Berita Tana Tidung Terkini

Kenali Dampak Periode Badai dan Stres dari Usia Remaja Menuju Dewasa, Begini Penjelasan Psikolog 

Psikolog Ien Maslichah sebut perideo badai dan stres anak cenderung lebih tinggi, karena ini merupakan masa peralihan dari remaja ke dewasa.

Penulis: Rismayanti | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ HO- Ien Maslichah
Psikolog Tana Tidung Ien Maslichah jelaskan dampak kondisi badai dan stres yang kerap dialami pada masa peralihan usia remaja menuju dewasa. 

TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Pada fase kehidupan peralihan usia remaja menuju dewasa seseorang kerap mengalami masa dengan istilah Period of Storm and Stress atau periode badai dan Stres. Pada periode itu biasanya ditandai dengan ketidak stabilan mental yang dirasakan oleh seseorang yang mulai memasuki usia dewasa.

Psikolog Ien Maslichah kepada TribunKaltara.com mengungkapkan, pada kondisi periode badai dan stres jiwa  berontak pada anak cenderung lebih tinggi.

"Kalau peralihan di masa anak-anak ke dewasa itu secara teori memang sudah ada kondisi badai dan stres saat itu kondisinya dia memang jiwanya tidak mau diatur yang tinggi," jelas Ien Maslichah, Rabu (30/10/2024).

Psikolog asal Tana Tidung ini mengatakan, peralihan usia remaja menuju dewasa ini telah dipaparkan dalam teori psikososial menurut Erik Erikson pada abad ke-20 yang menjelaskan tentang 8 fase perkembangan psikososial.

Baca juga: Ngaku Stres Kerap Dimarahi Kakak, Sepasang Saudara Kembar di Balikpapan Pakai Sabu di Toilet Masjid

"Ada yang namanya teori psikososial Erik Erikson dimana pada usia remaja 12 sampai 18 tahun anak di tahap identitas vs kebingungan peran," terangnya.

Wanita yang kerap disapa Kak Ien ini mengatakan pada usia menuju dewasa seseorang sedang berada di tahap pencarian jati diri sehingga timbul rasa untuk lebih mengutamakan diri sendiri.

"Dimana di usia ini anak mulai mencoba melakukan persona untuk menemukan identitas dirinya dan jati dirinya sehingga dia lebih mencintai dirinya, memiliki prioritas hidup dan tujuannya ke self love," katanya.

Ia menambahkan jika pada tahap identitas vs kebingungan peran ini anak tidak dapat mengenali dirinya dengan baik akan berdampak pada kondisi mental yang membuat anak menjadi lebih labil.

"Namun bila gagal disini akan mengalami krisis identitas dan kebingungan yg menimbulkan rasa kecemasan, tidak memiliki kepercayaan diri, kesulitan mengambil keputusan," tambahnya.

Baca juga: 36 Pantun Mahasiswa Lucu dan Penuh Makna, Cocok untuk Hilangkan Stres karena Tugas yang Menumpuk

Ien Maslichah menuturkan pada fase peralihan usia remaja menuju dewasa ini anak akan lebih senang berkumpul dengan teman sehingga kurang nyaman saat berkumpul dengan keluarga.

"Nah di fase itu anak-anak biasanya menganggap pertemanannya yang paling baik makanya di usia SMP atau SMA anak-anak tidak tertarik di keluarga, lebih suka berkumpul dengan teman-temannya karena dia merasa mendapat kenyamanan di sana," tuturnya.

Sehingga ketika orang tua mencoba untuk menyampaikan argumen, anak akan merespon ucapan orang tuanya dengan kurang baik.

Untuk itu pendekatan orang tua pada anak harus tertanam sejak dini agar mengurangi dampak pada fase peralihan usia menuju dewasa ini.

"Itu lah yang membuat ketika orang tua ingin menyampaikan sesuatu atau nasehat seakan-akan ditolak oleh si remaja ini, tapi tentunya tidak semua remaja seperti itu apalagi kalau bounding dari orang tuanya itu bagus," lanjutnya.

Dengan interaksi yang baik antara orang tua dengan anak, akan menimbulkan rasa nyaman pada anak sehingga ia akan lebih senang berkumpul dengan keluarga sendiri.

Ien Maslichah Psikolog di Tana Tidung
Ien Maslichah Psikolog di Tana Tidung (TRIBUNKALTARA.COM/ RiSMAYANTI)
Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved