Pemkab Nunukan

Pemkab Nunukan Ubah Pola Pengembangan Hortikultura, Fokus ke Stabilitas dan Keberlanjutan

Bupati Nunukan Irwan Sabri bersama Wakil Bupati Nunukan Hermanus canangkan Program Kampung Hortikultura, demi tingkatkan produksi sayur.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM/ FEBRIANUS FELIS
PROGRAM KAMPUNG HORTIKULTURA - Kepala Bidang Pangan DKPP Nunukan, Sambiyo, menjelaskan bahwa program Kampung Hortikultura yang dijalankan Pemkab Nunukan tahun ini bukan sekadar upaya meningkatkan produksi, melainkan strategi jangka panjang membangun kemandirian pangan daerah. 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Program Kampung Hortikultura yang dijalankan Pemkab Nunukan tahun ini bukan sekadar upaya meningkatkan produksi sayur dan buah, melainkan strategi jangka panjang membangun kemandirian pangan daerah.

Kampung Hortikultura ini menjadi bagian dari implementasi poin ke-13 dari "17 Arah Baru Menuju Perubahan"dicanangkan Bupati Nunukan Irwan Sabri dan Wakil Bupati Nunukan Hermanus.

Kepala Bidang Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Nunukan, Sambiyo, mengatakan bahwa melaui penguatan kawasan hortikultura, pemerintah berupaya mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah, menjaga stabilitas harga, sekaligus melindungi petani dari kerugian saat terjadi gejolak pasar.

“Tujuan utama program ini bukan hanya menghasilkan panen, tetapi memastikan pasokan tidak pernah kosong dan petani tetap untung,” kata Sambiyo kepada TribunKaltara.com, Jumat (21/11/2025), siang.

Baca juga: Pemprov Kaltim Lirik Peluang di IKN, Sasar Sektor Hortikultura, Sediakan Makanan dan Buah-buahan

Menurut Sambiyo, cabai menjadi komoditas prioritas karena paling rentan memicu inflasi. 

Tahun ini, delapan titik kawasan hortikultura telah dibuka dengan luas total delapan hektare.

Sarana produksi seperti benih dan pupuk telah disalurkan, tinggal menunggu pendampingan teknis dari penyuluh pertanian agar produksi optimal.

“Fisik dan keuangannya sudah selesai. Sekarang tinggal petani mengelola dan teman-teman PPL mendampingi,” ucapnya.

Sambiyo mengatakan komoditas yang menjadi fokus pembinaan adalah durian, pisang, semangka, dan melon.

Baca juga: Harga Sayuran di Tarakan Masih Tinggi, Produksi Sawi dan Bayam Turun, Faktor Cuaca Hujan 

Di Sebatik, menurut Sambiyo, pisang berkembang pesat, sedangkan durian mulai tumbuh namun butuh waktu panen 2-3 tahun.

"Untuk wilayah Nunukan & Tulin Onsoi semangka dan melon jadi fokus pembinaan. Kalau di beberapa desa lain dilakukan penguatan tanaman hortikultura semusim seperti cabai dan sayur daun," tutur Sambiyo.

Namun ia mengakui masih ada tantangan besar, terutama terkait manajemen budidaya dan modal petani pemula.

“Tanaman semusim ini sangat tergantung manajemen. Kadang tanam bersamaan, harga anjlok. Kadang tidak ada yang tanam, pasar kosong,” ungkapnya.

Sambiyo juga menyebut biaya produksi yang cukup tinggi, terutama pada semangka.

Baca juga: Hijau dari Balik Jeruji, Warga Binaan Lapas Nunukan Panen 125 Kg Sayuran, Dukung Ketahanan Pangan

“Satu hektare semangka bisa menghabiskan empat puluh juta. Kalau tidak didampingi, gagal panen itu mudah terjadi,” pungkas Sambiyo.

Hujan tinggi serta masuknya cabai dari luar daerah dengan harga rendah membuat produksi lokal sulit bersaing.

Menurutnya, hal ini sering memicu persepsi keliru di masyarakat.

“Ketika cabai dari luar masuk dengan harga murah, kita deflasi. Begitu kembali ke harga normal, masyarakat merasa mahal, padahal itu harga cabai lokal,” imbuhnya.

(*)

Penulis: Febrianus Felis

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved