Wawancara Eksklusif

Rizal Effendi Blak-blakan soal Karir Politik: Tak Gampang jadi Calon Anggota Legislatif Era Sekarang

Mantan Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi berniat melanjutkan perjalanan politiknya dengan maju sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu 2024.

Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTIM.CO
Mantan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi siap berkiprah di politik dengan maju sebagai calon anggota legislatif DPR RI melalui Partai Nasdem. 

TRIBUNKALTARA.COM - Mantan Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi berniat tetap melanjutkan perjalanan politiknya dengan maju sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu 2024 mendatang.

Pengalaman 15 tahun atau 3 perioden berkiprah di eksekutif, yakni sebagai Wakil Walikota Wali Kota Balikpapan menjadi modal bagi Rizal Effendi.

Senayan atau DPR RI menjadi tujuan wartawan senior di Kalimantan Timur ini.

“Sementara ini saya sudah memasukkan pencalonan melalui Partai Nasdem untuk DPR RI. Kemudian karena di DPR Kaltim kurang tokoh wanitanya, istri saya masuk di calon DPRD Kalimantan Timur,” kata Rizal Effendi dalam program Talkshow Tribun Kaltim ‘Mata Lokal Memilih’ pada 27 Februari 2023.     

Lantas apa alasan Rizal Effendi ingin kembali terjun ke dunia politik, berikut obrolannya secara ekslusif bersama Tribun Kaltim. 

Purna tugas tiga periode, Wakil Wali Kota satu periode dan Wali Kota dua periode, Bapak memilih melanjutkan pengabdiannya di jalur politik?

Ya, saya ini pernah menjadi Ketua Partai Nasdem Balikpapan kemudian sekarang menjadi Ketua Dewan Pertimbangan.

Jadi alur politiknya masih mengalir. Bukan maksud berhenti, tetapi masih ada tugas dikarenakan terlibat di partai.

Baca juga: Walikota Balikpapan Rizal Effendi Bantah Ikut Kampanye Kotak Kosong, Terancam Dilaporkan ke Mendagri

Banyak yang saat purna tugas memilih istirahat, mengapa Anda memilih medan pengabdian jalur politik?

Karena kita ingin membangun daerah dan bangsa. Walaupun jalur politik itu banyak hal yang kadang-kadang tidak bisa dibaca dengan baik.

Tetapi, dimanapun orang meyakini bahwa jalur politik itu salah satu jalan terbaik untuk ikut membangun bangsa, daerah, dan masyarakat.

Dorongan kembali terjun ke politik itu darimana?

Karena berada di lingkungan partai. Ada juga karena permintaan partai bahwa ini harus ikut mewarnai partai. Jadi mungkin lebih banyak dorongan dari lingkungan partai.

Tidak ada yang protes, misal dari keluarga?

Ya, tidak juga. Intinya mana yang terbaik untuk saya. Terserah mau ini, mau itu. Jadi kita jalani.

Mantan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi saat diwawancarai wartawan beberapa waktu lalu. TRIBUNKALTARA.COM/MIFTAH AULIA ANGGRAINI
Mantan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi saat diwawancarai wartawan beberapa waktu lalu. TRIBUNKALTARA.COM/MIFTAH AULIA ANGGRAINI (TRIBUNKALTARA.COM/MIFTAH AULIA ANGGRAINI)

Bapak sempat beberapa kali masuk di partai, tetapi akhirnya memilih ke Partai Nasdem, mengapa?

Secara resmi, dulu pernah dilibatkan di Partai Golkar, sebagai Dewan Pertimbangan juga kalau tidak salah. Tetapi tidak terlibat aktif.

Ketika menjadi Wali Kota Balikpapan dukungan terbesar dari PDI Perjuangan dan beberapa partai lain.

Memang keterlibatan dengan Partai Nasdem sebenarnya dulu itu dadakan. Karena sama-sama di organisasi Kerukunan Keluarga Banjar.

Tiba-tiba ada sesuatu yang membuat kursi ketua dilimpahkan. Dalam situasi seperti ini dimintalah saya melanjutkan itu.

Berarti bergabung ke Partai Nasdem sejak masih menjabat Wali Kota Balikpapan?

Masih. Karena sekarang mulai berkembang. Ada Pak Ahmad Basir yang lebih intensif sehingga Pak Basir lah yang jadi ketua, saya jadi Ketua Dewan Pertimbangan.

Ketika Anda menjalankan tugas Wali Kota, kan non partai sebenarnya?

Sebenarnya dulu lebih kental dengan PDI Perjuangan karena saya dulu pernah menjadi anggota MPR Utusan Daerah, dan itu yang merekomendasi PDI Perjuangan.

Jadi kedekatan dengan PDI Perjuangan lebih kental.

Baca juga: Pecatur WIM Chelsie Monica Tumbangkan 10 Pecatur di Balikpapan, Termasuk Wali Kota Rizal Effendi

Bicara soal rencana Anda di Pemilu 2024 nanti, apa target nanti sebenarnya?

Targetnya masih dinamis. Sementara ini saya sudah memasukkan pencalonan melalui Partai Nasdem untuk DPR RI.

Kemudian karena di DPR Kaltim itu kurang tokoh wanitanya maka istri saya masuk di calon DPRD Kalimantan Timur. 

Apakah saya lolos belum tentu juga karena nanti diseleksi juga oleh DPP, calonnya saya lihat sudah lebih dari 15 orang.

Tapi dengan nama besar Anda tentu menjadi pertimbangan juga untuk Partai Nasdem?

Ya, tapi tidak segala-galanya juga. Terkadang bisa terjadi hal yang di luar dugaan.

Ya kita jalanilah, apakah ini nanti akhirnya menjadi calon DPR RI apa tidak atau bergeser kan ada juga "Sudah pak Rizal jangan dulu di DPR RI, udah dipersiapkan untuk pencalonan Gubernur".

Tapi ya sekali lagi, sebenarnya pilihan saya itu juga dan saya menyadari juga selama ini saya terjun di politik menjadi Wakil Wali Kota atau Wali Kota itu boleh dibilang dengan keterbatasan kemampuan finansialnya.

Itu juga saya alami. Jadi saya tahu dirilah, bisa saja saya tidak mampu dan tidak gampang untuk menjadi calon anggota legislatif di zaman sekarang.

Bisa saja itu menjadi tantangan buat saya. Kemampuan finansial yang terbatas.

Baca juga: Dana Alokasi Umum Dipangkas Menteri, Walikota Balikpapan Rizal Effendi Ajukan Keberatan

Tapi sudah dipersiapkan sedari dini Pak? Kan ada kemungkinan  besar lolos sebagai caleg Partai Nasdem?

Kalau program ya ada. Kalau DPR RI itu saya mengharapkan betul adalah selama ini kan kurang sekali bagian yang bisa dirasakan oleh Kalimantan Timur, lebih-lebih setelah ada Ibu Kota Nusantara ( IKN ).

Masih kurang, dulu juga ya sama. Kita ini penyumbang devisa terbesar di Indonesia.

Tapi kompensasi dari itu terhadap Kaltim jauh sekali, terlebih lagi dari IKN. Itu yang saya ingin betul mewarnai kalau terpilih di DPR RI.

Saya pernah menuliskan harusnya program prioritas proyek strategis nasional.

Harusnya banyak di Kaltim karena sudah berbuat untuk IKN. Tapi faktanya, misalnya jalan tol Samarinda-Bontang malah terhapus.

Kemudian kita ingin meningkatkan sumber daya manusia, kita sekarang ini punya ITK ( Institut Teknologi Kalimantan ), itu kan perkembangannya sangat terbatas dan masih terseok-seok.

Tanahnya belum selesai, kemudian fasilitas lainnya dan juga seperti pengajarnya juga masih terbatas.

Bagaimana Kaltim mau mengejar ketertinggalannya? Akhirnya nanti pasti kita ribut lagi bahwa IKN ini tidak banyak memberi kontribusi kepada masyarakat.

Tidak ada dampak bagi masyarakat?

Ya, terutama di sumber daya manusia, nah itu yang ingin saya warnai. Saya senang juga bahwa Gubernur Kaltim sekarang ini pak Isran Noor.

Beliau itu kan luar biasa beraninya membalik komposisi APBN itu dari yang 70 ke APBN, 30 ke daerah, kemudian di balik 30nya ke pusat 70nya ke daerah.

Itukan cerminan yang dirasakan Kalimantan Timur. Paling besar menyumbang tapi paling sedikit gitu kan.

Nah ini yang menurut saya ingin betul berjuang soal seperti itu. Terutama dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Di IKN itu perlu tenaga kerja yang banyak, tapi ketika ditanya mana orang Kaltimnya, kita terhambat. Kemampuan belum memenuhi dan sertifikasi belum memenuhi.

Akhirnya kita merasa jadi penonton. Itu yang menurut saya harus kita perjuangkan. (Sintya Alfatika Sari)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved