata Daud Nawir, hasil riset yang ditawarkan tidaklah terlalu mahal dari sisi biaya. Di India menggunakan jalan berpori.

Mereka bisa menerapkan, di India Selatan ada 325 KM ada jalan berpori dan tidak ada kerusakan.

Baca juga: Akademisi UBT Yahya Ahmad Ingatkan Potensi Kecurangan Coblos Ganda di Daerah Perbatasan Kaltara

"Salah satu jalan lagi yang bisa digunakan, ada alternatif mendaur ulang aspal yang kita punya. Kita selama ini kan menutupi, ada lubang ditutupi. Sebenarnya tidak bisa begitu. Sama dengan jalan aspal atau beton, kalau disambung itu pecah," terangnya.

Jalan satu-satunya adalah stabilisasi yakni membongkar lalau menggunakan bahan yang dimaksud.

Namun kenyataannya sekarang memperhitungkan biaya.

Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved