Berita Daerah Terkini

Kisah Ruspendy, Guru Honor di Perbatasan Kaltim,Terkendala Internet Hasil Ujian Diantar ke Kecamatan

Suka duka Ruspendy, guru honorer di perbatasan Kaltim-Kalsel, tepatnya di Desa Muara Andeh, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Editor: Sumarsono
Tribun Kaltim
Ruspendy (tengah), guru SD Negeri 008 Desa Muara Andeh, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser, Kaltim bersama murid-muridnya. 

TRIBUNKALTARA.COM – Inilah suka duka Ruspendy, guru honorer di perbatasan Kaltim-Kalsel, tepatnya di Desa Muara Andeh, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Demi suksesnya pelaksanaan ujian sekolah, karena gangguan jaringan internet, Ruspendy dan guru-guru lainnya di SD Negeri  008 Desa Muara Andeh terpaksa membawa hasil ujian ke kantor kecamatan.

Bagi Ruspendy, pendapatannya sebagai guru honorer tak sebanding. Namun baginya harus merasa cukup.

Semangat menjadi guru honorer memang tertanam sejak dulu.

Diketahui, pendidikan jenjang SD-SMA dihabiskan di Tanjung Pinang, Kalimantan Timur mengikuti orangtuanya.

Kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Terbuka, Tanah Grogot, Kabupaten Paser mengambil jurusan PGSD ( Pendidikan Guru Sekolah Dasar ).

Keputusan mengajar di pedalaman memang ingin membuat anak-anak di sini lebih maju.

Dari tujuh bersaudara kandung, hanya Ruspendy yang menjadi guru.

Baca juga: Kisah Ruspendy, Guru Honor di Perbatasan Kaltim, Ambil Bahan di Hutan buat Praktik Belajar di Kelas

Selama ini, Ruspendy mengampu pelajaran untuk para murid kelas 6 yang jumlahnya beragam tiap tahun.

Jumlah murid kini telah total mencapai 56 orang, termasuk adanya tambahan 6 orang siswa dari sekolah kunjung desa terdekat.

Tiga kelas di sekolah tersebut diisi sekitar 8 sampai 10 orang peserta didik dari kelas 1 hingga 6 SD.

SD Negeri 008 Muara Andeh juga melaksanakan Ujian Nasional (UN), . Meski tak bisa langsung mengirim hasil ujian secara online karena terkendala sarana internet.

Ruspendy harus mengantarkan naskah hasil ujian anak didik tiap tahunnya ke induk atau tempat pengumpulan hasil ujian.

Desa Muara Andeh, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, berada di perbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Desa Muara Andeh, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, berada di perbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. (Tribun Kaltim)

Menggunakan motornya, dia menuju Kecamatan Muara Samu untuk membawa hasil ujian, sehingga bisa terinput di data Dinas Pendidikan Kabupaten Paser.

Infrastruktur jalan tanah

Jaraknya dari SD Negeri 008 Desa Muara Andeh ke Kantor Kecamatan Muara Samu sekitar kurang lebih 40 kilometer tanpa jalan beraspal atau beton.

Jika hujan lebat atau angin kencang, Ruspendy harus menginap agar berkasnya tak rusak, sekelumit kendala ini saat ditanya, ia tak sedikitpun mengeluh.

Malah menganggap ini sebuah perjuangan, agar anak-anak didiknya tetap bisa mengetahui nilai yang telah diraih selama menempuh pendidikan di bawah asuhannya.

Baca juga: Profil Margaret, Bidan Perbatasan Raih Penghargaan Perempuan Berprestasi Bidang Kesehatan Nasional

"Berpacu sama alam, kondisi cuaca juga. Bisa nginap juga di jalan. Kalau hujan, jalan tanah merah itu (sudah proses pengerasan) akan berbahaya dilalui.

Pengumpulan naskah UN di kecamatan, 40 kilometer bisa dilintasi, didampingi kepala sekolah," jelasnya.

Ada pula alasan menyentuh Ruspendy yang diutarakannya, mengapa terus menjadi pengajar di daerah paling ujung Bumi Etam ini.

Ia melihat, ada empat RT di Desa Muara Andeh yang rata-rata merupakan orang tua murid-muridnya.

Semuanya juga terlihat punya semangat untuk membangun Indonesia dan Kaltim, termasuk usaha-usaha sektor pertanian orang tua murid yang ingin maju.

Ruspendy, guru SD Negeri 008 Desa Muara Andeh, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser, Kaltim, daerah perbatasan Kaltim-Kalsel.
Ruspendy, guru SD Negeri 008 Desa Muara Andeh, Kecamatan Muara Samu, Kabupaten Paser, Kaltim, daerah perbatasan Kaltim-Kalsel. (Tribun Kaltim)

"Bersemangat menjaga hutan dan belajar, mereka ini yang membuat saya juga termotivasi terus mengajar.

Ya memang saya masih guru honorer, tetapi selama ini saya tidak membeda-bedakan biarpun saya honor kinerja saya terus tingkatkan seperti PNS.

Saya tidak memilih-milih kerjaan, selagi saya masih bisa membantu negara ini, saya akan terus membantu," sambung Ruspendy.

Baca juga: Penyerahan SK PPPK Guru  di Kalimantan Timur, Hetifah: Perjuangan Panja Guru Honorer Belum Selesai

Rombongan Pemprov Kalimantan Timur dan Pemkab Paser pernah datang ke Desa Muara Andeh pada 2022 silam.

Selama Ruspendy menjadi guru, ia sangat senang ada kunjungan Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi, Bupati Paser Fahmi Fadli beserta jajaran OPD kala itu.

"Masyarakat di sini ingin melihat gubernur ternyata batal. Seperti tidak percaya kami di ujung kampung ini didatangi dulu," ucapnya.

Sempat disampaikannya terkait impiannya dan masyarakat Desa Muara Andeh sejak dahulu, memiliki infrastruktur jalan yang mulus.

Selama ini, infrastruktur menjadi barang mewah, karena menurutnya sangat sulit didapat dengan hanya berharap.

Usahanya, terus berdoa agar suaranya didengar dan mendapat keniscayaan adanya jalan mulus untuk akses ke Desa Muara Andeh.

Daerah di ujung Kaltim ini berharap ada dukungan infrastruktur dasar berupa kemantapan jalan agar segera dibangun, demi kelancaran mobilitas warga dan sektor-sektor krusial seperti pendidikan, kesehatan serta air bersih hingga listrik.

Baca juga: 39 Tahun Mengabdi Jadi Guru Honorer, Husain Lolos PPPK di KTT, Kuncinya Jalankan Tugas Dengan Ikhlas

"Sukses tergantung pada ketersediaan jalan. Infratruktur jalan kalau tidak baik, anak-anak juga tidak bisa pintar," ungkapnya.

Ruspendy juga memikirkan dimana dahulu, orang tuanya buta huruf dan ini yang tidak diinginkannya terjadi di Indonesia termasuk tempatnya mengajar, Desa Muara Andeh.

Seluruhnya, anak-anak MHA Paring Sumpit ke depan bisa menempuh pendidikan hingga tercapai cita-citanya.

Kebiasaan unik Ruspendy, meminta anak-anak didiknya menempelkan secarik kertas tertuliskan cita-cita sang murid.

Sebelum pulang dari sekolah, Ruspendy membaca satu persatu, tertulis cita-cita muridnya ada yang ingin menjadi dokter, polisi, TNI, kepala desa, anggota DPR, bupati, bahkan gubernur.

"Segala macam cita-citanya. Ditempellah nama-nama orang hebat di Indonesia. Ada IKN semoga anak-anak Muara Andeh ada yang menjadi orang penting di negeri ini," harap Ruspendy.

Baca juga: Tahun Depan Dihapus, Guru Honorer Sebut PPPK Belum Efektif Akomodir Tenaga Pengajar di Malinau

Untuk pendidikan jenjang SMP, Desa Muara Andeh memang serba kekurangan, Ruspendy mengatakan, selepas lulus, anak muridnya banyak menyeberang ke Kalsel untuk bersekolah.

Di sana ada bantuan dari pemerintah yang membangunkan suatu asrama serta orang tua murid yang sebagian ikut bekerja ke perbatasan agar anak-anaknya tidak putus sekolah.

Tak sedikit juga anak muridnya sudah menjadi orang dan ada yang ikut mengabdi di Desa Muara Andeh, membuat rasa bangga Ruspendy bisa sukses mendidik murid-muridnya.

"Daerah Sengayam, Kalsel, untuk jenjang SMP. Banyak orang tua menyekolahkan anaknya ke sana.

Saya sering membanggakan diri, sukses membuat anak menjadi orang, satu guru di sini jebolan asli sini, menjadi guru, ada juga pegawai desa," pungkasnya.(Mohammad Fairoussaniy)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved