Opini
Tantangan Ekonomi Syariah Wujudkan Kesejahteraan yang Berkeadilan
Seperti oasis di tengah padang gurun nan tandus. Ekonomi syariah menyeruak di tengah-tengah praktik ekonomi konvensional yang disandra oleh asyimetric
Dalam prespektif global, SGIE juga merilis bahwa, tahun 2022 Indonesia masih berada pada peringkat empat.
Namun tahun 2023 naik satu tingkat menjadi peringkat tiga, masih dibawah Arab saudi dan Malaysia.
Fakta itu menunjukan bahwa, pengembangan ekonomi syariah di Indonesia sangat menjanjikan.
Bahkan potensi pengembangannya sangat besar. Karena indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar. Jauh diatas Arab Saudi dan Malaysia.
Tantangan Ekonomi Syariah
Konflik antara Palestina dengan Israel atau Rusia dengan Ukraina belum juga reda.
Itu artinya kondisi global mesih belum menentu. Pertumbuhan ekonomi global tentu juga akan terdampak.
Belum lagi kesenjangan antar-negara yang dipicu oleh dampak mekanisme pasar kian lebar.
Misalnya, negara G 20 menguasai 85 persen PDB global, 80 persen investasi dunia.
Artinya hanya 15 -20 persen yang dinikmati lebih dari 100 negara lainnya.
Artinya ada fakta kesenjangan. Bahkan pencucian sumberdaya (backwash effect). Dalam negeripun kita juga dihadapakan pada isu kesenjangan antara satu daerah dengan daerah yang lain.
Misalnya anatar Jawa dengan luar Jawa. Kemudian antara perkotaan dengan pedesaan.
Betul bahwa lima tahun terakhir telah terjadi penurunan kesenjangan. BPS merilis bahwa, tahun 2018 sebelum Covid indek gini nasional sebesar 0,386.
Kemudian tahun 2022 mengalami perbaikan, meskipun tipis, yaitu turun menjadi 0,384. Nilai itu masih dalam kategori kesenjangan tingkat rendah namun mendekati moderat.
Selain itu juga masih menyisakan pekerjaan rumah, karena gini rasio perkotaan ternaya lebih tinggi dibanding pedesaan. Indek gini perkotaan 0,403. Nilai itu termasuk sedang.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.