Hikmah Ramadhan
Puasa dan Pengendalian Diri
Hakikat utama dari puasa adalah menahan. Bukan semata-mata menahan tidak makan dan minum serta melakukan hubungan seksual sejak subuh sampai magrib.
Hal ini karena zina merupakan sesuatu yang sangat nista sehingga mendekatinya saja sudah tidak dibenarkan.
Baca juga: Habituasi Ramadhan, Pembentuk Kepribadian Muslim Paripurna
Ketiga, mengendalikan nafsu makan dan minum.
Makan dan minum merupakan kebutuhan manusia yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan itu sendiri.
Meskipun demikian, pemenuhan kebutuhan ini harus tetap dalam kendali yang benar sehingga sebagai muslim kita hanya menkonsumsi yang halal, baik dari jenisnya maupun cara mendapatkannya. Memperoleh makanan dan minuman secara halal membuat seorang muslim semakin mudah dalam menempuh jalan ketakwaan.
Sedangkan memperoleh sesuatu yang tidak halal atau dengan cara tidak halal membuat seseorang semakin sulit menempuh jalan takwa.
Dalam konteks pengendalian diri dalam masalah makan dan minum, seorang muslim jangan sampai makan dan minum secara berlebihan.
Ibadah puasa seharusnya membuat kita mampu mengendalikan makan dan minum.
Bukan malah saat berbuka puasa kita memindahkan segala jenis makanan dan minuman yang ada di meja makan kedalam perut kita tanpa kendali.
Keempat, mengendalikan emosi. Ibadah puasa mendidik kita untuk menjadi orang-orang yang sabar.
Karena itu kemampuan mengendalikan emosi merupakan sesuatu yang harus kita hasilkan dari ibadah puasa.
Rasulullah bersabda "Jika kamu berpuasa, maka jangan berkata keji, jangan ribut(marah), dan jika ada orang memaki atau mengajak berkelahi hendaklah diberitahu, saya berpuasa"(HR.Bukhari dan Muslim).
Belajarlah kepada sahabat Nabi, Ali bin Ali Thalib dalam masalah pengendalian emosi yang luar biasa.
Ketika perang satu lawan satu dengan orang kafir, musuhnya itu sudah jatuh tersungkur tak berdaya, namun saat Ali hendak membunuhnya justru orang itu meludahi wajah Ali yang membuatnya semakin marah.
Baca juga: Ramadhan itu Nikmat atau Niqmat ?
Namun Ali cepat sadar sehingga ia tidak jadi membunuhnya, bukan tidak bisa membunuh, tapi ia khawatir bila membunuh orang kafir itu karena meludahi wajahnya.
Beliau sangat khawatir bila membunuh bukan karena Allah SWT.
Keberhasilan ibadah puasa tentu saja tidak hanya membuat kita bisa mengendalikan lisan, seksual, makan dan minum,serta emosi saat kita berpuasa.
Tapi yang terpenting lagi adalah sesudah kita menunaikannya, kita tetap bisa mengendalikannya yaitu dihari-hari dan bulan-bulan berikutnya setelah Ramadhan. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltara/foto/bank/originals/Samsudin-MUI.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.