Hari Paskah

Jumat Agung, Pastor di Nunukan Beri Penjelasan Puasa dan Pantang Bagi Umat Katolik

Hari Jumat Agung, Pastor Mario mengajak umat Katolik di Gereja Katolik St Gabriel Nunukan, Kalimantan Utara jalankan puasa dan pantang makan daging

Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ FEBRIANUS FELIS
PROSESI PENYEMBAHAN SALIB - Penyembahan Salib Yesus jenis Fransiscan di dalam Gereja Katolik St Gabriel Nunukan, Kalimantan Utara, Jumat (02/04/2021), pukul 18.30 Wita. 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Hari ini, Jumat (18/04/2025) umat Katolik di seluruh dunia merayakan Hari Jumat Agung. Jumat Agung bukan hanya hari di mana umat Katolik mengenang sengsara dan wafat Yesus Kristus di kayu salib. Lebih dari itu, hari suci ini adalah panggilan untuk masuk dalam pertobatan yang nyata melalui puasa, pantang, doa, dan aksi kasih.

Pastor Mario di Gereja Katolik St Gabriel Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) mengajak umat Katolik untuk menghayati puasa dan pantang bukan sekadar kewajiban, tetapi sebagai wujud cinta kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah lebih dulu mengorbankan diri-Nya.

"Tentu pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya," kata Pastor Mario kepada TribunKaltara.com.

Sedangkan pantang dan puasa kata Pastor Mario, hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati sengsara dan wafat Tuhan Kita Yesus Kristus. 

Baca juga: Umat Katolik St Gabriel Nunukan Diminta Hayati Kisah Yesus, Ibadat Jumat Agung Dibagi Dua Sesi

"Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun. Sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enam puluh. Tapi para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati," ucap Mario.

Lanjut Pastor Mario,"Jadi selama masa Prapaskah, kewajiban puasa hanya dua hari saja. Yang wajib berpuasa adalah semua orang beriman yang berumur antara 18 tahun sampai awal 60 tahun," tambahnya.

Mario menjelaskan puasa berarti makan kenyang hanya satu kali dalam sehari. Sedangkan pantang adalah menahan diri dari daging, rokok, gula, hiburan, atau hal lain yang disepakati sebagai bentuk pengorbanan pribadi.

"Soal puasa itu, untuk yang biasa makan tiga kali sehari dapat memilih kenyang, tak kenyang, tak kenyang. Atau tak kenyang, kenyang, tak kenyang. Atau tak kenyang, tak kenyang, kenyang," ujarnya.

Menurutnya, puasa dan pantang juga menjadi sarana pembinaan jiwa, memurnikan hati, membebaskan dari keserakahan, serta membuka ruang bagi kepekaan terhadap penderitaan sesama.

PENCIUMAN SALIB YESUS - Umat di Gereja Katolik St Gabriel Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), mencium salib Yesus pada Jumat (07/04/2023), sore.
PENCIUMAN SALIB YESUS - Umat di Gereja Katolik St Gabriel Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), mencium salib Yesus pada Jumat (07/04/2023), sore. (TRIBUNKALTARA.COM/ FEBRIANUS FELIS)

Dalam semangat Aksi Puasa Pembangunan (APP), umat diajak tidak hanya menahan diri, tetapi juga berbagi kasih dengan mereka yang membutuhkan.

"Dengan berpantang, kita berkata ‘tidak’ pada kenikmatan sesaat agar bisa berkata ‘ya’ pada Tuhan. Dengan berpuasa, kita belajar bahwa hidup bukan semata tentang kenyang jasmani, tetapi tentang kenyang rohani," tuturnya.

Dia berharap Jumat Agung ini bukan hanya jadi peringatan liturgis, tapi juga titik balik pertobatan yang mengubah hidup umat Katolik menjadi lebih selaras dengan salib Kristus.

"Puasa dan pantang adalah doa dengan tubuh. Melalui pengendalian diri ini, kita menyatu dalam derita Kristus dan menyatakan rasa lapar kita akan kehendak Allah," ungkap Mario.

(*)

Penulis: Febrianus Felis

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved