Berita Kesehatan
Apa itu Leptospirosis? Penyakit yang Kerap Muncul saat Banjir Melanda
Waspada maraknya Penyakit Leptospirosis yang kerap terjadi saat banjir, kenali gejala dan cara pengobatannya.
Penulis: Maharani Devitasari | Editor: Cornel Dimas Satrio
TRIBUNKALTARA.COM - Banjir menjadi salah satu bencana yang kerap melanda Indonesia.
Dilansir dari beberapa sumber, sejumlah daerah bahkan mengalami banjir yang cukup parah, seperti banjir di wilayah Demak yang disebabkan oleh jebolnya tanggul.
Berbagai ancaman penyakit akibat bencana banjir turut menghampiri dan membuat masyarakat was-was.
Tak terkecuali Penyakit Leptospirosis.
Leptospirosis merupakan penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, terutama anjing, hewan pengerat seperti tikus, serta hewan ternak.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri ini banyak terjadi di daerah beriklim tropis dengan curah hujan tinggi.
Dilansir dari website resmi Kementerian Kesehatan, Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira.
Bakteri ini dapat menyebar melalui darah atau urin hewan yang terinfeksi.
Baca juga: Peningkatan Mutu Kesehatan Malinau, 4 Puskesmas Ditinjau Tim Akreditasi, Berharap Raih Paripurna
Penularan Leptospirosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir, hidung, mata, kulit yang lecet, serta makanan.
Mantan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Terawan Agus Putranto mengatakan bahwa penularan air kencing tikus ke dalam tubuh manusia sangat mungkin saat banjir terjadi.
Genangan air yang memasuki sudut rumah mempermudah aliran air kencing tikus masuk ke dalam tubuh.
Seseorang dapat tertular dan terinfeksi penyakit Leptosirosis ini melalui:
1. Kontak langsung dengan urin atau cairan reproduksi hewan yang terinfeksi.
2. Kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi.
3. Terkena air atau tanah yang terkontaminasi kencing hewan di area mulut, hidung, mata, ataupun luka di kulit.
4. Mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi bakteri Lepstospira.
Gejala Leptospirosis
Tidak semua orang dengan penyakit ini langsung menunjukkan gejala.
Gejala bisa saja muncul setelah melewati 10 hari masa inkubasi, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Demam tinggi hingga menggigil.
2. Nyeri pada bagian otot daerah betis.
3. Nyeri kepala.
4. Sakit tenggorokan disertai dengan batuk kering.
5. Kulit menguning dan mata merah.
6. Mual hingga muntah-muntah disertai diare.
Baca juga: BPBD Tarakan Terima Laporan Banjir, Satu Rumah Warga di Sebengkok Waru Terdampak Tanah Bergeser
Sebelum penyakit Leptospirosis menjangkit, ada beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan yakni:
1. Menghindari berenang di air tawar (sungai atau aliran air yang mengandung urin hewan).
2. Menghindari berenang setelah terjadi hujan deras atau banjir.
3. Usahakan tidak menyentuh atau berenang di air banjir.
4. Pastikan mengonsumsi air minum yang sudah direbus.
5. Usir hama tikus yang rentan masuk ke dalam rumah.
6. Gunakan pakaian pelindung saat menyentuh air atau tanah yang terkontaminasi.
7. Selalu cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun setelah mengurus hewan peliharaan.
8. Hindari menyentuh hewan yang sudah mati dengan tangan telanjang.
Leptospirosis yang sudah parah dan tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi seperti meningitis, gagal hati, kerusakan ginjal, masalah pernapasan, kolpas hemodinamik atau syok, serta kematian janin pada ibu hamil.
Pengobatan Leptospirosis
Jika Leptospirosis yang diderita masih dalam tahap ringan, maka pengobatan dapat dilakukan dengan meminum banyak caira, istirahat yang cukup, serta mengonsumsi obat pereda nyeri.
Pada kasus Leptospirosis sedang hingga parah, dapat mengonsumsi antibiotik seperti azitromisin, amoksisilin, doksisiklin, atau bahkan penisilin untuk kasus yang parah.
(*)
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter Tribun Kaltara Redaksi
Follow Instagram tribun_kaltara
TikTok tribunkaltara.com
YouTube Shorts TribunKaltara.com
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.