Berita Malinau Terkini
Tembus Rp 150 Ribu Sekilo, Pengusaha Warung Makan di Malinau Keluhkan Mahalnya Harga Cabai Rawit
Tembus Rp 150 ribu sekilo, pengusaha warung makan di Malinau keluhkan mahalnya harga cabai rawit.
Penulis: Mohamad Supri | Editor: M Purnomo Susanto
TRIBUNKALTARA.COM, MALINAU - Tembus Rp 150 ribu sekilo, pengusaha warung makan di Malinau keluhkan mahalnya harga cabai rawit.
Sejak permulaan menjelang bulan Ramadan 1442 Hijriah, harga jual cabai rawit di sejumlah pasar di Kabupaten Malinau fluktuatif.
Harga jual cabai rawit di Pasar Induk dan Pasar Kuliner Pelangi Malinau kota berkisar Rp 145 ribu hingga Rp 150 ribu per kilogram.
Baca juga: Harga Bawang Merah dan Cabai Rawit Kerap Naik, Kadistan Kaltara Wahyuni Nuzband Sebut Karena ini
Baca juga: Jelang Lebaran 12 Bahan Pokok Dipastikan Aman, Stok Cabai Rawit Sempat Kurang
Baca juga: Jelang Ramadan 1442 Hijriah, Harga Cabai Rawit di Malinau Kota Naik Hingga Rp 120 Ribu Per Kilogram
Pantauan TribunKaltara.com, harga cabai rawit pekan lalu di Pasar Induk sempat turun seharga Rp 120 ribu per kilogram.
Mahalnya harga cabai rawit ditenggarai karena stok komoditas pertanian yang biasanya diperoleh dari luar daerah menipis.
Data Disperindagkop Malinau pekan ini, pasokan cabai rawit di sejumlah pasar sekira 50 kg per hari. Stok cabai rawit di Malinau Kota diperoleh dari petani lokal.
Pedagang sayur di Pasar Kuliner Pelangi, Nurfadillah menjajakan cabai rawit dengan harga Rp 145 ribu per kilogram. Dan harga eceran berkisar Rp 14.500 per ons.
Dia mengakui harga ini relatif lebih murah, dikarenakan harga komoditas pertanian tersebut semakin melejit akhir-akhir ini.
"Dari kemarin-kemarin harganya memang begitu. Pernah turun minggu lalu, Rp 130 ribu. Begitulah, naik turun. Kemarin Rp 150 ribu," ujarnya kepada TribunKaltara.com, Senin (19/4/2021).
Harga cabai rawit di sejumlah pasar selama Ramadan 2021 fluktuatif. Naik turunnya harga komofitas tersebut berkisar di angka Rp 120 ribu hingga Rp 150 ribu sekilo.
Di sisi lain, Arifuddin, pengelola warung makan di Desa Malinau Hulu mengatakan terhitung hampir sebulan harga jual cabai rawit meninggi.
Dia mengatakan cabai rawit merupakan bahan wajib yang digunakan pengusaha warung makan. Meningkatnya harga cabai rawit diakui berpengaruh terhadap sajian
makanannya.
"Dari bulan lalu lombok (cabai rawit) mahal. Katanya karena musim hujan, petani gagal panen. Namanya warung, wajib sediakan lombok, tapi karena mahal, kita pintar-pintar saja berhemat," katanya.
Baca juga: Pasokan Stok Berkurang, Harga Cabai Rawit di Bulungan Rp 110 Ribu Per Kg, Disperindagkop Lakukan ini
Baca juga: Jelang Ramadan, Harga Cabai Rawit di Pasar Induk Tana Tidung Makin Pedas, Sentuh Rp 170 Ribu Perkilo
Baca juga: Harga Cabai Rawit di Pasar Gusher Tarakan Semakin Pedas, Sentuh Harga Rp 90 Ribu Perkilogram
Kenaikan cabai rawit meskipun dinilai wajar karena faktor alam, Arifuddin meminta agar pemerintah daerah melalui dinas terkait dapat mengawasi harga di pasaran.
Menurutnya, mahalnya komoditas cabai rawit bisa saja dimanfaatkan sebagian pihak yang untuk meraup keuntungan terhadap kondisi tersebut.
"Memang, harganya mahal, hampir seluruh daerah. Tapi harapan kita, pemerintah bisa turun, cek ke pasar. Karena bisa jadi nanti harga sudah normal tapi masih dimainkan," ujarnya.
(*)
Penulis : Mohammad Supri
Jangan Lupa Like Fanpage Facebook TribunKaltara.com
Follow Twitter TribunKaltara.com
Follow Instagram tribun_kaltara
Subscribes YouTube Tribun Kaltara Official