Berita Kaltara Terkini

Tak Ada Lagi Sekolah Favorit, Bergeser ke Sekolah Penggerak, Ini Penjelasan Kadisdikbud Kaltara

Sejak lama sering terdengar ada sebutan sekolah favorit dan non favorit. Namun seiring dengan perkembangan, stigma ini akan dihilangkan.

Penulis: Edy Nugroho | Editor: M Purnomo Susanto
TribunKaltara.com / Istimewa
Teguh Henri Sutanto, Kepala Disdikbud Kaltara. 

TRIBUNKALTARA.COM, TANJUNG SELOR – Sejak lama sering terdengar ada sebutan sekolah favorit dan non favorit. Namun seiring dengan perkembangan, stigma ini akan dihilangkan.

Bahkan sejak 2018, melalui penerimaan peserta didik baru dengan sistem zonasi, pemerintah bermaksud menghapus stigma tersebut.

Kendati demikian, penilaian sekolah favorit nampaknya belum bisa terlepas penuh di masyarakat.

Bahkan sebagian masyarakat kerap melakukan berbagai upaya, agar anaknya diterima di sekolah negeri A atau B, yang dianggap favorit.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Kaltara Besok Selasa 14 November 2023, Waspadai Kabut pada Malam Hari

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kalimantan Utara (Kaltara) Teguh Henri Sutanto, tidak menampik jika pandangan terhadap sekolah yang dinilai favorit masih ada.

Namun, ia menegaskan jika pemerintah tidak menghendaki hal tersebut.

“Tidak dipungkiri memang masih ada pandangan sekolah favorit dan tidak favorit, tapi sebenarnya kita tidak menghendaki itu,” kata Teguh.

Masyarakat perlu memahami jika indikator kualitas pada sekolah negeri sudah berubah.

Yakni tidak terfokus pada sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah bersangkutan.

Salah satu indikator kualitas sekolah dapat dilihat jika sekolah bersangkutan menyandang status sekolah penggerak.

Sekolah dengan status ini menjadi panutan, tempat pelatihan dan inspirasi bagi guru dan kepala sekolah dari satuan pendidikan lain.

“Indikatornya adalah memiliki kepala sekolah yang lulus ujian kepala sekolah penggerak. Jadi ukurannya di sistem pembelajaran, penerapan sistem kurikulum merdeka, berbasis proyek dan lainnya. Sehingga indikator sekolah unggulan atau favorit itu bukan lagi karena sarpras (sarana prasarana)-nya yang megah,” paparnya.

Pengetahuan masyarakat tentang status sekolah penggerak diharap menggeser stigma sekolah favorit pada SMAN di wilayah masing-masing.

“Oleh karena itu, tahun ini kami dorong masyarakat bisa mengenal mana saja yang sudah menjadi sekolah penggerak,” kata Teguh lagi.

Baca juga: Dishub Kaltara Beber Kapasitas Penumpang Tiap Speedboat Reguler Rute Nunukan-Tarakan, Cek Jadwalnya

Sementara itu, masyarakat dapat menjadikan kuota jalur undangan dari perguruan tinggi untuk menghapus stigma sekolah favorit dari sekadar kepemilikan sarpras.

Mengingat kuota yang diberikan perguruan tinggi mencerminkan tingkat kepercayaan kepada sekolah.

“Semakin sekolah mendapat kuota jalur undangan atau jalur prestasi dari perguruan tinggi, berarti sekolah semakin bermutu. Misal SMAN 1 jalur undangannya 20, sedangkan SMAN 2 jalur undangannya 30, berarti kan perguruan tinggi lebih percaya kepada SMAN 2,” imbuhnya.

(*)

Penulis: Edy Nugroho

Sumber: Tribun Kaltara
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved