Perbatasan RI Malaysia

Danlanal Nunukan Letkol Laut Nonot Eko Febrianto Beber Alasan Speed Boat Sering Masuk Jalur Malaysia

Danlanal Nunukan Letkol Laut Nonot Eko Febrianto beber alasan speed boat sering masuk jalur Malaysia.

Penulis: Febrianus Felis | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM/FELIS
Danlanal Nunukan, Letkol Laut Nonot Eko Febrianto. (TRIBUNKALTARA.COM/ Febrianus felis) 

TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN - Danlanal Nunukan Letkol Laut Nonot Eko Febrianto beber alasan speed boat sering masuk jalur Malaysia.

Titik perbatasan RI-Malaysia kerap kali menjadi perbincangan publik, bahkan tak sedikit masyarakat di perbatasan, utamanya Kabupaten Nunukan, mengetahui batas wilayah dua negara bertetangga itu.

Belum lama ini 8 WNI ditangkap oleh Polis Marin Malaysia pada malam hari. Lantaran speed boat yang membawa mereka terlanjur masuk wilayah Malaysia.

Baca juga: Cerita Bajib, WNI Asal Nunukan yang Ditangkap di Perbatasan RI Malaysia, Speedboat Sempat Diserempet

Baca juga: 8 WNI Ditahan Polis Malaysia Akhirnya Dipulangkan, Pemkab Nunukan Minta Pemerintah Pusat Lakukan Ini

Baca juga: Oknum ASN Nunukan Bawa Sabu dari Malaysia, Dibekuk Polisi di Pelabuhan, Ngaku Disuruh Suami di Lapas

Diketahui, jalur perairan di simpang tiga Malaysia-Sei Ular itu tidak ada rambu-rambu batas dua negara.

Sehingga ketika malam hari, motoris speed boat mengalami kesulitan untuk melihat jalur yang mesti dilaluinya.

Danlanal Nunukan, Letkol Laut Nonot Eko Febrianto mengatakan, sesuai aturan hukum laut internasional, bilamana ada perbatasan dalam bentuk perairan baik laut maupun sungai, maka harus dibagi dua.

Kendati begitu, pria yang akrab disapa Eko itu mengaku Sei Ular saat ini sudah terbagi dua, meskipun tidak ada kongres nyata terkait batas itu.

"Kondisi saat ini Sei Ular sudah terbagi dua walaupun tidak ada kongres nyata. Hanya memang kalau dilihat pada peta perbatasan kita, di garis maya itu terbagi dua. Itu suatu kendala," kata Eko kepada TribunKaltara.com, Kamis (18/02/2021), pukul 14.30 Wita.

Tak hanya itu, menurut Eko, secara geografis, ketika air di perairan Sei Ular surut, otomatis mengarahnya ke wilayah Malaysia.

"Kontur perairan Sei Ular jika surut, arah airnya ke Malaysia. Otomatis speed boat yang melintas, secara reflek akan mengikuti arus yang dalam. Sehingga itu yang membuat kita tidak sadar sudah masuk wilayah Malaysia," ucapnya.

Eko meyakini, masyarakat lokal di Nunukan, tidak paham benar mengenai batas wilayah kedua negara itu.

Selain karena tak ada rambu-rambu batas negara di simpang tiga itu, juga masyarakat lokal sudah menggunakan jalur Sei Ular sedari leluhur sebelumnya.

Baca juga: Setahun Mengajar di Perbatasan RI-Malaysia, 6 Pengajar Pamit ke Pemkab Nunukan, Temui Asmin Laura

Baca juga: Konsulat RI di Tawau Malaysia Beber 8 WNI Bakal Dipulangkan Kembali ke Indonesia Besok Pagi

Baca juga: Ayam Potong Asal Malaysia dan Berau Masuk ke Nunukan, Harga Jual Lebih Murah, Peternak Lokal Geram

"Itu sedari leluhur mereka sudah jadi tempat mencari nafkah. Mereka tidak sadar masuk di wilayah batas dua negara. Selain karena tidak ada rambu-rambu yang menjadi batas negara," ujar Eko.

Eko mengaku, pihaknya bersama Satgas Pamtas RI-Malaysia mendukung penuh upaya jangka pendek Pemerintah Daerah Nunukan untuk mengawal warga Nunukan saat melintas jalur simpang tiga Malaysia-Sei Ular di atas pukul 17.00 Wita.

"Kami dari TNI AL, Satgas Pamtas, Polres dan Imigrasi akan mengawal warga Nunukan yang melintas di jalur Sei Ular di atas pukul 17.00 Wita. Sehingga motoris speed tidak telanjur masuk batas Malaysia lagi. Kalaupun bertemu aparat Malaysia lebih mudah koordinasi di lapangan kalau ada kami," ungkapnya.

Penulis: Febrianus felis

Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com

Follow Twitter TribunKaltara.com

Follow Instagram tribun_kaltara

Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved