Berita Malinau Terkini

Mengenal Nanas Madu, Komoditas Primadona Kecamatan Sungai Boh Malinau Khas Perbatasan Kaltara

Nanas madu  menjadi salah satu komoditi unggulan khas Kecamatan Sungai Boh, Malinau, Kalimantan Utara. 

Penulis: Mohamad Supri | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM / MOHAMMAD SUPRI
KOMODITI UNGGULAN – Nanas madu dipajang di Stan Irau Dinas Pertanian Malinau, beberapa hari lalu. Ciri khas memiliki warna kuning cerah dan rasa manis legit. Varietas ini menjadi komoditi unggulan dari Kecamatan Sungai Boh. (TRIBUNKALTARA.COM / MOHAMMAD SUPRI) 

TRIBUNKALTARA.COM, MALINAU – Nanas madu menjadi salah satu komoditi unggulan khas Kecamatan Sungai Boh, Malinau, Kalimantan Utara. 

Tanaman tropis ini tumbuh subur di Kecamatan Sungai Boh, tepatnya di Desa Mahak Baru, dan telah dikenal sebagai varietas lokal yang diwariskan secara turun-temurun, Rabu (29/10/2025).

Varietas nanas madu Malinau telah didaftarkan secara resmi oleh Pemerintah Kabupaten Malinau.

Upaya ini memperkuat indikasi geografis sekaligus melindungi keaslian komoditi yang kini menjadi kebanggaan masyarakat pedalaman tersebut.

Baca juga: Teksturnya Renyah dan Lembut, Potensi Komersialisasi Nanas Madu Sungai Boh Terhambat Akses

Mengutip Riset Internal Dinas Pertanian Malinau, Nanas madu memiliki tinggi tanaman mencapai 125–140 sentimeter dengan daun hijau berduri halus. 

Buahnya berbentuk silindris, berwarna kuning cerah, dengan aroma manis yang khas.

Daging buah nanas madu berwarna kuning muda kehijauan, teksturnya halus, dan memiliki kadar kemanisan tinggi antara 17–18 derajat briks.

Setiap buah memiliki berat rata-rata 3,7–4,5 kilogram dengan rasa manis segar dan daya simpan 7–10 hari.Dari sisi produktivitas, tanaman ini mampu menghasilkan 68.750–82.500 ton per hektar dengan populasi 25–30 ribu tanaman. 

Keunggulannya terletak pada buah yang besar, berdaging tebal, kadar gula tinggi, dan rasa lebih legit dibanding varietas lain.

Sebagai buah khas Malinau, nanas madu berpotensi besar dikembangkan menjadi ikon pertanian daerah.

 Potensinya meliputi budidaya organik, diversifikasi olahan seperti jus, selai, keripik, dan sirup, hingga promosi wisata agro yang memperkuat ekonomi lokal.

Uniknya, komoditas ini memang khas indikasi geografis Sungai Boh. Banyak pembudidaya yang telah mencoba membudidayakan nanas madu di luar daerah asalnya, namun, rasa hingga cita rasa khas Nanas Madu akan turun dan hilang.

"Banyak yang sudah coba ambil bibitnya, terus ditanam di daerah lain. Memang tumbuh dan berbuah, tapi hasilnya pasti beda. Tidak semanis yang di daerah asalnya," ungkap Camat Sungai Boh, Yordin Ingan.

Varietas ini tumbuh subur di Sungai Boh. Masyarakat membudidayakan nanas madu dan biasanya diolah menjadi keripik hingga selai.

Sayangnya, komoditi primadona ini terkendala jarak. Akses yang belum memadai membuat komersialisasinya masih terkendala biaya transportasi.

Sumber: Tribun Kaltara
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved