Opini
Tantangan Ekonomi Syariah Wujudkan Kesejahteraan yang Berkeadilan
Seperti oasis di tengah padang gurun nan tandus. Ekonomi syariah menyeruak di tengah-tengah praktik ekonomi konvensional yang disandra oleh asyimetric
Sementara pedesaan jauh lebih rendah yaitu hanya 0,314. Rendahnya kesenjangan di pedesaan dipengaruhi oleh nilai sosial dan homogenitasnya.
Baca juga: Keuangan Digital Tetap Kuat
Sehingga tingkat kemerataannya menjadi lebih baik. Sementara sifat individualis dan heterogenitas kelas sosial di perkotaan menjadi penyebab tingginya kesenjangan.
Berkaitan dengan itu maka, peran dan praktek ekonomi syariah di perkotaan menjadi salah satu solusi yang menjanjikan.
Anggapan bahwa, rendahnya literasi menjadi kendala pengembangan ekonomi syariah tentu hal itu tidak sepenuhnya benar.
Apalagi jika kita bandingkan literasi di perkotaan bisa dipastikan lebih tinggi dibanding pedesaan.
Artinya penerapan ekonomi syariah diperkotaan lebih menjanjikan. Bukankah ekonomi syariah membawa misi tentang keterbukaan, keadilan dan kemaslahatan.
Misalnya dalam praktek penyaluran kredit, terdapat prosedur kesepakatan nilai bagi hasil.
Baca juga: Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau Berkelanjutan, The Global Green Growth Institute Kunjungi Kaltara
Hal itu mestinya menjadi pintu keterbukaan selubung informasi oleh pekatnya asyimetric information, menuju pengelolaan ekonomi yang transparan untuk kemerataan dan keadilan.
Belum lagi upaya optimalisasi sistem keuangan sosial yang didukung oleh dana; zakat, infak, sedekah dan wakaf.
Akhirnya, penerapan ekonomi syariah yang didukung sistem keuangannnya di perkotaan akan melengkapi praktek ekonomi kovensional yang telah ada.
Optimalisasi kedua sistem (blended finance) akan mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat di Indonesia. (*)
Baca berita menarik Tribun Kaltara lainnya di Google News

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.