Berita Nunukan Terkini
Tradisi Paskah Toroja di Nunukan, Bersihkan Jasad Leluhur yang Sudah 33 Tahun Meninggal Dunia
Ada tradisi unik Toroja di Nunukan saat merayakan Paskah atau tradisi Ma'nene, yakni membersihkan jasad leluhur yang sudah 33 tahun meninggal dunia.
Penulis: Febrianus Felis | Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTARA.COM, NUNUKAN – Ada tradisi unik suku Toroja di Nunukan saat merayakan Paskah atau tradisi Ma'nene, yakni membersihkan jasad leluhur yang sudah 33 tahun meninggal dunia.
Tradisi Ma’nene merupakan ritual masyarakat Toraja yang dilakukan untuk menghormati para leluhurnya.
Mereka membersihkan jasad para leluhur yang sudah meninggal dunia beberapa tahun, bahkan hingga ratusan tahun yang silam.
"Kalau di Toraja bilang Ma'Nene, tapi di perantauan (Nunukan) kami sebut Paskah. Syarat mengangkut mayat itu harus ada potong kerbau dan babi.
Baca juga: Makam Tua Misterius yang Tiba-tiba Membesar di Padang Pariaman, Peneliti Siapkan Langkah Serius
Baca juga: Menggelar Ritual MaNene, Masyarakat Toraja Habiskan Biaya Rp 80 Juta untuk Membangun Ini
Baca juga: BREAKING NEWS, Ritual Suku Toraja, 33 Tahun setelah Dikubur, Mayat Pasutri Diangkat dari Liang Lahat
Itu sudah jadi tradisi turun temurun nenek moyang kami," kata Titus Takke (60), masyarakat Toraja yang tinggal di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara kepada TribunKaltara.com.
Suku Toraja memang dikenal dengan warisan budaya yang kaya dan memiliki keunikan tersendiri. Satu di antaranya yaitu Ma'Nene.

Ritual unik itu bagi masyarakat awam terdengar menyeramkan.
Namun, tidak bagi masyarakat Toraja, ritual Ma'Nene sudah menjadi adat dan budaya yang sudah bertahun-tahun lamanya dijalankan oleh masyarakat etnis Toraja, utamanya di Sulawesi Selatan.
Bagi masyarakat Toraja yang tinggal di perantauan juga masih meyakini ritual Ma'Nene sampai sekarang.
Kamis (01/04/2021) kemarin, di Jalan Persemaian RT 010 Kelurahan Nunukan Barat, Kabupaten Nunukan sedang dilangsungkan ritual Ma'Nene (Paskah).
Ada jasad pasangan suami istri (Pasutri), bernama M. Timbang dan Maria Maku’. Timbang sendiri sudah meninggal sejak 1988 atau 33 tahun yang lalu. Sementara sang istri meninggal pada 2017 lalu.
Baca juga: Hasil Piala Menpora 2021, Tundukkan Persik Kediri, PS Sleman Langsung Bidik Persebaya
Kedua jasad pasutri tersebut dikeluarkan dari liang lahat untuk dibersihkan dan dirias.
"Ritual ini satu kali saja dilakukan. Istilah orang Toraja itu bilang diika. Besok kami potong 1 kerbau dan 1 babi.
Sebenarnya setahun setelah meninggal langsung dilakukan ritualnya, tapi karena baru tahun ini ada rezeki keluarga, jadi baru kami lakukan.
Biar puluhan tahun, kalau belum ada rezeki ya makamnya tidak dibuka," ucap Titus Takke.