Berita Tarakan Terkini

Pasien Kemoterapi di RSUD dr H Jusuf SK Tarakan Keluhkan Harus Berbayar Mandiri dan tak Dijamin BPJS

Pasien kanker di RSUD dr H Jusuf SK mengeluhkan layanan kemoterapi untuk diagonis Lhymphoma saat ini tak lagi ditanggung BPJS Kesehatan.

|
Penulis: Andi Pausiah | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / ANDI PAUSIAH
Nugraha Putra, pasien yang didiagnosis kanker yang disebut Lhymphoma Colli dan harus menjalani kemoterapi saat diwawancarai media siang tadi, Senin (5/8/2024). TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH 

Karena saat ini pasien kemoterapi di dalam grup mencapai sekitar 59 orang.

“Kami disarankan di Balikpapan atau Samarinda yang terdekat. Di Surabaya dan Makassar juga ada. Tapi ini perlu waktu, biaya dan tenaga. Kita harus tahu rumah sakitnya dituju, tempat tinggalnya. Sampai di sana ada pra pemeriksaan darah sebagainya, administrasi itu memakan waktu,” paparnya.

Ia juga melanjutkan pagi tadi, ia sudah ke BPJS Kesehatan untuk menanyakan hal tersebut.

Bahkan mendatangi kantor BPJS Kesehatan.

Dan pihaknya bertemu dengan pihak perwakilan BPJS dan dibenarkan bahwa BPJS Kesehatan memutuskan tidak bekerja sama dengan pihak rumah sakit khusus pelayanan dokter ongkologi dan hematologi.

Baca juga: Gratis untuk Keluarga Pasien dari Luar Kaltara, Gubernur Resmikan Rumah Singgah RSUD dr H Jusuf SK

Daman Lubis, warga Tanjung Selor, pasien cuci darah yang ikut menginap di Rumah Singgah RSUD dr H Jusuf SK Tarakan saat berbincang bersama Gubernur Kaltara Zainal Paliwang
Daman Lubis, warga Tanjung Selor, pasien cuci darah yang ikut menginap di Rumah Singgah RSUD dr H Jusuf SK Tarakan saat berbincang bersama Gubernur Kaltara Zainal Paliwang (TRIBUNKALTARA.COM/ ANDI PAUSIAH)

“Karena apa, karena dua dokter yang bersangkutan tidak berkomitmen dalam kerja sama dengan BPJS. Karena ada informasi mereka kerja sama paruh waktu. Menurut saya sih, wajar saja BPJS memutuskan itu tapi juga di kami itu bukan solusi. Kami harapkan BPJS berkomunikasi dengan rumah sakit. Ini kan cukup lama hampir dua minggu lebih tidak ada greget dari pihak BPJS dan rumah sakit. Tidak ada jawaban memuaskan bagi kami BPJS,” ujar pria berusia 49 tahun ini.

Dan lanjutnya, pihaknya bersama rekan senasib yang harus kemoterapi disarankan keluar daerah.

Dan untuk keluar daerah biaya tentu cukup besar.

Informasi dihimpun pihaknya, jika membayar mandiri, pengalaman rekan yang sudah pernah membayar, satu kali kemoterapi di antara angka Rp7 juta –Rp20 juta bergantung jenis kankernya.

Tentunya ia keberatan mengeluarkan biaya pribadi seperti itu. Ia saat ini hanya menggunakan obatan herbal walaupun tidak disarankan.

Ia saat ini masih menunggu keputusan pihak rumah sakit dan BPJS.

Apalagi pihaknya rutin membayar premi BPJS Kesehatan untuk kelas tiga Rp35 ribu per bulannya.

Ia melanjutkan lagi, ia sendiri bekerja paruh waktu swasta beralamat di Perum Korpri Kelurahan Juata Kerikil.

Kondisinya saat ini pasca kemoterapi pertama, ada perubahan di bagian lehernya.

Dulunya bengkak di leher cukup besar menyerupai gondok. Namun kini sudah agak mengecil bengkaknya dan perlahan menghilang.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltara
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved