Nasib Chromebook di Kaltara
Dua Laptop Chromebook di SD Nunukan Kaltara Terpaksa Pakai Keyboard Eksternal
Beberapa unit Chromebook dari Kemendikbudristek mulai rusak, SD dan SMA di Nunukan, Kaltara keluhkan keterbatasan dan perawatan Chromebook.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Beberapa unit Chromebook dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ( Kemendikbudristek) mulai rusak, SD dan SMA di Nunukan, Kalimantan Utara ( Kaltara) keluhkan keterbatasan dan perawatan Chromebook.
Polemik penyaluran 41.703 unit laptop Chromebook oleh Kemendikbudristek terus bergulir.
Di tengah penyidikan yang dilakukan Kejaksaan Agung bahkan telah menetapkan mantan konsultan Kemendikbudristek, Ibrahim Arif sebagai tersangka dan memeriksa dua kali mantan Mendikbudristek, Nadiem Makarim, sejumlah sekolah di Kabupaten Nunukan mengungkap kondisi Chromebook.
Sebanyak 15 unit Chromebook merek Axioo yang diterima SDN 007 Nunukan pada 2021, masih berfungsi, namun mulai menunjukkan tanda-tanda keausan.
Baca juga: Penyebab Pemuda di Malinau Kalimantan Utara Nekat Curi Laptop Dinas, Terancam 5 Tahun Penjara

Hal ini diakui oleh Olivia Agusriani, pengelola aset di SDN 007 Nunukan, yang menerima 15 unit Chromebook merek Axioo dari Kemendikbudristek.
"Waktu pertama datang, semua unit bagus. Tapi tahun 2023 ada dua unit mengalami kerusakan di bagian keyboard. Ada beberapa tombol yang tidak dapat merespon. Untuk tetap bisa digunakan, kami sambungkan keyboard eksternal," kata Olivia Agusriani kepada TribunKaltara.com, Rabu (16/07/2025), siang.
Kerusakan, kata Olivia, kemungkinan besar karena pengoperasian oleh siswa yang masih belajar mengetik, sehingga tekanan pada keyboard kadang berlebihan.
Ia mengaku tidak melarang guru menggunakan Chromebook, namun membatasi penggunaannya agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut.
"Kalau rusak, susah sekali perbaikannya. Bukan di Nunukan perbaiki unit ini. Jadi lebih baik digunakan di sekolah saja dan langsung disimpan kembali di lemari kaca. Saya tidak larang guru-guru pakai, tapi dibatasi penggunaannya," ucapnya.
Chromebook di SDN 007 Nunukan digunakan dalam berbagai aktivitas pembelajaran, mulai dari pelatihan Google Workspace, pembelajaran Daring, hingga ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer). Namun keterbatasan jumlah unit menjadi tantangan tersendiri.
"Siswa kami ada sekira 670 anak, dan tahun ini ada 112 siswa baru di kelas 1. Tapi Chromebook hanya 15 unit. Ketika pelatihan atau ANBK, siswa harus dibagi ke dalam beberapa sesi. Kami sudah beli mouse tambahan karena banyak siswa kesulitan menggunakan touchpad Chromebook," ujar Olivia.
Selain untuk kegiatan belajar, perangkat juga dipakai guru saat Zoom Meeting dengan Balai Guru Penggerak atau Balai Tenaga Kependidikan, namun kembali kepada masalah utama yakni jumlahnya terbatas dan rentan rusak.
Terakhir kali 15 unit Chromebook digunakan pada November 2024 saat pelaksanaan ANBK.
Setelahnya, perangkat kembali disimpan dalam lemari kaca di ruang guru. Ketika dikunjungi TribunKaltara.com, beberapa unit Chromebook di dalam lemari kaca tampak berdebu, layaknya barang yang lama tidak difungsikan.
"Kami berharap dapat tambahan unit. Sekarang, 70 siswa harus bergantian dengan hanya 15 perangkat. Ini sangat tidak ideal kalau kita bicara transformasi digital," tutur Olivia.
SMAN 2 Nunukan
Kondisi berbeda terjadi di jenjang pendidikan menengah atas. Kepala SMAN 2 Nunukan, Andi Arman, menyatakan sekolahnya menerima 15 unit Chromebook merek Acer dari Kemendikbudristek pada 2022. Berbeda dengan SDN 007, semua unit di SMAN 2 Nunukan masih dalam kondisi baik.
"Saya cek sendiri semua unit saat datang. Sekarang disimpan rapi di lemari kaca ruang laboratorium komputer, lengkap dengan tas hitam bawaannya. Ada dua unit Chromebook yang sedang dipakai guru, makanya ada dua tas yang kosong," ungkap Andi Arman.
Meskipun SMAN 2 Nunukan memiliki laboratorium komputer konvensional, Arman menyebut Chromebook lebih praktis digunakan untuk ANBK karena telah terintegrasi dengan akun belajar.id dari Kemendikbudristek.
Dengan sistem tersebut, tidak diperlukan instalasi manual atau pengaturan teknis rumit.
Baca juga: Disdikbud Tana Tidung Rancang Program Satu Siswa Satu Laptop untuk SD dan SMP
"Kami tinggal masuk akun belajar.id guru atau siswa, langsung bisa digunakan. Tidak perlu repot setting. Bahkan Balai Guru Penggerak dan BPMP bisa memantau dari pusat kapan terakhir perangkat dipakai, karena semua terhubung lewat nomor seri Chromebook," imbuhnya.
Namun, keterbatasan akses internet juga menjadi tantangan. Sering kali, pengoperasian Chromebook hanya mengandalkan hotspot dari ponsel guru, karena tidak semua ruangan di SMAN 2 Nunukan memiliki jaringan Wi-Fi memadai.
"Siswa juga kadang pakai, tapi tetap kami awasi. Sistem pusat bisa mendeteksi penggunaan, jadi tidak bisa bohong. Semua terpantau," pungkas Arman.
Penulis: Febrianus Felis
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.