Opini

Pendidikan Karakter vs Masa Depan Bangsa

Kehidupan berbangsa dan bernegara adalah suatu kesatuan yang kompleks dan tidak terpisahkan, yang tersusun atas dasar suatu tatanan masyarakat.

|
Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTARA.COM/ MOHAMMAD SUPRI
Ilustrasi - Peserta didik tengah mengikuti upacara Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 2023 lalu. 

Ayahnya senantiasa mengajak sholat berjamaah, mengucap salam kepada sesama, dan menghormati setiap orang tua yang ia temui, ibundanya mengajarkan perkataan yang sopan dan santun.

Dengan kondisi demikian apakah mungkin kiranya seorang anak menjadi dewa judi, meminum khamr, dan lainnya.

Tentu itu mungkin karena hidayah milik Allah, namun dengan segala ikhtiar yang ada tentu hal ini akan mendatangkan rahmat dan kasih sayang Tuhan kepada hambanya sehingga tumbuh kembangnya anak akan lebih dominan berkarakter positif.

Bukankah Allah telah mengatakan “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.(Q.S Ar-Rad : 11)

Mari kita merenungkan bersama kejadian setiap kehidupan tidak terlepas dari namanya akhlak dan moral yang mana jika ia baik tentu akan menjadikan bangsa ini semakin baik.

Ya benarlah suatu bangsa berdiri karena adanya suatu tatanan masyarakat, masyarakat itu sendiri terbentuk dari lingkup keluarga, dan keluarga terbentuk dari individu-individu yang tumbuh didalamnya.

Kemudian jika ingin memperbaiki suatu tatanan sebuah negara apa yang harus dilakukan? Apakah memperbaiki suatu aturan?

Atau mengganti kepemimpinan? Ya benar, itu harus dilakukan tapi bukan sebagai langkah pertama.

Baca juga: Peringatan Hari Anak Nasional di Tengah Pandemi, DPRD Bulungan Minta Pendidikan Karakter Diperkuat

Semua permasalahan itu muncul dari individu sosial yang ada. Maka yang pertama kali dilakukan adalah membentuk dan mencetak generasi yang bermoral, dan berakhklak, memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi.

Jika karakter positif terbentuk tentu tidak akan menjadikan dia seorang anak yang tega menganiaya orang tuanya, mencuri, rampas hak orang lain, bertindak asusila, dan pemimpin yang korupsi.

Sebab sudah tertanam dalam dirinya bahwa kehidupan ini tidak terlepas dari pertanggung jawaban kehidupan dunia dan kehidupan setelahnya, tidaklah ada artinya perbuatan yang menurutkan hawa nafsu ingin berkuasa seakan hidup selamanya.

Nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan ini tentu menjadi pondasi awal yang harus dimiliki seorang anak sebagai karakter pembangun bangsa dan negara yang baik.

Amanat dan asas negara kita telah menyuratkan sila 1 ketuhanan yang maha esa dan sila seterusnya bahwa nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan mesti tertanam dalam setiap warga negaranya, karena memang itulah dasar bangunan jika ingin terus berdiri kokoh dan saling memperkuat antar tatanan masyarakatnya. 

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

BERSAMA RAMADAN DI ERA DIGITAL

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved