Berita Kaltara Terkini

Angka Stunting 3.636 Jiwa di Kaltara, Harap CSR Perusahaan, Wagub Ajak Pengusaha Tambak Kontribusi

Ketua Tim Percepatan Penanganan dan Penurunan Stunting Provinsi Kaltara, Yansen TP ungkap, Angka anak stunting dan berisiko stunting capai 3.636 jiwa.

Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / ANDI PAUSIAH
Wagub Kaltara, Dr.Yansen TP sekaligus Ketua Tim Percepatan Penanganan Penurunan Stunting Provinsi Kaltara di acara malam Gala Dinner bersama perwakilan CSR perusahaan yang ada di Provinsi Kaltara. 

TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Angka anak stunting dan risiko stunting di Kaltara mencapai 3.636 jiwa.

Angka ini disampaikan langsung Ketua Tim Percepatan Penanganan dan Penurunan Stunting Provinsi Kaltara, Yansen TP dalam pertemuan malam Gala Dinner Semesta Mencegah Stunting digelar di Tarakan Plaza Hotel Kota Tarakan, Jumat (23/6/2023) malam.

Adapun rinciannya disampaikan Yansen TP yang juga menjabat sebagai Wakil Gubernur Provinsi Kaltara, untuk Kota Tarakan mencapai 683 anak, Tana Tidung 395 anak, Bulungan 744 anak, Malinau 365 anak dan Nunukan paling tertinggi mencapai 1.449 anak.

Sehingga tujuan dari pertemuan malam kemarin menghadirkan puluhan perusahaan yang ada di Provinsi Kaltara baik BUMN dan swasta untuk dilibatkan melalui program bantuan dan program CSR-nya dalam menangani penurunan stunting.

Baca juga: Lokus Stunting Malinau Tersebar di Sekitar Konsesi Tambang dan Kehutanan, Perusahaan Berkontribusi?

Secara umum dan konkretnya, mekanisme dan proses yang akan dilaksanakan bisa melalui program CSR yang ada di masing-masing perusahaan dan juga memiliki tim bina desa atau pendamping desa.

“Adanya kondisi stunting diharapkan agar maksimal dan real capaian bantuan diharapkan untuk bsa menurunkan angka stunting. Jadi bukan membuat pos baru lagi,” ujarnya.

Diharapkan dalam hal ini ada partisipasi masing-masing perusahan untuk menjadi Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS).

Adapun besaran penyaluran bantuan lanjut Yansen, relative meski tetap ada standar yang bisa digelontorkan.

“Untuk masing-masing jiwa itu berkisar antara Rp20 ribu satu kali konsumsi. Kalau dihitung ada enam bulan idealnya, maka satu orang Rp 20 ribu sehari, maka satu bulan Rp600 ribu,” terangnya.

Jika ditotalkan enam bulan maka dibutuhkan Rp3,6 juta untuk satu orang anak risiko stunting dan yang berkasus stunting.

“Setiap bulan bisa dianggarkan dari perusahaan nominal itu,” ujarnya.

Selama ini di Kaltara, ada sekitar 60 perusahan besar beroperasi.

Namun perlu diketahui instruksi penurunan stunting secara massif baru diperoleh dari pusat di tahun 2021 lalu.

“Operasional awal 2022 dan perusahaan sudah ada terlibat makanya tadi ada beberapa diberikan penghargaan seperti Pertamina, BKN tapi belum semuanya. Bukan berarti mereka juga tidak punya program,” terangnya.

Bisa jadi ada program CSR yang diarahkan melalui program di masing-masing desa atau kelurahan.

Diharapkan anggaran yang ada bisa terfokus pada penurunan stunting terlebih dahulu.

“Kalau itu sudah clear, barulah kembali ke program-program yang biasa mereka lakukan,” terangnya.

Ia di momen itu juga menyampaikan selain pelibatan perusahaan melalui program CSR dan bentuk bantuan lainnya dalam hal pembinaan masyarakat, pengusaha juga demikian ikut ditekankan diharapkan bisa ikut membantu.

Karena saat ini tersisa 1,5 tahun lagi deadline diberikan target penurunan stunting jika bisa tembus 14 persen di tahun 2024.

Salah satunya pengusaha yang dimaksud adalah pengusaha pertambakan.

Karena Kaltara juga mayoritas memiliki pengusaha tambak cukup besar, diharapkan setiap kali panen bisa mengakomodir para tetangga yang berpotensi mengalami risiko stunting untuk diberikan bantuan paling tidak 5 kg ikan.

Adapun dalam bentun pendanaan, mekanismenya kami serahkan ke masing-masing tim di kabupaten.

Baca juga: Puluhan Ibu-ibu di Tarakan Bersyukur Terima Bantuan, Stunting di Kaltara Masih di Angka 22,7 Persen

“Polanya nanti di Tarakan bagaimana mereka jadi bapak asuh, siap setiap bulan Rp 1 juta misalnya, dikumpulkan semua nanti diserahkan kepada pengelola karena kami sudah memiliki data by name by address penerima. Mereka bisa koordinasi pendamping, berapa orang di desa sudah ada pendamping semua, nanti akan ketemu kumulasi angkanya, diharapkan enam bulan dari sekarang di tahun ini sudah bisa diperoleh angkanya persentase penurunannya,” terangnya.

Ia berasumsi selama enam bulan ke depan jika semua ikut berpartisipasi maka angka 2024 14 persen target bisa dicapai tahun ini.

“Data 3.700-an belum semuanya. Itu yang sudah terdata, saya kira masih ada belum terdata. Di Nunukan 1000 lebih tertinggi, tapi kalau dilihat angkanya menurun tapi masih tertinggi di Kaltara. KTT dulu kecil sekarang malah naik. Data yang ada masuk stunting termasuk risiko stunting,” tukasnya.

(*)

Penulis: Andi Pausiah


Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved