Berita Nunukan Terkini
3 Penyakit Langka Hinggapi Farah Sejak Lahir, Bocah Asal Nunukan Kaltara ini Hidup di Tepi Harapan
Di sebuah rumah kontrakan sederhana di Jalan Ujang Dewa, Sedadap Nunukan seorang bocah perempuan bernama Farah menjalani hidup yang tak biasa.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Di sebuah rumah kontrakan sederhana di Jalan Ujang Dewa, Sedadap, Kecamatan Nunukan Selatan, Kabupaten Nunukan seorang bocah perempuan bernama Farah menjalani hidup yang tak biasa.
Usianya baru akan genap empat tahun pada Agustus 2025, namun tubuh mungilnya yang hanya berbobot 7 kilogram, telah berjuang melawan tiga penyakit langka sekaligus yakni Hidrosefalus, spina bifida, dan bibir sumbing.
Farah lebih banyak menghabiskan hari-harinya dalam posisi tengkurap di dalam kamar kecil yang dilengkapi AC seadanya. Ia tak bisa bertahan dalam suhu panas.
"Kalau dibaringkan telentang, dia sendiri akan balik tengkurap. Kalau saya bawa keluar ke kaki lima rumah saja, badannya langsung panas dan demam," kata ibunya, Rosmaria kepada TribunKaltara.com dengan suara pelan namun penuh ketegaran, Sabtu (14/06/2025), sore.
Baca juga: 30 Pantun Tema Kesehatan, Motivasi Jaga Tubuh Tetap Bugar biar Terhindar dari Penyakit, Yuk Bagikan
Lahir dengan Tiga Penyakit, Bertahan dengan Cinta
Farah dilahirkan lewat operasi sesar. Saat masih menjadi janin di usia 7 bulan, USG menunjukkan bibirnya sumbing dan kepalanya membesar.
Namun setelah lahir, dokter juga menemukan lubang di punggungnya tanda bahwa Farah juga mengidap spina bifida. Penumpukan cairan di otaknya juga semakin parah, membuatnya harus segera dioperasi.
"Usia 28 hari langsung dirujuk dari RSUD Nunukan ke Balikpapan. Di sana dipasang selang dari kepala ke perut untuk mengalirkan cairan ke urine. Kalau tidak dipasang, kepalanya makin besar dan jidatnya dulu sempat menonjol," ucap Rosmaria.
Kini kepala Farah sedikit membaik dari sebelumnya, namun upaya penyembuhan Farah masih jauh dari kata selesai. Rencana kontrol ulang dan operasi bibir sumbing tertunda karena biaya.
Ketergantungan pada Listrik dan AC
Farah harus hidup dalam suhu ruangan dingin. Sekali saja listrik padam, ia akan menangis karena tubuhnya merasa panas.
"Kalau mati lampu, AC ikut mati. Dia langsung rewel, nangis terus. Jadi saya kipas-kipas pakai tangan atau lap-lap badannya pakai air supaya tidak kepanasan," tutur Rosmaria.
Bertahan di Tengah Keterbatasan
Rosmaria dan suaminya kini tinggal di rumah kontrakan dengan biaya sewa Rp500 ribu per bulan, bersama ketiga anaknya.
Sebelumnya, mereka tinggal di barak yang merupakan aset Pemerintah Kabupaten Nunukan, karena suaminya bekerja sebagai Satpam di Kantor DPRD.
Namun setelah ia diberhentikan dua tahun lalu, dan mereka hendak membawa Farah berobat ke Balikpapan, keluarga ini harus angkat kaki dari rumah tersebut.
"Biaya retribusi saat di rumah barak itu Rp50 ribu per bulan. Kami tinggalkan rumah itu, tapi minta ganti rugi biaya renovasi kepada penghuni rumah yang sekarang sebesar Rp6 juta. Kami juga jual motor buat biaya transportasi dan hidup di Balikpapan," ujarnya.
Di Balikpapan, mereka tinggal selama empat bulan tanpa sanak saudara. Biaya hidup selama di sana mencapai Rp20 juta.
Untungnya, operasi Farah dicover BPJS Kesehatan. Bahkan seorang dokter membantu menalangi kekurangan biaya Rp2 juta karena iba melihat perjuangan mereka.
Makan Sederhana, Berharap Donasi
Dengan berat badan hanya 7 kilogram, Farah juga kekurangan zat besi. Karena itu, Rosmaria memilih membeli obat sendiri di apotek ketimbang harus antre di RSUD.
"Makan juga tidak dikasih makanan kemasan. Hanya nasi dan sayur," ungkapnya.
Rosmaria bekerja mabetang rumput laut dengan penghasilan harian paling besar Rp70 ribu.
Sementara sang suami ikut orang memukat rumput laut dengan penghasilan paling besar Rp120 ribu per hari. Namun penghasilan itu belum cukup untuk biaya kontrol ulang, operasi bibir, serta kemungkinan penggantian selang medis.
Donasi untuk Farah, Harapan untuk Masa Depan
Kini, donasi dari masyarakat yang peduli terhadap kondisi Farah telah mencapai Rp7 juta.
"Rencana mau ganti selang, kontrol belakang, dan operasi bibir. Tapi belum tahu apakah operasi bibir sumbing ditanggung BPJS atau tidak. Katanya sih bisa, tapi saya belum sempat tanya langsung," imbuhnya.
Farah adalah potret kecil dari ketegaran. Ia hanya bisa mengucap kata "oke" dan "iya" jika ditanya mau makan.
Baca juga: Brucellosis Ancam Sapi Kurban, Karantina Nunukan Kaltara Imbau Waspada Penyakit Reproduksi ini
Namun tubuh mungilnya terus berjuang untuk bertahan, ditemani cinta besar dari ibunya dan semangat keluarga kecil mereka.
Mari Bantu Farah Meringankan Deritanya
Sekecil apa pun bantuan Anda, sangat berarti untuk keberlangsungan hidup Farah. Donasi dapat disalurkan ke Nomor Rekening: 1582025467 Bank: BPD Kaltimtara atas nama Rosmaria.
Penulis: Febrianus Felis
rumah kontrakan
Nunukan Selatan
penyakit
Hidrosefalus
bibir sumbing
kamar kecil
Rosmaria
Nunukan
Kaltara
Farah
3 Desa Baru di Nunukan Kaltara Siap jadi Definitif, Berpeluang Gelar Pilkades Perdana Tahun Depan |
![]() |
---|
Wabup Hermanus Ungkap 6 Agenda Prioritas dalam APBD Perubahan 2025 Nunukan Kaltara |
![]() |
---|
Rancangan Pendapatan APBD-P Nunukan 2025 Turun 5,20 Persen, Wabup Sebut Fokus ke Program Prioritas |
![]() |
---|
5 Perusahaan di Nunukan Siap biayai 600 Jiwa Peserta Non JKN Lewat CSR, Dinkes: Sisa 11.456 Orang |
![]() |
---|
Dua Pelajar Nunukan ke Panggung Nasional, Gaungkan Budaya Tidung di Ajang Duta Budaya Indonesia 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.