Berita Nunukan Terkini
Meskipun Sembako Dipasok Tiap Hari, Masih Belum Cukup, Warga Krayan Sarankan Bisnis Dengan Serawak
Hingga saat ini masyarakat Krayan masih menunggu hasil dari Pemprov Kaltara dan serawat soal penyediaan kebutha sembako. Pasalnya sembako masih kurang
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Junisah
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Sampai saat ini masyarakat Krayan, Kabupaten Nunukan masih menunggu hasil negosiasi antara Pemerintah Provinsi Kaltara dengan Pemerintah Serawak, Malaysia.
Sebelumnya, puluhan masyarakat Krayan melakukan aksi protes terhadap Pemerintah Provinsi Kaltara dan Pemerintah Serawak dengan melakukan penutupan jalur lintas batas Long Midang-BaKelalan mengunakan kawat berduri dan sedikit timbunan tanah.
Tiga tuntutan yang mereka bawa saat aksi intinya meminta pemerintah kedua negara bertetangga ini untuk memberikan peluang seluas-luasnya kepada pihak pengusaha yang ada di kedua negara untuk melakukan perdagangan seperti sebelum pandemi Covid-19, B to B (business to business).
Baca juga: Aksi Tutup Jalan di Krayan, Ketua DPRD Kaltara Akan RDP: Kita Minta Penjelasan dan Cari Jalan Keluar
"Masyarakat Krayan masih menunggu sikap dari pemerintah provinsi soal tiga tuntutan yang mereka ajukan pada saat aksi protes. Mereka minta Pemprov Kaltara segera melakukan komunikasi dengan Pemerintah Serawak," kata Camat Krayan, Ronny Firdaus kepada TribunKaltara.com, Jumat (08/07/2022), pukul 09.00 Wita.
Saat ini kata Ronny, kebutuhan sembako di Krayan masih dipasok dari Tarakan, Nunukan, dan Malinau.
Meskipun jumlah pasokan yang dimuat tiap harinya menggunakan pesawat masih belum mencukupi 10.874 jiwa penduduk yang tersebar di 5 kecamatan.
Baca juga: Aksi Tutup Jalan Jalur Lintas Batas di Krayan, Ketua DPRD Kaltara Harap Warga Utamakan Musyawarah
"Pesawat yang muat sembako sekali terbang muat sembako hanya 1,2 ton. Setiap hari dua sampai tiga kali pesawatnya flight ke Krayan. Itupun tergantung cuaca. Belakangan ini cuaca di Krayan sering hujan," ucapnya.
Sementara saat ini untuk barang penting lainnya seperi material bangunan belum dapat dipasok dari dalam negeri, karena biaya angkut pesawat terbilang mahal.

"Kalau BBM punya armada sendiri. Sekarang sudah mulai beroperasi pesawat Air Tractor, daya angkut 3 ton. Ongkos angkut pesawat per Kg Rp20.000. Jadi kalau semen 1 sak 50 Kg berarti sudah Rp1 juta per sak. Itu belum harga belinya," ujarnya.
Tak hanya itu, Ronny juga menyampaikan alasan meminta kembali konsep perdagangan B to B, karena 1 koperasi belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Krayan.
"Harganya juga tinggi dengan memakai koperasi. Sebelum Covid-19 gula dari Serawak hanya Rp15-16 ribu. Dengan koperasi jadinya Rp26-28 ribu," tambahnya.
Baca juga: Warga Tutup Jalur Perbatasan Tolak Monopoli Perdagangan di Krayan, Pemprov Kaltara Jelaskan Alasan
Keputusan B to B Ada Pada Pemerintah Serawak
Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop) Kaltara, Hasriyani menjelaskan pemilihan koperasi saat itu, menyesuaikan kebijakan penanganan pandemi covid-19 di Sarawak.
Lantaran, pemerintah setempat menerapkan lockdown yang menutup akses keluar atau masuk masyarakat Krayan.
Sehingga, alternatif yang diminta adalah skema satu pintu melalui titik keluar masuk utama untuk meminimalisir penyebaran Covid-19.