Berita Tarakan Terkini

KUPS  Agroforestry-Gapoktanhut Sulap Limbah Kelautan dan Perikanan jadi Pakan Ikan dan Ternak

Banyaknya limbah kelautan dan perikanan di Tarakan membuat KUPS  Agroforestry-Gapoktanhut Lestari Gunung Selatan bikin pakan ikan dan ternak.

|
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH
Tampak produksi pakan ikan atau pelet saat dijemur dan sisa finishing pengemasan sebelum didistribusikan ke kolam ikan termasuk siap dipasarkan ke mitra. Lokasi pembuatan berada di Gunung Selatan Kelurahan Kampung Satu, Tarakan, Kalimantan Utara. 

Dari sisi permintaan, untuk produk pakan sebenarnya konsentrasi digunakan sendiri untuk di kolam ikan. Namun sebelumnya produk ini sudah digunakan oleh instansi lain.  Ada permintaan petani dan pakan ternak. Sehingga dibuat inisiatif untuk pakan hewan lainnya. 

"Kalau mau drop langsung, habis. Tapi kami punya budidaya kolam ikan, jadi diprioritaskan. Nilai ekonomisnya sendiri kami sekitar Rp10 ribu harga per kg. Kalau di pasaran bisa sampai Rp15 ribu," ujarnya.

Baca juga: Dugaan Pencemaran Limbah PT Lamindo Inter Multikon Bunyu, Ini Tanggapan Bupati Bulungan Syarwani

Untuk pakan ikan atau pelet ini sudah dilakukan uji laboratorium juga bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FKIP) Universitas Borneo Tarakan.  

Misalnya ikan, terbang dan unggas punya kebutuhan kadar protein berbeda. "Ikan misalnya kelebihan protein pertumbuhan gak bagus.

Range protein 25-40. Kebetulan dari program CSR Pertamina kami KPH Tarakan di awal tujuannya peningkatan kapasitas kelompok," ujarnya.

Kelompok diberi pengetahuan kemudian diberi pelatihan kemudian baru dikembangkan untuk budidaya lalu di rumah produksi.

"Bantuan full dari Pertamina termasuk mesinnya. Itemnya ada mesin penggiling, mesin pencetak pelet, mesin penepung dan alat pendukung lainnya termasuk rumah produksi semua dari Pertamina, termasuk penjemuran dan kompor modifikasi," bebernya.

Kompor modifikasi juga bahan bakarnya menggunakan limbah oli bekas dan minyak goreng jelantah dan Pertamina punya limbah solar yang bisa digunakan.

"Berkaitan bahan baku, kami ada binaan di hulu ada petambak dan dicoba mainkan hulu hilirnya, dijual ke perusahaan SKA lalu SKA limbahnya kasih ke kami.

Jadi  rantainya ketemu atau siklusnya. Beberapa kelompok tambak binaan kami jadi mitra juga ke perusahaan yah intinya simbiosis mutualisme," ujarnya. 

Dari sisi hambatan ataupun kendala ia tak menampik pasti ada namun bisa diatasi. Misalnya kendala karenaa anggota kelompok juga punya kesibukan atau pekerjaan utama lain misalnya berkebun. 

"Waktunya produksi, dipanggil dan kami produksi. Kalau hambatan ketersediaan bahan baku yang kami khawatirkan tidak ada. Kalau mesin produksi aman," ujarnya.

Dari sisi proses penjemuran membutuhkan waktu sekitar dua hari. Ini juga menjadi alasan rumah produksi dikembangkan untuk keperluan kelompok termasuk pakan ikan di kolam yang ada di lokasi. 

Baca juga: Bupati Syarwani Sampaikan Pentingnya Pengelolaan Limbah untuk Keamanan Lingkungan

Beberapa pekan terakhir anggota kelompok cukup disibukkan dengan pengembangan usaha budidaya kolam.

Dari sisi aturan perhutanan, mereka para anggota kelompok adalah salah satu pemegang izin pemanfaatan dan SK-nya langsung dikeluarkan Kementerian Kehutanan. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved