Tana Tidung Memilih

Ibrahim Ali-Sabri dan Said Agil-Hendrik Saling Sindir saat Debat Publik Kedua Pilkada Tana Tidung

Ibrahim Ali-Sabri dan Said Agil-Hendrik terlibat saling sindir soal konflik agraria dalam debat publik kedua Pilkada Tana Tidung, Senin (11/11/2024)

|
Penulis: Rismayanti | Editor: Cornel Dimas Satrio
ISTIMEWA
Pasangan calon bupati dan wakil bupati Tana Tidung seusai mengikuti debat publik kedua di Jakarta, Senin (11/11/2024). (ISTIMEWA) 

TRIBUNKALTARA.COM, TANA TIDUNG - Pasangan calon bupati dan wakil bupati Tana Tidung, Ibrahim Ali-Sabri dan Said Agil-Hendrik terlibat saling sindir dalam debat publik kedua Pilkada Tana Tidung, Senin (11/11/2024).

Berdasarkan pendapat tim pendukung masing-masing pasangan calon (paslon), debat publik kedua ini terasa lebih tegang jika dibandingkan dengan debat pertama yang diadakan pada 25 Oktober 2024 lalu.

Adanya sesi tanya, jawab serta tanggapan dan respons yang lebih panjang, semakin memanaskan tensi debat kedua Pilkada Tana Tidung ini.

Tak jarang, para calon bupati dan wakil bupati terlibat aksi saling sindir.

Aksi saling sindir ini juga dapat terjadi karena Ibrahim Ali-Sabri ( BAIS) dan Said Agil-Hendrik ( SAH) merupakan pejabat yang menduduki unsur pemerintah di Tana Tidung, pada periode sebelumnya.

Diketahui Ibrahim Ali merupakan Bupati Tana Tidung pada periode lalu.

Adapun Sabri merupakan Camat di Kecamatan Betayau, Kabupaten Tana Tidung (KTT).

Sedangkan Said Agil menjabat Sekretaris Daerah ( Sekda ) sebelum maju sebagai calon bupati Tana Tidung pada Pilkada 2024.

Pasangannya, Hendrik merupakan Wakil Bupati Tana Tidung yang terpilih bersama Ibrahim Ali pada Pilkada 2020.

Salah satu aksi saling sindir yang terjadi yaitu pada saat paslon SAH mendapat pertanyaan tentang penanganan konflik agraria yang dapat terjadi di KTT.

Menjawab pertanyaan itu, Said Agil mengatakan konflik agraria di Tana Tidung sudah terjadi berulang kali dan berlangsung lama yang dapat berdampak buruk bagi masyarakat.

"Memang konflik agraria ini untuk KTT sudah berlangsung lama dan berlarut-larut berlanjut, bahkan potensi ini dapat berdampak pada masyarakat," kata Said Agil.

Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu adanya pemetaan dan verifikasi lahan terintegrasi melalui konsep satu peta.

"Yang perlu kita benahi hari ini adalah bagaimana melakukan pemetaan dan verifikasi lahan terintegrasi dengan konsep satu peta," ujar mantan Sekda Tana Tidung itu.

Said Agil menjelaskan dengan konsep satu peta yang menurutnya dapat memberikan gambaran tentang lahan-lahan bermasalah.

Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved