Kaltim Memilih
Koalisi Besar Dukung Rudy Mas’ud, Pilgub Kaltim Berpotensi Lawan Kotak Kosong: Demokrasi Tidak Sehat
Beberapa partai politik bergabung dalam Koalisi Besar mendukung Rudy Masud, Pilgub Kaltim 2024 berpotensi lawan kotak kosong, demokrasi tidak sehat.
TRIBUNKALTARA.COM - Beberapa partai politik bergabung dalam Koalisi Besar mendukung Rudy Masud, Pilgub Kaltim 2024 berpotensi lawan kotak kosong, pertanda demokrasi tidak sehat.
Kabar terbaru, Partai Nasdem melalui Ketua Umumnya Surya Paloh menyerahkan SK rekomendasi dukungan untuk Rudy Masud maju di Pilgub Kaltim 2024.
“Dengan ridho Allah, pagi hari ini DPP Partai Nasdem menyerahkan rekomendasi kepada Rudy Masud untuk mengikuti proses Pilkada atau Pilgub Kaltim yang akan berlangsung dalam waktu dekat ini,” kata Surya Paloh dalam video yang beredar.
Sebelumnya, DPP Partai Gerindra juga menyerahkan surat dukungan kepada pasangan Rudy Masud – Seno Aji maju Pilgub Kaltim 2024.
Surat dukungan dari Partai Gerindra untuk Rudy Masud - Seno Aji diserahkan Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad pada Kamis (11/7/2024).
Baca juga: Surya Paloh Serahkan SK Rekomendasi ke Rudy Mas’ud Maju Pilgub Kaltim, Koalisi Parpol Makin Gemuk
Hingga saat ini, sedikitnya sudah ada 7 partai politik besar yang menyatakan dukungannya terhadap pasangan Rudy Masud – Seno Aji.
Pasangan Rudy Masud - Seno Aji telah mendapatkan dukungan 41 kursi dari 7 partai politik, yakni PKB 6 kursi, PAN 4 kursi, dan PKS 4 kursi, Partai Gerindra 10 kursi, Partai Golkar 15 kursi, dan Partai Nasdem 2 kursi.

Seperti diketahui, syarat maju Pilgub Kaltim 2024 perlu minimal 20 persen dukungan partai politik di DPRD Kaltim periode 2024-2029.
Sementara sang petahana Gubernur Kaltim, Isran Noor hingga kini masih menunggu dukungan resmi dari partai politik.
Mungkinkan Isran Noor yang berpasangan dengan Hadi Mulyadi masih ada harapan mendapatkan dukungan dari 3 partai politik tersida, yakni PDIP, Hanura dan PPP?
Baca juga: Hadi Mulyadi Bocorkan 4 Parpol Siap Dukung Isran-Hadi di Pilgub Kaltim, Rudy Bantah Isu Kotak Kosong
Potensi kotak kosong mengemuka dalam kontestasi Pilkada Kaltim, terutama Pilgub Kaltim 2024.
Meski demikian, menurut Pengamat Politik Ummul, Budiman Chosiah, menghadapi kotak kosong dalam kontestasi Pilkada bukan jaminan bagi pasangan calon yang didukung Koalisi Besar langsung menang.
“Ketika kotak kosong itu ada yang merepresentasikan atau ada yang menggerakkan, otomatis kotak kosong mendapat suara banyak seperti pada Pilkada Balikpapan dan Kutai Kartanegara dulu,” katanya, Jumat (12/7/2024).
Ia menilai, jika potensi kotak kosong ada, pemilih cerdas bisa memberikan pelajaran kepada kandidat yang ada.
“Dalam artian jika programnya dianggap tidak membumi atau tidak bisa membawa ke arah kesejahteraan. Pemilih cerdas akan menang suaranya,” katanya.
Baca juga: Rudy Mas’ud vs Isran Noor di Pilgub Kaltim 2024, PDIP Jajaki Koalisi dengan PPP Usung Petahana
Budiman menambahkan, konsep demokrasi itu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, maka kotak kosong itu otomatis menutup peluang figur–figur.
“Kalau bahasa saya, jika calon tunggal melawan kotak kosong, demokrasi kita di Kaltim tidak sehat sebenarnya,” katanya.
Pengaruhi partisipasi
Angka keterlibatan pemilih diprediksi juga bakal menurun jika fenomena pasangan calon tunggal ini benar-benar terjadi.
Soal rendahnya antusiasme warga datang ke Tempat Pemungutan Suara ( TPS ) akibat kotak kosong, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kaltim punya pengalaman, yakni pada Pilkada 2020.
Kepala Badan Kesbangpol Sufian Agus membeberkan pada Pilkada 2020 lalu, tingkat partisipasi pemilih di Kaltim hanya 60 persen, di bawah target nasional 77 persen.
Hal ini ditengarai karena kontestasi politik yang kurang kompetitif.
Pada Pilkada 2020, dua daerah tersebut hanya menampilkan hanya satu paslon.
Di Kukar, tak ada penantang calon petahana, Edi Damansyah -Rendi Solihin.
Baca juga: Hasil Survei Pilkada Kaltim 2024: Elektabilitas Isran Noor Ungguli Rudy Masud, hingga Andi Harun
Sementara di Balikpapan, juga hanya satu pasangan calon yakni Rahmad Mas’ud-Thohari Aziz.
Karena itu, ia berharap Pilkada Kaltim 2024 kompetitif dan tidak ada lagi pasangan calon tunggal.
Calon tunggal atau melawan kotak kosong, akan mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih di wilayah yang ada di Kabupaten/Kota di Kaltim.
Masyarakat Bingung
Sejumlah warga di Samarinda mengaku bingung ketika kontestasi Pilkada Kaltim terpaksa ada paslon yang melawan kotak kosong.
Mahasiswa UINSI Samarinda), Adrian, menilai kontestasi itu jadi tidak seru.
“Adu gagasannya jadi kurang, pro kontra juga tidak terlihat. Analisis kekurangan dan kelebihan masing–masing paslon juga tak bisa dalam.
Jika tetap satu paslon melawan kotak kosong, secara pribadi sebagai mahasiswa, kita mendukung penyelenggara, dan tetap datang memilih, penyelenggaran pemilu kan mahal, kalau tidak dilaksanakan buang–buang (anggaran) uang,” paparnya, Jumat (12/7).
Baca juga: Gerindra Resmi Dukung Rudy Mas’ud-Seno Aji Maju Pilgub Kaltim 2024, Koalisi Gemuk Lawan Isran-Hadi
Lain lagi dengan Talita, Mahasiswa Universitas Mulawarman Samarinda.
Ia menilai kontetstasi menjadi tidak kompetitif, dan membuat bingung. “Nanti ke TPS atau nggak masih bingung, mana yang mau dipilih kalau pasangan calonnya cuman satu,” katanya.
Ada pula warga yang tetap yakin memilih pemimpin meski lawannya kotak kosong.
“Warga tentu ingin pemimpin yang benar–benar bisa bawa Kaltim sejahtera, termasuk ke masyarakatnya.
Kalau ditanya ada satu calon saja lawannya kolom kosong atau kotak kosong, tetap mau ke TPS karena harus ada yang dipilih,” kata mereka. (uws)
Baca berita Tribun Kaltara terkini di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.