Berita Tarakan Terkini

Cerita Suparmin Veteran Tarakan, Saksi Sejarah Operasi Dwikora, Bertahan Hidup di Lubang Eks Ledakan

Tepat di Peringatan Hari Pahlawan Suparmin seorang veteran melakukan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan, meskipun saat itu kondisi hujan deras.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Suparmin, salah satu veteran yang menjadi saksi sejarah Operasi Komando melawan tentara musuh di perbatasan Malinau, Long Bawan saat melakuka tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Dwikora Kelurahan Gunung Lingkas Kota Tarakan, di monen Peringatan Hari Pahlawan, Jumat (10/11/2023). 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN- HumanInterstStory- Pria lanjut usia ini bernama Suparmin. Tahun ini, ia menginjak usia 92 tahun. Suparmin adalah salah satu dari ratusan atau bahkan ribuan relawan yang direkrut bergabung dalam Operasi Dwi Komando Rakyat (Dwikora).

Di tengah kondisi hujan deras yang mengguyur Tarakan pagi tadi tak terkecuali di Taman Makam Pahlawan, tampak Suparmin dengan langkah kecil-kecilnya menyirami pemakaman beberapa rekannya yang ia kenal.

Salah satunya ada Kapten Tarno dan Jiman. Untuk Jiman, yang tertulis di makam meninggal pada 11 Juni 1966. Sebenarnya ada empat rekan seingatnya seperjuangan ikut dalam pertempuran namun ia sudah lupa namanya karena faktor usia. "Ada kapten kami Pak Karno, ada Pak Jalali, saya lupa, yang jelas ada empat orang," ujar Suparmin memulai ceritanya.

Perlahan-lahan mencari dan berhasil menemukan satu makam rekannya kemudian ia tabur bunga sembari mengirimkan doa di bawah guyuran hujan deras pagi tadi.

Baca juga: Di Musda I Legiun Veteran RI DPD Kaltara Letjen Purn Muzani Ungkap Perihnya Dijajah: Jangan Terulang

Suparmin sendiri adalah salah satu relawan direkrut oleh Yonif 518 Brawijaya. Ia usai dilatih 3 bulan, kemudian menjabat sebagai komadan regu. Ia saat itu membawahi kurang lebih 13 orang bersama dirinya dikirim ke Long Bawan. Namun dalam satu pleton diperkirakan berisi 40 prajurit yang ditugaskan.

Sebelum dikirim kurang lebih tiga bulan lamanya ia dilatih belajar taktik perang, menggunakan senjata. Ada beberapa jenis senjata api yang ia pelajari dan sudah pernah ia gunakan di antaranya jenis garand, senapan semi otomatis pertama yang dijadikan senapan standar untuk Infanteri. Kemudian jenis AK atau senapan serbu, lalu ada Lee Enfield (LE), senjata ini senjata standar digunakan untuk satuan bersenjata senapan dari tentara Inggris, dan yang paling favorit adalah jenis LE.

Menurut Suparmin, senjata jenis ini bisa mematikan musuh di tempat.  "Saya lebih senang pakai LE, LE itu sadis. Jarak saya sama musuh paling dekat kurang lebih 10 meter," ujarnya.

Mengutip pemberitaan Kompas.com, diupload pada 20 Desember 2021 pukul 14.00 WIB, menerangkan bahwa Operasi Dwikora adalah komando Presiden Soekarno yang dilakukan sebagai respons atas rencana pembentukan Federasi Malaysia pada 1960-an.

Di mana saat itu, Federasi Malaya ingin menggabungkan wilayah Singapura, Brunei, Serawak, Malaya dan Sabah ke dalam wilayahnya dan didukung Inggris.

Baca juga: Jelang Akhir Rangkaian HUT ke-78 Kemerdekaan RI di Malinau, Pemkab Santuni Veteran LVRI

Menurut Presiden Soekarno, rencana pembentukan Federasi Malaysia bertentangan dengan Perjanjian Manila sehingga Operasi Dwikora dikeluarkan untuk menggagalkan rencana berdirinya Federasi Malaysia saat itu. Untuk diketahui juga pada 1961, Inggris masih memiliki koloni di Kalimantan Utara untuk menggabungkan jajahannya dengan membentuk Federasi Malaysia.

Presiden Soekarno menganggap Federasi Malaysia adalah boneka Inggris dan hanya ingin memperluas kontrol wilayah di kawasan Asia Tenggara.

Akhirnya diproklamirkanlah Ganyang Malaysia pada awal 1964 sekaligus mengumumkan perintah Dwikora berisi pertama, pertinggi ketahanan revolusi Indonesia dan kedua, bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah untuk menghancurkan Malaysia.

Salah seorang veteran asal Kaltara yang turut serta ditugaskan di wilayah perbatasan kala itu adalah Suparmin, pria kelahiran 1932 ini ikut memilih menjadi sukarelawan saat itu. Muncul instruksi pemerintah saat itu mengumumka siapa saja rakyat mau bergabung.

"Alasan jadi relawan saat itu karena ada panggilan jiwa. Saya yang mau. Saya saat itu usia 25 tahunan kalau bukan 24 tahun. Saat itu tida ada syarat usia. Siapa mau maju, maju. Langsung ke perbatasan dikirim dan latihannya di Malinau," ujar pria beralamat di Sebengkok AL Kota Tarakan RT 7 Blok 3, Jalan Gang Tongkol Kota Tarakan.

Dikatakan Suparmin, ia awalnya hanya bekerja sebagai penjual ikan di Jawa.
Kemudian setelah direkrut kemudian berpindah tugas ke Tarakan dan langsung menuju Long Bawan, Malinau. "Kami di bawah rekrutan 518 Brawijaya (Batalyon Infanteri 518/Resimen 17 yang berada di Siliwangi)," paparnya.

Suparmin veteran Tarakan 02 10112023
Suparmin, salah satu veteran yang menjadi saksi sejarah Operasi Komando melawan tentara musuh di perbatasan Malinau, Long Bawan saat melakuka tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Dwikora Kelurahan Gunung Lingkas Kota Tarakan, di monen Peringatan Hari Pahlawan, Jumat (10/11/2023).
Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved