Tahun Baru Imlek Masyarakat Tionghoa Dilarang Menyapu, Allen Teddy: Membuang Rezeki

TRIBUNKALTARA.COM, BULUNGAN- Perayaan Tahun Baru Imlek Kongzili kali ini jatuh pada Sabtu10 Februari 2024.

Perayaan Tahun Baru Imlek  bagi masyarakat Tionghoa ini menjadi tahun Naga. Dimana menurut kepercayaan budaya Tionghoa merupakan tahun yang penuh dengan keberuntungan.

Penasihat Persatuan Sosial Marga Tionghoa Seluruh Indonesia (PSMTSI),  Allen Teddy, mengatakan Tahun Baru Imlek 2024 yang jatuh pada shio Naga menjadi berkat bagi masyarakat Tionghoa.

"Sebenarnya tidak ada yang berbeda dengan perayaan Imlek tahun-tahun sebelumnya. Mungkin tahun lalu masih dalam situasi pandemi Covid-19 jadi sedikit sepi. Semoga Imlek tahun ini lebih meriah, karena menurut kepercayaan kami, shio Naga ini memberi keberuntungan baik dari segi kesehatan, rejeki maupun lainnya," kata pengusaha di Tanjung Selor ini kepada Tribun Kaltara.com, Kamis (8/2/2024).

Baca juga: Jelang Hari Raya Imlek, Persiapan Kelenteng Ta Pe Kong 80 Persen, Ini Kata Warga Tionghoa Bulungan

Allen Teddy menjelaskan, saat ini masyarkat Tionghoa masih mempercayai dan menyakini adanya larangan menyapu saat Imlek. Kegiatan ini pantang dilakukan, karena berkaitan dengan sirkulasi rejeki yang akan didapat pada tahun tersebut.

"Salah satu adat kami (Tionghoa), pada saat perayaan Imlek hari pertama, kedua dan penutupan lebih disarankan untuk tidak menyapu. Karena menurut nenek moyang kami, menyapu saat perayaan Imlek yang belum masuk pada tahun baru Cina itu artinya membuang rezeki," jelasnya kepada TribunKaltara.com

Menurutnya, dalam kepercayaan suku Guangzhou, perayaan Tahun Baru Imlek dimulai pada 9 dan 10 Januari. Sedangkan pada tanggal 11 Januari sudah masuk pada awal tahun baru Cina.

"Kalau di suku kami (Guangzhou) tanggal 11 sudah buka tahun, namun ada beberapa suku, seperti suku Tiochiu yang buka tahun barunya rata-rata hari kelima yakni pada tanggal 15. Jadi selama itu mereka dilarang menyapu," ulasnya.

Perbedaan terhadap jarak pembukaan tahun disebabkan adanya adat masing-masing. Ia mengatakan, itu dapat terjadi karena keberadaan suku Tiochiu di Desa yang dirasa menjadi penyebab pembukaan tahun suku tersebut lebih lama dibanding Suku Guangzhou.

Baca juga: Sambut Tahun Baru Imlek, Klenteng Taok Pek Kong di Tarakan Bersih-bersih dan Pasang Lampion

"Kalau dikami dua hari sudah boleh nyapu, karena sudah buka tahun tadi," lanjutnya.

Terlepas dari perbedaan tersebut, Allen menyebutkan bahwa kepercayaan tersebut memiliki tujuan yang sama yakni untuk menahan "rejeki" yang telah susah payah dikumpulkan ditahun sebelumnya agar tidak keluar sebelum dibuka tahun.

Seyogyanya, Allen menyadari bahwa mitologi dan kepercayaan dari nenek moyang tidak hanya melekat pada Suku Tionghoa saja. Namun pada suku lainnya, seperti Jawa,Sunda,Bugis dan masih banyak lagi.

"Kita sebagai generasi penerus tentu harus tetap menghormati budaya yang ada, sebenarnya ketika dilogikakan, ilmiahnya adalah tidak mungkin kita sibuk menyapu dan membersihkan rumah saat sanak saudara dan kerabat datang berkunjung. Pantasnya kan dilakukan sebelum kumpul bersama pada saat Imlek, tentu ini berkaitan dengan atitude sebagai tuan rumah," jelas pria yang seumur hidupnya selalu merayakan Imlek di Tanjung Selor ini sambil tersenyum.

Hal yang menarik lainnya, saat perayaan Imlek selain larangan menyapu sebelum dibuka tahun adalah adanya kue keranjang atau dodol cina yang nantinya akan menjadi salah satu jamuan yang menghiasi meja tamu.

Kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula ini, memiliki waktu simpan yang relatif sangat lama, bahwa bisa mencapai usia satu tahun. Disebut kue keranjang karena bentuk dan cetakannya menyerupai keranjang.