Berita Bulungan Terkini

Cerita Dewi Tenaga Pendamping ODHIV: Mereka Butuh Teman dan Dukungan Untuk Kuatkan Mental 

Begini cerita Dewi relawan pendamping bagi pasien HIV/AIDS di Bulungan Kalimantan Utara . Ia mengatakan, pasien wajib minum obat.

Penulis: Edy Nugroho | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM
AWAS BAHAYA HIV/AIDS -;Dewi, pendamping pengidap HIV berbincang dengan Tribun Kaltara, Selasa (28/10/2025). 

TRIBUNKALTARA.COM, BULUNGAN - Dewi namanya. Dia bukanlah seorang dokter. Juga bukan tenaga medis. Namun dengan telaten, dia melayani seorang pasien yang mengidap penyakit. Bahkan tidak hanya ketika di rumah sakit. Di mana pun si pasien yang didampingi itu berada, Dewi selalu mendampingi. Meski tidak harus bersama.

Ya. Dewi adalah seorang relawan pendamping orang dengan HIV (ODHIV) di Bulungan, Kalimantan Utara. Tak mudah menjadi pekerja ini. Tantangannya besar, juga beresiko dan harus punya ekstra kesabaran.

Tapi Dewi bisa menjalani itu dengan senang hati. Sejak 2019 hingga kini, dia setia mendampingi mereka yang didiagnosis mengidap HIV/AIDS.

Ikhlas. Itu menjadi kunci utama, sehingga seorang Dewi bisa bekerja dengan sepenuh hati melayani para pengidap HIV/AIDS. Penyakit yang konon belum ditemukan obatnya.

Baca juga: Januari hingga Juni 2025 Pengidap HIV Baru di Bulungan 21 Orang, LGBT dan Pelanggan Pekerja Seks

Di bawah naungan komunitas Mahakam Plus, Dewi mulai bergabung untuk menjadi tenaga pendamping ODHIV sejak 2019. Di Bulungan Kalimantan Utara.

Ga ada bekal ilmu medis. Dia juga bukan dokter. Hanya berbekal satu kalimat. "Demi kemanusiaan". Niat untuk membantu sesama. Menghilangkan stigma negatif bagi para pengidap HIV. Juga memutus diskriminasi terhadap mereka.

"Mereka butuh teman, mereka butuh dukungan. Bulan malah dijauhi, apalagi ditakuti. Support, perhatian dan kasih sayang sangat mereka butuhkan," kata Dewi dalam wawancara eksklusif dengan Tribun Kaltara di acara Saksi Kata, Selasa (28/10/2025).
 
Ia mengatakan, untuk menjadi tenaga pendamping penderita HIV, salah satunya persiapan yang harus dimiliki adalah kesiapan fisik dan mental untuk menjangkau para penderita HIV/AIDS di Bulungan.

Kedua bekal persiapan tersebut yakni sering menemui ada keluarga penderita yang tidak kuat melihat keluarganya terpapar penyakit tersebut. Atas kondisi itu petugas harus siap membangkitkan mental para pengidap HIV dan juga untuk keluarga penderita.

Baca juga: Dinkes Nunukan Catat 36 Pasien HIV Tahun 2024, Hingga Mei 2025 Ada 8 Kasus Baru: Usia Produktif

Hal lain persiapan fisik karena berada di wilayah pelosok kecamatan dalam kondisi tersebut penting tenaga pendamping harus menjangkaunya.

"Salah satu contohnya, jika pasien HIV tiba-tiba kondisinya drop dan harus dirujuk ke RS saat malam hari dan sangat dibutuhkan pendampingan saat di layanan,” kata Dewi.

Dia mengisahkan, suatu ketika ada rekan pengidap HIV di daerah Sekatak. Karena waktu itu belum ada obat di Puskesmas, maka harus di rumah sakit.

Dengan biaya sendiri, Dewi dan rekannya harus menjemput untuk dibawa ke rumah sakit di Tanjung Selor -- ibukota provinsi Kaltara.

"Waktu itu uang nipis, ada mobil tapi BBM-nya pas-pasan. Kami pun nekat pergi ke Sekatak, dengan bekal mie instan untuk makan di perjalan. Alhamdulillah bisa kami ambil, dan kita bawa ke rumah sakit," kenangnya.

Hal terpenting yang harus dilakukan terhadap rekan pengidap HIV adalah, dukungan mental. "Percuma dia rutin minum obat, kalau stres, putus asa. Yang ada mereka akan drop, dan itu bahaya bagi penderita HIV. Makanya harus ada pendamping yang menguatkan mentalnya," kata Dewi lagi.

Dewi pendamping HIV 02 29102025.jpg
AWAS BAHAYA HIV/AIDS -;Dewi, pendamping pengidap HIV berbincang dengan Tribun Kaltara, Selasa (28/10/2025).

Tiap hari Dewi harus mendampingi pasien yang didampingi. Meski tidak harus bertemu langsung, komunikasi dan interaksi lewat pesan singkat, maupun telepon selalu dilakukan.

Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved