Berita Tarakan Terkini

Kisah Pilu Jumiati Menanti Puteranya Pulang: Dua Kali Lebaran Saya Tunggu, Ternyata Sudah Dibunuh

Jumiati, tak kuasa menahan bulir air matanya saat kembali menceritakan bagaimana perpisahan untuk terakhir kalinya dengan sang putera sulung.

|
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
Jumiati, ibu kandung Arya Gading Ramadhan, korban pembunuhan dan ditemukan terkubur di area kendang ayam, Jalan Perumahan PNS, belakang Blok D area kandang ayam di RT 1, Kelurahan Juata Permai, Kecamatan Tarakan Utara. 

Karena tak disangka pelaku orang terdekat, itu membuat ia sulit melacak keberadaan sang anak saat pergi dari rumah ke sekian kalianya dan tidak lagi kembali pada April 2021 lalu.

“Tidak ada disangka-sangka. Kemudian kami juga cari informasi ke pelaku karena akrab kan, dia ni selalu menenangkan kami, bilang ada menelpon, tidak niat sekolah, katanya dia, anak saya sudah tenang jual baju, jadi pelakunya ini mengarang ternyata. Dan kami sebagai orangtua juga akhirnya tenang setelah dengar kabarnya dari pelaku saat itu yang ternyata sudah tidak ada,” ujarnya.

Usai membuat laporan pada 27 November 2022 pukul 11.00 WITA, pada tanggal 30 November 2022 sekira pukul 12.00 WITA, kedua orangtua almarhum mendapat kabar dari pihak kepolisian bahwa anaknya ditemukan telah meninggal dunia.

Kokasi atau tempat kejadian ditemukan ada di Jalan Perumahan PNS, belakang Blok D area kandang ayam di RT 1, Kelurahan Juata Permai, Kecamatan Tarakan Utara.

Dari kejadian tersebut diketahui ada tiga tersangka di antaranya EG (23), AF (22) dan MN (45). EG sendiri adalah sepupu dari Arya Gading.

Lalu akhirnya pihak keluarga pun menunjuk Syafruddin dan kawan-kawan menjadi kuasa hukum.

Semua prosedur diserahkan kepada kuasa hukum. Ia berharap pelaku dihukum dengan adil.

“Semaksimal sesuai perbuatannya sesuai nyawa anak saya. Karena anak ini, keluarga sendiri. Bukan sekali menikam menikam. Di kantor polisi dia sudah tiga kali kasus menikam tapi tidak pernah dipenjara, lolos terus. Makanya saya meminta pihak pengadilan supaya bisa cermin keadilan, anak ini bisa dihukum, jangan ada korban berikutnya, cukuplah anak saya terakhir jadi korban,”ungkap Jumiati, suaranya bergetar menahan amarah kepada pelaku.

“Selama satu tahun lebih anak saya ditanam hidup-hidup, saya tidak tahu. Kalau tidak ada polisi yang usut, saya tidak tahu anak saya tidak ditemukan. Saya ucapakan beribu-ribu banyak terima kasih kepada kepolisian, Kapolres, Kasat Reskrim dan jajarannya atas bekerja beratnya mengungkap kasus ini. Bertahun-tahun saya cari anak saya, dua kali lebaran saya tunggu, harapan saya anak saya masih hidup. Saya tidak sangka kalau ternyata anak saya dibunuh,” aku Jumiati, sembari menyeka air matanya akhirnya tak terbendung lagi.

Dalam kondisi terisak, menangis, Jumiati memaksakan diri berecerita kembali mengenang masa penantiannya yang disangka sang putera hanyalah pergi dari rumah untuk mencari ketenangan usai dimarahi sang ibu.

Yang membuat ia sesak, sedih, kecewa, ingin melampiaskan kemarahannya sebagai seorang ibu yang melahirkan puteranya, karena pelaku adalah orang terdekat sendiri.

Pelaku adalah sepupu sekali, alias anak dari kakak kandungnya.

Baca juga: Pasutri Dalang Pembunuhan di Tarakan Terungkap, Pelaku Sepupu Korban, Jasad Berhasil Ditemukan

“Tidak ada sama sekali sampai berpikir kalau anak saya mati secara tragis. Anak saya tidak ada salah, tapi yang bunuh sadis sekali, cukup-cukup kesian, sama sepupunya dan istri sepupunya sering minta belikan susu, pempers padahal anak ini susah juga dia kumpul uang sangunya untuk membelikan susu anaknya tapi kenapa anakku dibunuh begini, salahnya apa. Cuma karena uang saja sampai anakku hilang nyawa jadi korban,” ungkap Jumiati sembari mengelus dada masih tak habis pikir dengan perbuatan pelaku yang merupakan keponakannya sendiri.

Selama ini lanjut Jumiati, pelaku dinilainya tempramen. Bahkan kepada orangtua pelaku sendiri pelaku juga melawan.

“Sempat orangtuanya dipukul, jadi memang orangnya tempramen. Informasinya tiga orang ditikamnya, itu kasus kelahi, tapi selesai secara kekeluargaan. Makanya kali ini kami berharap tolong sangat supaya hukumannya benar-benar setimpal dengan perbuatannya. Supaya ada efek jera, kalau dia bebas, ringan hukumannya pasti dia menggampangkan karena orangnya tempramen,” pungkasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah

Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved